12 C
Paris
Tuesday, October 29, 2024

Beternak Modern ‘Tanpa Ngarit’ Ala Milenial Magelang, Modal 15 Juta Sukses Kembangkan Aset Hingga Miliaran

INTANI.ORG – Beternak domba maupun kambing identik dengan stigma kotor dan menyita banyak waktu. Namun semua hal itu berhasil dipatahkan oleh Rayndra Syahdan (27), dengan konsep beternak modern yang ia bangun.

“Dari awal memilih beternak domba, saya memikirkan cara agar bisa beternak secara efisien. Untuk pakan tidak perlu ngarit rumput setiap hari dan menciptakan kandang yang bersih bebas bau,” terang Rayndra mengawali paparannya sebagai narasumber inspiratif webinar inspirasi bisnis Intani seri ke 101, Rabu (28/12/2022).

Walaupun pilihannya menjadi peternak sempat ditentang oleh orang tuanya, Rayndra tetap nekat terjun ke sektor peternakan. Rayndra merupakan lulusan fakultas peternakan dari Politeknik Pertanian Magelang, maka itu ia yakin dengan latar belakang keilmuannya serta potensi yang ada di lingkungannya bisa membawa kesuksesan bagi bisnis yang dipilih.

“Mulai merintis tahun 2016 dengan modal 15 juta rupiah yang saya peroleh dari program Penumbuhan Wirausahawan Muda Pertanian yang diselenggarakan Kementan RI,” terangnya.

Modal itu dimanfaatkan Rayndra untuk membangun kandang sederhana dan membeli 10 ekor domba. Rayndra menuturkan, fokus awal bukan menargetkan besarnya keuntungan materil tetapi membangun konsep beternak yang efisien.

“Saya pelajari kebutuhan pakan domba setiap harinya berapa, lalu berapa protein dan serat yang dibutuhkan. Setelah ketemu hitung-hitungannya dan kebetulan saya ada ilmunya untuk buat ransum, sudah dari situ saya mulai rajut formulanya,” jelasnya.

Pengolahan pakan sebagian besar dari limbah seperti, kulit kacang hijaung, tumbi & janggal jagung, tongkol ketela, kangkung, bungkil sawit, bungkil kopra, dan cgf. Untuk kandang, Rayndra mengatakan dibangun desain panggung dan bagian bawahnya dibiarkan tanah, agar kotoran bisa terdegradasi secara alami sehingga mengurangi bau.

Setelah yakin dengan konsep beternaknya, Rayndra fokus untuk membentuk Cipta Visi Farm di desa Trenten, Candimulyo, Magelang dan akselerasi permodalan dengan membuka kerja sama dengan investor. Ia pun menceritakan investor pertamanya berasal dari Papua, mereka tertarik untuk menjadi investor setelah melihat promosi Rayndra di salah satu channel Youtube.

“Itu masih di tahun pertama saya merintis, setelah komunikasi lebih detail beliau langsung transfer 100 juta rupiah. Hingga saat ini saya belum pernah bertemu langsung dengan beliau, namun alhamdulillah kerja sama tetap terjalin setiap bulan juga rutin saya kirim bagi hasilnya,” ujarnya.

Di Cipta Visi Farm, Rayndra menuturkan tidak hanya fokus budidaya tetapi juga pengolahan produk dan pemberdayaan dengan diadakan Sekolah Tani Milenial dua kali dalam satu bulan baik offline maupun online. Selain itu juga pengolahan limbah kotoran menjadi pupuk.

“Bahkan hasil dari kelola limbah kotoran bisa lebih besar dari budidaya domba itu sendiri,” ujar Rayndra sambil tertawa.

Rayndra juga menuturkan selain berhasil beternak tanpa perlu mengarit dan membangun kandang yang bebas dari bau, ia juga sudah menggunakan teknologi qr code untuk pendataan setiap domba di Cipta Visi Farm. Hal ini bertujuan untuk melihat grafik keberhasilan dalam memperbaiki genetika domba dan silsilah domba itu sendiri, bahkan hal ini bisa meningkatkan harga jual domba.

Saat ini sudah ada 1.200 domba yang dikelola dengan total aset sekitar 4 miliar rupiah, Rayndra sendiri memiliki target hingga 3.000 domba dengan asumsi bisa melahirkan 10 domba setiap harinya. Harga domba sendiri relatif stabil bahkan cenderung terus meningkat dibandingan hewan ternak lainnya.

“Dulu waktu awal rintis harga per kg 26.000 rupiah, sekarang sekitar 59.000 rupiah per kilo. Tidak hanya harga, potensi pasarnya pun terbuka lebar. Kami saja saat ini baru mampu memenuhi 3% kebutuhan di Magelang dan Yogyakarta,” terangnya.

Rayndra pun berharap dengan konsep beternak modernnya bisa lebih meningkatkan minat para milenial untuk terjun ke sektor peternakan selain itu ia ingin mengubah mindset para peternak lama yang menganggap beternak sebagai simpanan/tabungan menjadi bisnis.

“Sukses dalam bisnis ternak tergantung pada mindsetnya, lalu dalam memulai usaha tidak selalu harus punya modal besar tetapi yang terpenting adalah bangun konsep bisnisnya,” pesan Rayndra.

Ila Failani, Bidang Komunikasi & Kerjasama Antar Lembaga Intani dan selaku host mengatakan Rayndra sebagai contoh nyata milenial terbuka dengan teknologi serta terus belajar dan membuat inovasi-inovasi dalam bertani, sehingga tercipta konsep modern yang menarik bagi milenial lainnya untuk mengikuti jejak Rayndra.

Ketua umum Intani, Guntur Subagja juga menyampaikan dalam pengantarnya memang sangat penting dalam membangun mindset para petani. “Pembentukan mindset sangat penting, bukan hanya dalam meregenerasi petani tetapi juga membangun konsep bertani,” ujarnya.

Guntur menyampaikan berdasarkan data sekitar 70 persen peternak fokus pada penggemukan ternak menjelang hari raya Idul Adha saja. “Jika mindset para peternak terus seperti ini sangat kurang baik, karena bisa menyebabkan populasi bibit ternak terus menurun,” jelasnya.

Langkah yang dilakukan Rayndra sudah sangat tepat menurut Guntur, bangun breeding nya dan kelola maksimal setiap sektor peternakannya sehingga nilai keuntungan bisnisnya bisa maksimal.

