INTANI.ORG – Perkumpulan Insan Tani dan Nelayan Indonesia (INTANI) selalu konsisten dalam mendukung kemajuan para petani salah satunya dengan kegiatan webinar inspirasi bisnis Intani yang rutin diselenggarakan setiap minggunya via daring zoom dan streaming di TANITV.

Pada seri ke 115, Intani menghadirkan petani milenial dari Dusun Semen, Magelang, Jawa Timur sebagai narasumber inspiratif yang sukses mengelola gula semut hingga tembus pasar ekspor.

“Awalnya di tahun 2017  itu karena orang tua cerita, ia bersama kelompok taninya sulit menjual hasil olahan gula semutnya. Dari permasalahan itu saya jadikan bahan skripsi hingga pelajari pengelolaan bisnisnya,” terang Ella Rizki, CEO PT Nira Lestari Internasional.

Sebelum membentuk perusahaan, Ella bersama KWT Nira Lestari mendirikan Koperasi Nira Lestari hingga 2022 sebagai wadah bisnisnya.

“Untuk pemasaran dari awal kami fokus pada pasar ekspor, bahkan baru mendapat pasar lokal di tahun 2020. Pola pemasarannya memang kami balik,” ujarnya.

Beberapa negara yang menjadi tujuan ekspor seperti Korea Selatan, Belanda dan saat ini sedang ekspansi untuk membuka cabang di Malaysia.

“Nilai transaksinya sendiri mencapai 6,4 juta rupiah per hari, bahkan saat pandemi kemarin pendapatan anggota KWT kami meningkat hingga 37,5%,” ujarnya.

Milenial berusia 27 tahun ini juga berbagi cerita bagaimana ia bisa membina KWT Nira Lestari dengan 94 anggota yang di dominasi para ibu rumah tangga hingga bisa membuat produk kualitas ekspor.

“Saya menggunakan lokal hero di desa seperti ketua RT, Kepala Desa atau ibu saya sebagai anggota KWT untuk jembatan komunikasi, karena kalau saya yang menyampaikan langsung untuk pembuatan inovasi produk baru ada gap komunikasi yang akhirnya pesannya kurang diterima,” terang Ella yang saat ini menjadi nomine Young Ambassador YESS program Kementan RI.

Ella yang saat ini masih menempuk pendidikan S3 jururan kimia di UGM mengatakan produk unggulan Nira Lestari yaitu gula semut, gula cetak, madu vegan, VCO dan minyak kelapa.

Selain itu produk baru yang sedang diproduksi yaitu minuman siap seduh seperti wedang rempah dan gula semut yang tersertifikasi organik.

“Dengan konsep pengolahan kelapa terpadu, limbah tempurung kelapa juga kami olah kembali menjadi produk bernilai jual seperti asap cair, insektisida alami, perisa dan pengawet organik. Hingga di 2021 kami meraih penghargaan dari Bupati Magelang sebagai inovasi terbaik di bidang pertanian,” terangnya.

Ella juga mengatakan banyak permintaan dari buyer yang tidak diterima karena kemampuan produksi di Nira Lestari belum memenuhi. “Kemarin ada permintaan dari Cina 2 ton per hari, sedangkan produksi kami baru 2 ton per bulan,” ujarnya.

Ketua umum Intani, Guntur Subagja turut menyoroti kendala yang dihadapi Ella terutama terkait peningkatan produksi. “Hal ini memang banyak dialami para pengusaha lokal kita, 3K (kualitas, kuantitas, kontinuitas) itu sangat penting terutama dengan target pasar ekspor,” jelasnya.

Guntur menyarankan untuk membangun jaringan kemitraan yang lebih luas dengan kelompok tani di daerah lain namun tetap menanamkan standar produksi yang sama dengan Nira Lestari.

“Ini menjadi salah satu solusi yang efektif selain membangun cabang produksi yang membutuhkan modal cukup besar pastinya,” pungkasnya.*

LEAVE A REPLY