INTANI.ORG –Profesi petani saat ini bukanlah yang dicita-citakan oleh generasi milenial. Stigma masyarakat bahwa perkerjaan sebagai petani adalah profesi  yang tidak ‘berkelas’ menjadi salah satu faktornya.

Hal tersebut juga pernah menjadi keresahan Fahmi Maulana, petani milenial dari desa Ciherang, Pacet, Cianjur, Jawa Barat. “Dulu saya cita-citanya sekolah jurusan perhotelan, karena kebayang nanti kerja di tempat bagus dan pakai jas, keren aja gitu. Kalau jadi petani kan ya begitu-begitu saja, orang tua dan kakek juga latar belakangnya petani,” tutur Fahmi mengawali ceritanya sebagai narasumber inspiratif webinar inspirasi bisnis Intani seri ke 59 yang ditayangkan secara live streaming di TANI TV (https://youtu.be/cGEed_32MtY), Rabu (16/02).

Namun karena terkendala dana, akhirnya Fahmi masuk jurusan pertanian di SMKN 1 Pacet yang saat itu ada subsidi. Di tahun 2016, ia mengikuti program pelatihan pertanian meliputi budidaya sayuran, pemasaran dan manajemen. “Saya mempelajari juga packaging sayuran untuk supermarket, restauran dan pasar tradisional. Setiap market punya spesifikasi tersendiri, dari situ saya mulai tertarik berbinis sayuran.”

Setelah lulus magang pada bulan September 2016, Fahmi mulai terjun sendiri bertani sayuran dengan lahan seluas 500 meter dengan sistem sewa. “Mendekati masa panen saya berkonsultasi lagi dengan guru saya untuk pemasaran, lalu disarakan untuk coba ke perusahaan tempat saya magang. Alhamdulillah setelah negosiasi mereka mau untuk kerjasama, saya sebagai sub supplier. Awal orderan hanya 10 pcs dengan total 2kg per per item. Saya ada tujuh item sayuran saat itu,” ujarnya.

Menurut Fahmi, “Seiring berjalan waktu pesanan terus bertambah, hingga tujuh perusahaan di Cipanas. Namun itu menjadi titik terendah saya, karena saat itu manajemen belum baik sehingga timbul berbagai masalah. Akhirnya di awal 2018, saya fokus memperbaiki manajemen dan hanya bekerja sama dengan tiga perusahaan.”

Di tahun 2019, Fahmi mengatakan sangat senang waktu dapat tawaran untuk suplai ke Jakarta. “Awal kerja sama berjalan baik, namun waktu itu kita tidak ada MoU. Seiring berjalan waktu pembayaran mulai macet, selalu meleset. Saya pun memutuskan kerja sama di bulan Mei 2020,” imbuhnya.

Ila Failani, selaku host mengulik lebih jauh apa yang dilakukan Fahmi saat menghadapi permasalahan tersebut hingga mampu bertahan sampai saat ini. “Saat itu saya ingin berhenti dari bisnis sayuran, namun keluarga dan teman-teman terus memotivasi. Sampai ada momen saya jalan-jalan di Jakarta terus lihat supermarket di sana lalu kepikiran ‘kenapa saya tidak suplai langsung ke supermarket, pasti lebih menguntungkan’. Dari situ saya perbarui lagi manajemen, lebih terstruktur,” ujar Fahmi.

Pemuda berusia 23 tahun itu memutuskan membuka brand sendiri dengan nama FRR Fresh Vegetables dan langsung memasok produknya tanpa melalui vendor atau pihak ke tiga. “Saya memberanikan diri untuk negosiasi langsung dengan supermarket di Jakarta, Total Buah daerah Warung Buncit. Saya bawa sample sayuran dan list harga, alhamdulillah disetujui. Saat itu posisinya masih pandemi, jadi pesanan langsung banyak, ” ujar Fahmi.

Saat ini Fahmi sudah menjadi supplier untuk tujuh supermarket dan tiga restauran di Jakarta. Pengiriman empat kali dalam setiap minggu. Jenis sayuran dan produk yang disuplai sudah mencapai 43 jenis.

“Pastinya untuk suplai sebanyak itu saya bekerja sama dengan petani sekitar. Saya bentuk kelompok tani B3 (Buniaga Bertani Bersama) beranggotakan 28 orang. Saya arahkan untuk sistem tanamnya sehingga para petani bisa panen setiap hari dan bisa memenuhi jumlah pesanan,” tutur Fahmi.

Fahmi selalu ingat pesan mitranya waktu awal terjun ke bisnis sayuran, “yang terpenting itu membentuk brand image, pasar akan datang dengan sendirinya. Serta 3K (kulitas, kuantitas, kontinuitas) yang wajib dijaga.”

Ketua Umum Intani, Guntur Subagja dalam pengantarnya mengatakan sangat kagum dengan sosok Fahmi. “Contoh petani milenial yang tumbuh secara alami dan memiliki karakter yang luar biasa. Menerapkan ilmu-ilmu yang diperoleh di sekolah menjadi ilmu praktis serta dilengkapi dengan ilmu dari pengalaman menghadapi berbagai masalah tadi, sehingga saya yakin kedepannya Fahmi mampu menjadi pengusaha besar.”

“Fahmi ini bisa menjadi figure milenial yang menginspirasi banyak orang di semua sektor. Memiliki passion yang kuat sehingga mampu menghadapi masalah, proses jatuh bangunnya dan bangkit lagi mencari solusi. Saya optimis dengan sosok Fahmi ini, petani-petani milenial di daerah lain akan bertambah,” imbuh Guntur.

Dedy  ‘Miing’ Gumelar pun turut berkomentar, “ini menarik, masih muda dilihat dari gesture masih lugu namun pikiran dan kinerjanya sudah tidak lugu lagi. Fahmi didukung aspek sosiologis, dengan background keluarga petani serta pemahaman ilmu pengetahuan, teknologi dan manajemen sehingga mampu sesukses ini. Semestinya pemerintah mau mengkaderisasi Fahmi menjadi duta petani milenial untuk menularkan semangat ke anak-anak muda lain, sehingga bisa mempercepat regenerasi petani.”* (na-dgn)

LEAVE A REPLY