Webinar inspirasi bisnis Intani dengan tema ‘Cara Modern Beternak Domba, Modal di Awal Untung Seterusnya’ ditayangakan via daring zoom dan streaming di TANITV turut dihadiri Dewan Pakar Intani Slamet Wuryadi, Direktur Independen PTPN IV Sumatera Utara Atas Wijayanto, Dosen Fakultas Petanian UNS Surakarta Sutarno, dan ratusan peserta dari berbagai daerah lainnya.* (na-int)

Kementan: Ketersediaan Pangan Asal Ternak Saat Natal dan Tahun Baru 2023 Aman

0

INTANI.ORG – Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan menyampaikan, secara nasional ketersediaan dan pasokan pangan asal ternak saat Natal dan Tahun Baru (Nataru) aman dan mencukupi. Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH) Nasrullah melalui Rillis tertulisnya pada hari ini Jumat (30/12).

Nasrullah menjelaskan, terkait ketersediaan daging ayam, telur dan daging sapi/kerbau saat Nataru sangat mencukupi. Ia sebutkan, berdasarkan prognosa ketersediaan dan kebutuhan daging sapi/kerbau, daging ayam, dan telur ayam secara nasional dan kroscek di lapangan menunjukkan bahwa komoditas pangan asal ternak tersebut terpantau cukup, sehingga masyarakat menurutnya untuk menyambut akhir tahun masyarakat tidak perlu khawatir kehabisan stok pangan asal ternak.

Lebih lanjut Ia sampaikan, untuk ketersediaan daging ayam ras tahun ini mencapai 3,71 juta ton dengan kebutuhan mencapai 3,21 juta ton, sehingga terdapat surplus sekitar 0,50 juta ton. “Ketersediaan telur ayam ras tidak jauh berbeda dengan daging ayam, dimana untuk ketersediaan telur tahun ini sebanyak 5,61 juta ton dengan kebutuhannya sebanyak 5,52 juta ton, sehingga terdapat surplus sekitar 0,09 juta ton”, ungkap Nasrullah. Sedangkan ketersediaan daging sapi/kerbau sebanyak 797.055 ton dengan kebutuhan sebanyak 736.622 ton, sehingga terdapat surplus sebesar 60.433 ton.

“Data prognosa tersebut bersumber dari Rakornis Kementerian/Lembaga, Kementerian Koordinator Perekonomian, Badan Pusat Statistik BPS), Kementerian Perdagangan, Kementerian Pertanian, Badan Pangan Nasional (Bapanas)”, terangnya.

Nasrullah membeberkan, Stok Nasional Daging sapi hingga 28 Desember 2022 sebesar 127.731 ton, artinya mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sampai 60 hari kedepan, sedangkan untuk DKI Jakarta, stok daging sapi 14.600 ton, sehingga cukup untuk memenuhi kebutuhan selama 300 hari.

“Stok nasional daging ayam hingga 28 Desember 2022 sebesar 129.761 ton, sehingga cukup untuk memenuhi kebutuhan sampai 12 hari kedepan, sedangkan untuk DKI Jakarta stok daging ayam sebesar 10.110 ton, sehingga cukup untuk memenuhi kebutuhan selama 29 hari”, ungkap Nasrullah.

“Stok nasional telur ayam hingga 28 Desember 2022 mencapai 165.463 ton, artinya mencukupi kebutuhan sampai 9 hari, sedangkan untuk DKI Jakarta, stok telur ayam mencapai 15.051 ton, sehingga mencukupi untuk memenuhi kebutuhan selama 26 hari”, imbuhnya.

Nasrullah menyampaikan, kegiatan pemantauan ketersediaan pangan ini penting dilakukan pada momen Nataru, karena terdapat potensi kenaikan permintaan bahan pangan asal ternak dan mengantisipasi agar tidak terjadi kelangkaan pasokan yang akan berdampak pada fluktuasi harga.

“Hal ini tentunya untuk menindaklanjuti arahan Bapak Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL), yang terus mengingatkan kami agar selalu berkomitmen untuk memenuhi kebutuhan pangan bagi 275 juta rakyat Indonesia yang merupakan prioritas layanan kami,” ucap Nasrullah.

“Kami juga lakukan pemetaan stok produk pangan asal ternak untuk mengetahui status ketahanan pangan di daerah. Hal ini tentunya sangat penting, terutama untuk menentukan kebijakan distribusi pasokan pangan ke wilayah yang berstatus aman, sehingga mampu membantu daerah-daerah yang masih mengalami status waspada”, pungkasnya.*

Petani Milenial Klaten, Ubah Limbah Jadi Bisnis Pupuk Organik

INTANI.ORG – Keresahan akan limbah pertanian, peternakan dan industri rumah tangga yang tidak dikelola dengan baik membuat pemuda asal Klaten, Afip Amrizal Basri tergerak untuk membuat inovasi menjadi pupuk organik.

“Ngobrol dengan 4 teman melihat kondisi lingkungan dan limbah yang ada, alhamdulilah kami memiliki visi yang sama jadi tercetuslah ide untuk membuat pupuk organik,” terang Afip mengawali paparannya sebagai narasumber inspiratif webinar inspirasi bisnis Intani seri ke 100, Rabu (21/12/2022).

Bukan hal yang mudah untuk mewujudkan rencana tersebut, Afip (25) menuturkan masih terkendala modal dan pengetahuan karena ia sendiri merupakan lulusan sarjana komputer. “Dari situ kami coba buat proposal dan ajukan ke Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Klaten, alhamdulillah diterima dan kebetulan juga kerja sama dengan BATAN untuk teknologinya,” ujarnya.

Didampingi dan dilatih selama 2 tahun, Afip mengatakan produksi awal hingga 800 kwintal dan kini bisa mencapai 12 ton perbulan. “Kami menggunakan teknologi Inoculant Microba Rhizosfer (IMR) yang bisa mempercepat proses fermentasi limbah menjadi pupuk organik, jadi sangat menguntungkan dari segi waktu produksi dan lebih menyuburkan tanah”.

Selain karena alasan lingkungan, Afip menuturkan melihat peluang besar dengan mengelola usaha pupuk organik karena berdasarkan data yang disampaikan Mentan, RI baru mampu memproduksi 13 juta ton pupuk sedangkan kebutuhan pupuk mencapai 24 juta ton.

“Bahkan di kabupaten Klaten saja setidaknya perputaran uang untuk pupuk mencapai 124 miliar, namun sayangnya pihak ketiga yang menguasai pasarnya. Jika kami bisa setidaknya menguasai 10% pasar nilainya cukup fantastis,” ujar Afip

Afip bersama rekannya mendirikan CV Aji Berkah Tani dengan tagline ‘Mandiri Pangan diawali dengan Mandiri Pupuk’. Hingga kini sudah berkembang dengan terbentuk P4S, Asosiasi Pasar Tani Klaten dan bergabung dengan Komunitas Petani Muda Klaten.

“Jadi kami terbuka bagi siapa saja yang ingin belajar bertani, membuat pupuk dan lainnya. Nanti kami dampingi dan latih juga, selain itu kami juga ada kegiatan Ngoper (Ngobrol Pertanian) yang sudah 9 kali dilaksanakan,” terang Afip.

Slamet Widodo, dari Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Klaten UPTD Agrotechnopark turut menyampaikan program pendampingan ini sudah berjalan dari 2020.

“Sesuai program presiden Jokowi di tahun 2016 untuk membentuk 100 sains technopark di Indonesia, sehingga kami ada kerja sama dengan BATAN untuk teknologinya untuk berbagai produk pertanian termasuk pengelolaan pupuk organik ini. Maka kami juga beruntung bisa bertemu pemuda seperti Afip dan rekan-rekannya,” terang Slamet.

Founder komunitas Petani Muda Klaten, Yusuf Murdani juga turut bangga dengan Afip sebagai salah satu petani muda Klaten dari 80 petani muda yang sudah terbentuk di 6 kabupaten Klaten. Target komunitas ini bisa membentuk seribu petani muda di Klaten.

“Tiga poin penting yang harus dibangun untuk membentuk petani muda yaitu self belive, self image dan memiliki harga diri. Jadi kita harus menyakinkan pemuda bahwa pertanian itu profesi yang keren, lalu kita bentuk citranya bahwa hasil dari pertanian bisa meningkatkan status ekonomi dan sosial dan terakhir bantu mereka menjadi tokoh penting di masyarakat. Seperti Afip yang berhasil menjadi perangkat desa dan contoh petani muda yang sukses secara finansial serta memberdayakan masyarakat,” terang Yusuf.

Guntur Subagja, ketua umum Intani dalam pengantarnya menuturkan tingkat ketergantungan akan pupuk kimia sangat tinggi dan kesadaran petani untuk menggunakan pupuk organik terkadang masih rendah. “Kehadiran sosok Afip ini memang sangat dibutuhkan, selain memproduksi pupuk organik Afip juga mengedukasi dan memberdayakan para petani sehingga mampu menyerap hasil produksi,” ujarnya.

Selain itu menurut Guntur, sistim yang dilakukan Afip sangat bagus dengan membangun jejaring dengan para stakeholder terkait sehingga dari hulu hingga hilir bisa terbentuk rantai pasok yang baik.

“Hal ini sejalan dengan visi Intani dalam menghubungkan para pelaku usaha pertanian mulai dari produksi, pengolahan dan pasar sehingga terbentuk jaringan pertanian yang kuat serta meningkatkan nilai ekonominya,” tutup Guntur.

Webinar inspirasi bisnis Intani dengan tema ‘Sulap Limbah jadi Pupuk Organik’ ditayangkan via daring dan streaming di TANITV dipandu Ila Failani, CEO DEDIGO(Desa Digital Global) aplikasi desa modern. Kegiatan ini juga diikuti ratusan peserta dari berbagai daerah di Indonesia.*

Beternak Sapi Perah dengan Hati, Kembangkan Aset Hingga Miliaran

0

INTANI.ORG – Beternak sapi perah menjadi pilihan Valentinus Indhiarto Aris Gunadi atau yang akrab disapa Aris sebagai ladang usaha setelah ia berhenti dari pekerjaannya sebagai pelatih hewan di Taman Safari selama dua belas tahun. Sapi perah dipilih karena menurutnya memiliki keuntungan berlipat dibandingan sapi pedaging.

“Saya generasi ketiga sebenarnya, namun sewaktu dikelola kakek dan ayah saya bisa dibilang seperti ‘mati segan hidup tak mau’, ada margin tapi hitungannya tidak bisa mensejahterakan hulunya sendiri,” terang Aris mengawali paparannya sebagai narasumber inspiratif webinar inspirasi bisnis Intani seri ke 99, Rabu (14/12/2022).

Aris mulai beternak sapi perah dengan dua ekor sapi yang ia kredit dari koperasi. Fokus awal membiakan sapi untuk memperbaiki turunannya sehingga lebih berkualitas. Hingga berkembang di tahun 2016 dan Aris mendirikan CV. Bambang Family Dairy untuk pengelolaan yang lebih profesional.

“Bambang itu saya ambil dari nama ayah saya yang sudah almarhum, harapannya dengan BFD ini bisa terus berkembang dan mensejahterakan para peternak sapi perah, mulai dari sektor hulunya, tidak hilirnya saja,” ujar Aris.

Belajar dari cara beternak generasi sebelumnya yang kurang menguntungkan, Aris pun fokus membuat berbagai produk olahan dari hasil susu perahnya. “Hingga saat ini setidaknya kami ada 21 jenis produk olahan, dari susu kemasan, keju mozarella, yoghurt, camilan, aneka produk kecantikan dan merchandise,” ujarnya.

Pemasaran produk juga sudah merambah Jabodetabek dan luar provinsi, sistim pemasarannya tidak hanya offline tetapi juga online ke beberapa e-commerce. “Selain fokus penjualan produk, BFD juga menyediakan fasilitas agroedukasi dan magang,” terangnya.

Setidaknya ada 25.000 pengunjung dari 900 sekolah yang sudah datang ke BFD menurut Aris, selain itu BFD juga bekerja sama dengan 26 SMK dan 8 universitas untuk tempat magang. Selain itu juga ada kegiatan ‘BFD goes to school’, sebagai satu cara edukasi dan promosi dengan sistim jemput bola.

Aris juga mernargetkan di tahun 2024 BFD yang berlokasi di desa Sindang Jaya, Cipanas, Cianjur – Jawa Barat bisa menjadi agrowisata nomor satu di Cianjur. “Dengan begitu bisa lebih banyak orang teredukasi terutama para milenial sehingga meningkatkan ketertarikan mereka untuk beternak sapi,” terangnya.

Saat ini sudah ada 8 karyawan dan 17 anggota mitra yang tergabung dalam kelompok Tani Ternak Berkah Mukti. “Saat ini kami juga sedang fokus membangun pabrik untuk peningkatan produksi seluas kurang lebih 2.600 meter persegi, ini juga sebagai salah satu langkah memenuhi persyaratan BPOM. Di tahun depan juga kami sudah memproyeksikan akan ada lonjakan produksi hingga 1.000 liter perhari,” ujarnya.

BFD juga mengusung konsep peternakan zero waste, karena limbah kotoran dan air seni dikelola dan dijual kembali sebagai pupuk ke para petani organik dan bunga sekitar. “Itu pun saya sering kehabisan dan harus ambil dari peternak lain,” terang Aris.

Guntur Subagja, ketua umum Intani dalam pengantarnya mengatakan bahwa sektor peternakan sapi memang memiliki pasar yang luas tidak hanya sapi pedaging tetapi juga sapi perah.

“Jumlah kebutuhan konsumsi masyarakat akan daging dan susu memang tinggi, bahkan hingga kini masih bergantung dengan impor. Dengan manajemen pengelola yang Aris lakukan dari hulu hingga hilir merupakan contoh yang sangat baik bagaimana beternak seharusnya sehingga mensejahterakan mulai dari sektor hulu,” ujar Guntur.

Peningkatan literasi masyarakat akan peternakan dengan eduwisata menurut Guntur juga sudah sangat tepat, seperti yang dilakukan Intani melalui kegiatan webinar inspirasi bisnis Intani series dan eduwisata yang disediakan di Intani Farm, Bogor.

“Kemitraan menjadi hal penting dalam mengembangkan peternakan selain untuk meningkatkan produksi juga untuk memperluas jariangan pemasaran. Diharapkan lebih banyak peternak yang mengadopsi sistim manajemen BFD, sehingga terwujud kemandirian pangan khususnya daging dan susu tanpa harus bergantung pada impor,” pungkas Guntur.

Aris juga berpesan bagi para petani milenial untuk tidak ragu bergerak disektor peternakan karena memiliki pasar yang besar dan nilai ekonomi yang tinggi. “Perlakukan hewan dengan sepenuh hati, maka hasilnya tidak akan mengecewakan dan tingkatkan nilai jual dengan membuat inovasi produk olahan. Di awal memang kita akan kerja keras, lalu kerja cerdas dan jadi kerja ikhlas,” tutupnya.

Webinar inspirasi bisnis Intani yang dipandu Ila Failani, Bidang Komunikasi & Kerjasama Antar Lembaga Intani dilaksanakan via daring dan streaming di TANITV turut dihadiri Atas Wijayanto, Independen PTPN IV Sumatera Utara dan ratusan peserta dari berbagai daerah lainnya.*

Petani Milenial Petik ‘Manisnya’ Budidaya Cabai Katokkon

0

INTANI.ORG – Cabai menjadi salah satu komoditas pertanian favorit masyarakat Indonesia. Jumlah konsumsi cabai yang tinggi sering menyebabkan terjadinya fluktuasi karena tidak diimbangi dengan supplay & demand yang baik. Peluang ini ditangkap dengan baik oleh Canesia Aisah, milenial lulusan IPB jurusan Agronomi dengan memilih mengembangkan budidaya cabai katokkon.

“Waktu kunjungan ke Tana Toraja, kami ditunjukan cabai katokkon yang asli dari sana. Dari situ kami tertarik untuk membudidayakannya dil luar habitatnya,” terang Aisah saat membuka paparannya sebagai narasumber webinar inspirasi bisnis Intani seri ke 98, Rabu (7/12/2022).

Aisah (24) mendirikan PT ARSY bersama teman-teman milenialnya untuk membudidayakan cabai katokkon. Lahan yang dikelola hingga saat ini sudah ada 28 hektar tersebar di Bogor, Cipanas dan Sukabumi serta sedang pengembangan di daerah Jawa Tengah.

Untuk mencapai titik ini bukanlah hal yang mudah, Aisah menuturkan butuh perjuangan ekstra mulai dari riset hingga panen yang tidak sesuai ekspektasi. “Kita tanam dilahan luas terbuka, jadi memang tantangannya dulu itu sering terjadi pencurian. Seharusnya dari satu hektar bisa panen 30 ton jadi hanya 4 ton. Jadi kita benar-benar maintenance tim dan keamanannya,” ujarnya.

Aisah menerangkan PT ARSY mengelola mulai dari hulu sampai hilir, dari pembenihan, pembibitan, budidaya hingga pemasaran. “Dengan pola ini kami bisa memperoleh keuntungan dua kali, pertama saat penjualan produksi dan kedua dari marketing,” ujarnya.

Harga jual cabai katokkon dari lahan ke marketing berkisar 20.000 rupiah per kg lalu marketing jual ke pasaran dengan harga 50.000 rupiah per kg. “Untuk satu hektar setidaknya kita membutuhkan modal 200 juta rupiah, hingga saat ini kami bisa memperoleh keuntungan bersih hingga 100 juta rupiah per hektar setiap bulannya,” terang Aisah, direktur utama PT ARSY.

PT ARSY yang memiliki sekitar 60 karyawan kini menargetkan untuk menguasai setidaknya 5% pasar dari konsumsi cabai nasional per hari yaitu sekitar 50 ton perhari. “Jadi memang fokus kami pengembangan lahan untuk meningkatkan produksi, maka kami terbuka sangat untuk kemitraan,” jelasnya.

Menurut Aisah, cabai katokkon memiliki tingkat kepedasan 4-7 kali dibandingkan cabai rawit biasa selain itu harganya cukup stabil di pasaran dibandingkan cabai lainnya.

“Dengan begitu menggunakan cabai katokkon bisa lebih hemat dan memiliki aroma yang khas, jadi bisa lebih menguntungkan terutama untuk pengusaha aneka makanan pedas,” terangnya.

Disarankan untuk budidaya cabai katokkon di dataran tinggi, karena semakin tinggi datarannya bisa meningkatkan kualitas cabai katokkon dari tingkat kepedasan dan pertumbuhan tanamannya bisa mencapai 160cm.

“Setidaknya membutuhkan waktu 8 bulan untuk budidaya dan dalam satu periode taman bisa dipanen 26 kali setiap 3 hari sekali,” terangnya.

Tidak hanya budidaya cabai katokkon, PT ARSY juga membudidayakan beberapa jenis buah-buahan seperti durian, kelengkeng, pepaya, sawo dan alpukat, lalu memproduksi pupuk organik dari kotoran kelelawar serta membuat porduk olahan aneka sambal.

Ketua umum Intani, Guntur Subagja sangat kagum dengan pencapaian Aisah diusianya yang masih sangat muda mampu mengelola bisnis pertanian mulai dari hulu hingga hilir. Tidak sekedar bisnis tetapi juga bagaimana melestarikan varietas cabai lokal untuk tetap eksis dan bisa menguasai pasar nasional.

“Ini pencapaian yang luar biasa dan patut menjadi sosok milenial yang menginspirasi serta bukti nyata bahwa sektor pertanian memiliki nilai ekonomi tinggi, bahkan menjadi profesi yang tidak bisa dianggap sebelah mata lagi,” terangnya.

Webinar inspirasi bisnis Intani dengan tema ‘Petani Milenial Raup Miliaran dari Cabai Katokkon’ dipandu Ila Failani bisa disaksikan kembali hanya di channel youtube TANITV.*

Cerita Sukses Owner Daeng Bird Farm, Dari Hobi Jadi Sumber Cuan Menjanjikan

0

INTANI.ORG – Untuk memulai bisnis bisa dimulai dari hobi, seperti yang dilakukan M. Iqbal Yudi dalam membangun Daeng Bird Farm yang berawal dari hobi mengikuti kontes burung murai.

“Saya dulu suka ikut kontes kicau untuk burung murai, lalu saat pandemi covid-19 semua kegiatan tidak ada jadi saya terpikir untuk mulai membudidayakannya,” terang Iqbal mengawali paparannya pada webinar inspirasi bisnis Intani seri ke 97, Rabu (30/12/2022).

Selain melihat peluang bisnis yang bagus dari budidaya burung murai, Iqbal juga berharap burung murai bisa tetap lestari sebagai endemik dan tidak perlu impor lagi. “Memang burung murai ini endemik di Asia Tenggara, tetapi Indonesia sebagai negara yang kaya akan keanekaragaman jenis burungnya sudah seharusnya bisa melestarikan dan tidak perlu impor”.

Untuk budidaya burung murai perlu mempersiapkan setidaknya tiga hal yaitu mental, pengetahuan dan fasilitas serta alat produksi. “Membangun kandang perlu disesuaikan dari tata letak agar memperoleh cahaya matahari yang cukup dan konsep yang alami sehingga para burung merasa seperti di habitatnya”.

Memulai budidaya dari dua pasang burung murai, hingga berkembang sampai 18 pasang. “Jadi penting sekali untuk budidaya memilih indukan yang terbaik, sehingga bisa menghasilkan anakan yang berkualitas,” ujarnya.

Dalam satu tahun burung murai produktif hanya 8 bulan dan setiap bulan rata-rata setiap pasang menghasilkan dua anakan. “Burung murai butuh waktu sekitar 4 bulan untuk proses ganti bulu, jadi pada masa itu mereka tidak bisa produktif,” terangnya.

Harga burung murai yang Iqbal hasilkan bervariasi dari satu juta hingga lima juta rupiah per ekor. “Jadi kualitas burung murai sangat menentukan harganya,” ujarnya.

Untuk perawatannya Iqbal mengajak masyarakat sekitar yang juga mempunyai hobi merawat burung, karena akan lebih mudah untuk menerapkan dan mengembangkan SOP sehingga kualitas burung murai di Daeng Bird Farm, yang berlokasi di Legok, Tangerang bisa tetap terjaga.

Ketua umum Intani, Guntur Subagja menyampaikan dalam pengantarnya bisnis budidaya burung murai ini sangat menarik, karena bukan sekedar mengejar keuntungan materi tetapi juga ikut serta dalam membangun ekosistem burung murai sehingga tetap lestari.

Selain itu menurut Guntur, Iqbal cukup cerdas dalam mengembangkan bisnisnya dengan merangkul masyarakat sekitar dan tinggal mengembangkan potensi yanga ada. “Sejalan dengan empat strategi Intani, dalam mengembangkan sumberdaya yang ada dengan meningkatkan capacity building, technology innovation, connection & product innovation”.

Webinar inspirasi bisnis Intani dengan tema ‘Bisnis Burung Murai’ dipandu Julianto dan diikuti peserta dari berbagai daerah via daring zoom dan streaming di TANITV.*

Agronative Farm, Contoh Sukses Pengaplikasian Kemajuan Teknologi Pada Pertanian

0

INTANI.ORG – Di era modern seperti saat ini sudah menjadi hal umum dalam menggunakan kemajuan teknologi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pekerjaan di segala bidang. Tak terkecuali Agronative Farm, kelompok tani hortikultura yang berada di Cibodas, Lembang, Bandung Barat.

“Kita di sini sudah mengaplikasikan beberapa teknologi seperti penggunaan green house, smart farming yaitu pengaplikasian IoT dan sistim pola tanam,” terang Dadan Kartiwa, narasumber inspiratif webinar inspirasi bisnis Intani seri ke 96, Rabu (26/11/2022).

Dadan yang juga ketua kelompok tani Agronative Farm dengan anggota kurang lebih 80 orang menuturkan bahwa kelompok tani ini dibentuk sejak 2020.

“Sebelumnya saya sudah bertani, namun karena sering menghadapi kesulitan saat mencari pasar untuk menjual hasil panen dari situ saya mulai terpikir untuk membentuk satu kelompok tani yang lebih terstruktur maka terbentuklah Agronative Farm ini,” terangnya.

Untuk penggunaan IoT, Dadan menerangkan bahwa awalnya hanya untuk uji coba saja, hingga akhirnya terus berlanjut dan mampu sewa sendiri. “Kita kerja sama dengan Habibi Garden, sudah 50 persen lahan kami menggunakan IoT, dari satu software IoT bisa menjangkau satu hektar lahan”.

Dadan menuturkan dengan menggunakan IoT sangat mempermudah para petani untuk penyiraman dan pemberian nutrisi. Dari segi waktu juga sangat efisien, sehingga petani bisa melalukan aktivitas pekerjaan lain sebagai penghasilan tambahan seperti mengojek dan lainnya.

Pola tanam sendiri dilakukan untuk pemenuhan permintaan pasar agar bisa terus kontinu. Dadan mengatakan selain memenuhi pasar lokal mereka juga suplai ke beberapa start up seperti Tani Hub, Segari dan Pasarnow serta pasar ekspor.

“Kami biasanya ekspor baby buncis kenya ke Singapura, Hongkong dan Vietnam, selain itu kami juga ekspor kabocha hijau dan kuning. Ekspornya tidak langsung jadi melalui eksportir lagi,” ujarnya.

Sebagai usaha pengembangan bisnis pada 2021 dibentuklah Koperasi Produsen Pratama Agronative Indonesia dan juga melakukan kerja sama dengan BPRS HIK Parahyangan dan Dompet Dhuafa.

“Dari Dompet Dhuafa ada program Desa Tani, awal penerima manfaat 12 petani lalu semakin berkembang hingga menjadi 53 petani,” jelasnya.

Jadi untuk penyalurannya tidak diberikan dana langsung, Dadan bersama timnya memberikan petani lahan yang sudah siap olah dilengkapi teknologinya dengan satu bagian menggunakan green house dan dua bagian konvensional.

“Petani tinggal olah saja sesuai SOP yang kita berikan, hasil panennya pun kita yang ambil. Dari situ petani bisa lebih tenang karena bisa memperoleh harga yang stabil,” terangnya.

Lebih lanjut, Ustad Jajang Sugandi selaku anggota dan pengelola Agronative Farm juga menerangkan untuk pembuatan green house mengaplikasikan kearifan lokal sehingga harga jauh lebih terjangkau dan menjaga kelestarian alam berkelanjutan.

“Satu green house seluas 250 meter persegi butuh modal 10 juta rupiah, dengan estimasi ketahanan hingga lima tahun. Karena kami menggunakan bambu sebagai bahan baku utama, sehingga bisa murah namun tetap berkualitas,” ujar Ustad Jajang.

Selain itu, Agronative Farm juga memberdayakan para single parent untuk ikut dalam program ini. Untuk terus mengembangkan program kerja sama ini, Agronative Farm juga bekerja sama dengan PTPN untuk penyewaan lahan seluas 10 hektar.

“Sejauh ini sudah ada 50 green house dan selebihnya pertanian konvensional. Pertanian kami juga sudah semi organik, untuk kualitas produk bisa terjamin. Selain itu kami juga sedang mengembangkan produk olah seperti minuman kemasan, brownis dan aneka kripik yang di kelola koperasi,” terang Dadan.

Ketua umum Intani, Guntur Subaja sangat mengapresiasi pencapaian Agronative Farm, hal ini sejalan dengan konsep Intani ‘empower to power’, bagaimana memberdayakan masyarakat menjadi kekuatan. Ada lima langkah yang dilakukan Intani yaitu, capacity building, technology innovation, product development, social entreprise, collaboration.

“Agronative Farm ini merupakan roll model pengelolaan pertanian yang sesungguhnya, dari hulu sampai hilir terintegrasi dengan sangat baik. Selain itu sudah semi organik, ini sangat dibutuhkan agar terwujud pertanian yang berkelanjutan, tercipta alam yang lestari dan sehat bagi masyarakat,” terang Guntur.

Sebagai penutup Dadan juga menyampaikan untuk tidak ragu memilih profesi sebagai petani, karena sudah terbukti menjadi profesi yang bertahan disegala kondisi. “Untuk para petani muda harus terus berinovasi dan terbuka dengan teknologi berkelanjutan. Jangan ragu jadi petani, karena dengan menjadi petani sama dengan menjadi pahlawan bagi bangsa dan negara,” tutupnya.

Webinar inspirasi bisnis Intani dengan tema ‘Konsep Bertani Modern ala Agronative Farm’ dipandu oleh Ila Failani dan diikuti peserta dari berbagai daerah via daring zoom dan streaming di TANITV.*

Momentum Mengevaluasi Kebijakan Perberasan Nasional

0

JAKARTA — Stok beras yang dikelola Perum Bulog saat ini berada di titik terendah dalam sembilan tahun terakhir. Pemerintah melirik opsi impor untuk mendongkrak stok. Di sisi lain, penyerapan beras dalam negeri cenderung lebih rendah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Situasi itu dinilai menjadi tanda perlunya mengevaluasi tata kelola Bulog dan kebijakan harga pembelian pemerintah untuk memperkuat daya serap dalam negeri.

Secara berturut-turut, stok beras akhir tahun yang dikelola Perum Bulog sebanyak 1,61 juta ton pada tahun 2014, lalu 1,32 juta ton (2015), 1,61 juta ton (2016), 945.532 ton (2017), 2,02 juta ton (2018), 1,87 juta ton (2019), 956.138 ton (2020), dan 808.311 ton (2021). Sementara itu, per Jumat (25/11/2022), stok Bulog berada di kisaran 571.000 ton.

Penurunan itu sejalan dengan penyerapan beras dalam negeri. Pada panen raya 2022, realisasinya cenderung lebih rendah dibandingkan beberapa tahun sebelumnya. Pada semester I-2022, realisasi penyerapan beras dalam negeri oleh Bulog sebanyak 550.134 ton. Padahal, pada semester I tahun 2018 sebanyak 1 juta ton, lalu 748.365 ton (2019), 696.297 ton (2020), dan 739.133 ton (2021).

Data Badan Pangan Nasional (NFA) yang dipaparkan dalam Rapat Dengar Pendapat Komisi IV DPR, Rabu (23/11/2022), menyebutkan, realisasi serapan beras oleh Bulog pada semester I tahun ini 25,6 persen lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Padahal, produksi beras nasional meningkat 0,71 persen. Produksi beras nasional pada semester I-2022 mencapai 1,86 juta ton, sedangkan periode sama tahun sebelumnya 1,81 juta ton.

Menurut Ketua Umum Perkumpulan Insan Tani dan Nelayan Indonesia Guntur Subagja, pemerintah perlu mengevaluasi kebijakan harga pembelian pemerintah (HPP) dan menaikkannya. ”Saat ini jadi momentum mengevaluasi HPP karena petani berharap Bulog menyerap lebih besar saat harga turun. Selain itu, pemerintah sudah mengurangi pupuk bersubsidi (sehingga menyebabkan harga gabah naik),” ujarnya saat dihubungi, Jumat (25/11/2022).

Kebijakan HPP yang berlaku bagi Bulog dalam menyerap gabah/beras dalam negeri tertuang dalam Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 24 Tahun 2020 tentang Penetapan Harga Pembelian Pemerintah untuk Gabah atau Beras. Regulasi ini menyebutkan, HPP untuk gabah kering panen (GKP) di tingkat petani ditetapkan Rp 4.250 per kilogram (kg), gabah kering giling (GKG) di penggilingan Rp 5.250 per kg, sedangkan HPP beras di gudang Bulog Rp 8.300 per kg.

Lima tahun lalu, nilai HPP tersebut diatur dalam Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 5 Tahun 2015 tentang Kebijakan Pengadaan Gabah/Beras dan Penyaluran Beras oleh Pemerintah. Aturan tersebut menyatakan, harga GKP di tingkat petani Rp 3.700 per kg, GKG di penggilingan Rp 4.600 per kg, dan beras di gudang Bulog Rp 7.300 per kg.

Guntur mengusulkan, kebijakan HPP dapat mempertimbangkan laju inflasi. Dia berharap, pemerintah dapat meningkatkan HPP GKP di tingkat petani ke atas Rp 5.000 per kg. Dengan demikian, Bulog mampu bersaing dengan pelaku perberasan lainnya dalam menyerap gabah dari dalam negeri.

Ketika panen raya, menurut Sekretaris Perusahaan Perum Bulog Awaludin Iqbal, Bulog berupaya menyerap surplus produksi. Pada panen raya tahun ini, harga di pasar telah mendekati atau bahkan melebihi HPP yang ditentukan bagi Bulog. ”Harga tersebut terbentuk salah satunya dipengaruhi oleh jumlah perusahaan yang menyerap,” ujarnya.

Situasi itu menjadi tantangan bagi Bulog dalam mengoptimalkan serapan dalam negeri pada panen raya 2022. Kinerja tersebut, lanjut Awaludin, berdampak pada jumlah stok yang merupakan konsekuensi proses dalam upaya menjaga harga di hulu.

Data Badan Pusat Statistik menunjukkan, harga GKP di tingkat petani sepanjang panen raya 2022 sebesar Rp 4.849 per kg (Februari), Rp 4.570 per kg (Maret), Rp 4.369 per kg (April), Rp 4.461 per kg (Mei), dan Rp 4.538 per kg (Juni). Adapun harga beras medium di penggilingan sepanjang Februari-Juni 2022 bergerak di angka Rp 9.008-Rp 9.359 per kg.

Tata kelola

Sementara itu, Ketua Umum Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) Sutarto Alimoeso menilai, polemik beras yang terjadi saat ini menunjukkan strategi penyerapan dan penyaluran belum selaras dengan pola produksi, konsumsi, dan distribusi beras. Stok beras Bulog saat ini mencerminkan kemampuan serap yang tak optimal saat panen raya.

Permasalahan itu, kata Sutarto, berakar dari penugasan stabilisasi harga di hulu yang tidak disertai kepastian penyaluran, terutama sejak peralihan program bantuan sosial (beras miskin/beras sejahtera) menjadi bantuan pangan nontunai. ”Bulog membutuhkan perkiraan jumlah yang pasti dalam penyaluran per bulannya sehingga dapat menghitung jumlah serapan agar tidak rugi dan tak menyimpan gabah dalam jangka waktu yang lama,” ujarnya.

Penyaluran beras Bulog secara berturut-turut mencapai 3,11 juta ton pada tahun 2014, lalu 3,56 juta ton (2015), 3,21 juta ton (2016), 2,74 juta ton (2017), 1,9 juta ton (2018), 1,1 juta ton (2019), 1,67 juta ton (2020), dan 1,17 juta ton (2021). Peralihan mekanisme bantuan pangan pemerintah dari natura menjadi bantuan pangan nontunai mulai dirintis sejak 2017. Pada tahun ini, realisasi penyaluran untuk operasi pasar per Jumat (25/11/2022) berkisar 992.000 ton.

Sementara itu, Guru Besar Fakultas Pertanian IPB University sekaligus Ketua Umum Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI) Dwi Andreas Santosa menyebutkan, harga gabah sepanjang panen raya 2022 berada di bawah HPP berdasarkan data survei AB2TI. Artinya, pada saat itu Bulog semestinya bisa menyerap besar-besaran.

Agar kemampuan serap terjaga, Dwi mengatakan, pemerintah mesti menopang dengan serius pembiayaan Bulog dalam menjalankan tugas stabilisasi harga di tingkat petani dan konsumen. ”Jangan sampai pembiayaan ini membebani Bulog,” ujarnya.*

sumber: kompas.id

Pegadaian dan Mitra Mikro Kembangkan Wakaf Produktif Peternakan untuk Pengentasan Kemiskinan

0

INTANI.ORG, BOGOR – PT Pegadaian bersama Mitra Mikro Social Investment dan Intani Farm mengembangkan pemberdayaan masyarakat untuk pengentasan kemiskinan melalui program peternakan berkelanjutan berbasis wakaf produktif.

Program bantuan hibah dana TJSL (Tanggungjawab Sosial dan Lingkungan) PT Pegadaian dikelola Mitra Mikro dan Intani Farm dengan model wakaf produktif peternakan domba, yang hasilnya disalurkan kepada masyarakat dhuafa sebagai penerima manfaat (maukuf alaih).

Direktur Jaringan Operasi dan Penjualan PT Pegadaian Eka Pebriansyah menyerahkan secara simbolik kepada penerima manfaat bantuan domba untuk dibudidayakan di kawasan Intani Farm, Bogor, Kamis, 17 November 2022. Untuk tahap awal penerima manfaat sebanyak enam keluarga dan akan dilanjutkan tahap berikutnya.

Hadir dalam acara tersebut Ketua Umum Insan Tani dan Nelayan Indonesia (Intani) dan Pembina Yayasan Mitra Mikro Guntur Subagja Mahardika, Kepala Divisi TJSL Pegadaian Rully Yusuf, CEO Mitra Mikro Social Investment Andi Sapran, dan CEO Koperasi Agro Maritim Nusantara Slamet Riyanto.

Direktur Jaringan Operasi dan Penjualan PT Pegadaian Eka Pebriansyah berharap program bantuan budidaya domba ini berkelanjutan dan menjadi model bisnis yang dapat dikembangkan di lokasi lainnya. “Program ini saya ingin sustain, kita cari pola dan model bisnis  menciptakan ekosistem yang memberikan manfaat bagi masyarakat,”ungkap Eka Pebriansyah.

Pembina Yayasan Mitra Mikro Guntur Subagja menjelaskan bantuan hibah TJSL Pegadaian ini dikelola dengan model wakaf produktif budidaya pembiakan (breeding) domba yang hasil keuntungannya disalurkan kepada penerima mafaat selaku maukuf alaih. Yayasan Mitra Mikro memiliki lembaga nazhir wakaf Mitra Mikro Social Investment yang terdaftar dan diawasi Badan Wakaf Indonesia (BWI).

Para penerima manfaat juga dapat turut merawat domba tersebut dengan pendampingan para profesional Intani Farm. “Kami menyiapkan kandang,  fasilitas dan infrastruktur peternalan yang dapat dimanfaatkan masyarakat untuk pelatihan dan kerjasama budidaya,”tutur Ketua Umum Intani tersebut.

Dengan konsep wakaf produktif, selama domba indukan produktif beranak, para dhuafa selaku penerima manfaat akan terus memperoleh hasil yang menjadi pendapatannya. Rata-rata masa produktivitas domba indukan sekitar lima tahun. “Kami berterimakasih kepada Pegadian, Mitra Mikro, Intani Farm, dan BUMN, semoga bantuan ini dapat meningkatkan kesejahteraan kami,”ungkap Oman, salah satu penerima manfaat.

PT Pegadaian sangat peduli dalam pemberdayaan masyarakat. “Saya yakin ini dikembangkan dan disinergikan menjadi sebuah potensi ke depan bisa bermanfaat bagi semua pihak,”ujar Direktur Pegadaian Eka Pebriansyah.*

Kampung Mina Padi Samberembe, Contoh Sukses Integrasikan Pertanian, Perikanan dan Wisata

INTANI.ORG – Dengan mengembangkan pertanian bisa menggerakkan lima sektor yaitu pangan, industri farmasi, industri kecantikan, pariwisata dan energi terbarukan seperti yang sering disampaikan ketua umum Intani, Guntur Subagja.

Kampung Mina Padi di desa Samberembe, Sleman, Yogyakarta menjadi contoh sukses bagaimana memaksimalkan potensi pertanian yang memberikan dampak ekonomi luas bagi masyarakat desa.

“Kita sampai saat ini sudah mencapai tiga hal yaitu pangan dari sisi padi, ikan dan beberapa komoditi hortikultura, lalu pariwisata & edukasi, serta kelompok UMKM,” terang Tri Dodi Hermawanto, pengelola Mina Wisata Technopark Samberembe yang juga narasumber webinar inspirasi bisnis Intani seri ke 95, Rabu (16/11/2022)

Dodi juga mengatakan pengembangan Kampung Mina Padi ini sejak 2019 mendapat pendampingan dari BSI, Laznas dan Rumah Zakat. “Jadi kami dibantu dari segi modal dan pengembangan potensi mina padi ini. Masa pendampingan selama 5 tahun, tapi target kami sebelum itu sudah bisa mandiri,” ujarnya.

Lahan yang dikelola seluas 3 hingga 4 hektar dan berbagai inovasi usaha sudah dikembangkan seperti mina cabai, mina timun, kolam buster, pakan mandiri, bibit nila remaja & konsumsi, pasar ikan, sistem mina padi dengan kincir air dan beragam produk olahan.

“Saat pandemi kami mengalami kesulitan untuk menjual hasil panen ikan, dari situ kami mulai berinovasi untuk membuat beragam produk olahan camilan seperti baby nila crispy, nuget ikan, pepes nila dan bakso goreng tulang ikan,” jelas Dodi.

Di tahun ini, Kampung Mina Padi Samberembe mulai bangkit banyak pengunjung mulai datang. “Pengunjung cukup membayar 15 ribu hingga 35 ribu untuk makan dan 700 ribu untuk paket edukasi”.

Beberapa fasilitas wisata yang disediakan seperti wisata kuliner, outbond, wisata alam, tracking sungai, pagelaran seni dan spot selfi. “Selain itu kami juga menyewakan joglo & pendompo untuk seminar, family gathering dan pernikahan serta camping ground,” ujarnya.

Dodi menuturkan untuk bisa sukses hingga saat ini dengan mengaplikasikan 3 hal seperti yang disampaikan insiator Kampung Mina Padi, Frans Hero Making, yang juga penyuluh perikanan kecamatan Pakem, Sleman. “Pertama bangun tim, lalu adanya kepemimpinan yang kuat serta tentukan misi yang jelas. Tiga hal ini saling berkaitan untuk terus mengembangkan Kampung Mina Padi agar bisa sustain”.

Selain itu Gunarto, selaku ketua pengelola mina padi turut menyampaikan teknik-teknik yang diaplikasikan dalam mengembangkan mina padi di sana. “Jadi sistem mina ini tidak hanya bisa diaplikasikan pada tanaman padi, tetapi juga tanaman hortikultura,” terangnya.

Hingga kini sudah menyerap banyak kelompok masyarakt untuk mengelola Mina Wisata Technopark Samberembe. “50 orang untuk mina padi, 4 orang ibu-ibu mengolah produksi, 20 orang dari pokdarwis mengelola wisata dan 60 orang yang aktif untuk pasar tiban,” ujar Dodi Hermawanto.

Guntur Subagja, ketua umum Intani sangat mengapresiasi kesuksesan Kampung Mina Padi mampu mengoptimalkan pertanian menjadi sumber ekonomi yang luar biasa bagi masyarakat desa.

“Kami juga di Intani sedang mengembangkan Intani Farm di desa Palasari, Bogor sebagai pilot project integrasi pertanian, peternakan, perikanan dan eduwisata. Harapannya tentu ini bisa menjadi contoh bagi berbagai desa di Indonesia agar mampu mengembangkan potensi desa sehingga terwujud kemandirian ekonomi nasional dari desa,” terang Guntur.

Sejalan dengan yang disampaikan ketua umum Intani, Dodi juga mengatakan keberhasilan dalam membangun Kampung Mina Padi dengan tiga hal yaitu SDM yang unggul, pengoptimalan potensi alam dan terbuka pemasukan dari luar untuk pengembangan inovasi.

Webinar inspirasi bisnis Intani dengan tema ‘Integrasi Pertanian, Perikanan dan Wisata’ dipandu oleh Ila Failani dan diikuti ratusan peserta dari berbagai daerah di Indonesia via daring zoom dan streaming di TANITV.*