11.1 C
Paris
Thursday, October 31, 2024

Ketum Intani: KTT G20 Sebagai Pembuktian Indonesia Sebagai Negara Kuat Yang Memiliki SDM Unggul & SDA Melimpah

0

INTANI.ORG – Indonesia sukses menyelenggarakan KTT G20 di Bali yang dihadiri para pemimpin dunia. “Ini menjadi momentum kebangkitan dan pembuktian Indonesia di mata dunia sebagai negara yang kuat serta memiliki potensi besar dari segi sumber daya alam dan SDM yang unggul,” terang Guntur Subagja, ketua umum Intani saat membuka webinar inspirasi bisnis Intani seri ke 95 secara daring, Rabu (16/11/2022).

Menurut Guntur, keberhasilan ini juga bisa meningkatkan kepercayaan dunia untuk berinvestasi di Indonesia. “Momentum ini harus kita maksimalkan untuk meningkatkan kemandirian ekonomi nasional,” ujarnya.

KTT G20 kali ini juga menarik, karena tidak hanya fokus membahas finance core tetapi juga isu krisis global yang mencakup krisis kesehatan, krisis pangan, krisis energi dan krisis keuangan.

“Pandemi Covid-19 memang memberikan guncangan besar bagi berbagai negara di dunia, tidak sedikit negara maju yang mengalami krisis di berbagai sektor hingga akhirnya masuk ke jurang resesi. Namun Indonesia mampu membuktikan bisa bertahan di tengah krisis global, bahkan kita bisa swasembada pangan,” terangnya.

Tidak bisa dipungkiri, sumber daya alam yang melimpah dan bonus demografi yang dimiliki Indonesia menjadi salah satu kuncinya. Guntur mengatakan, pengoptimalan dua potensi ini sangat membantu perekonomian nasional bertahan di tengah krisis global.

“Realita di lapangan, masyarakat seakan tidak terkena krisis yang sangat dahsyat karena ditopang dengan ekonomi kerakyatan atau gotong royong, kekuatan ekonomi yang dibangun kelompok masyarakat dengan mengoptimalkan potensi sekitar,” ujar Guntur, yang juga menjabat sebagai asisten staf khusus Wapres RI.

Seperti contoh nyata yang dilakukan oleh kelompok masyarakat desa Samberembe, Sleman dalam mengoptimalkan lahan pesawahan menjadi destinasi wisata mina padi. Kegiatan ini diinisiasi oleh Frans Hero Making, penyuluh perikanan kecamatan Pakem, Sleman.

Hingga kini sudah menyerap banyak kelompok masyarakat untuk mengelola Mina Wisata Technopark Samberembe. “50 orang untuk mina padi, 4 orang ibu-ibu mengolah produksi, 20 orang dari pokdarwis mengelola wisata dan 60 orang yang aktif untuk pasar tiban,” terang Tri Dodi Hermawanto, pengelola Mina Wisata Technopark Samberembe yang juga narasumber webinar inspirasi bisnis Intani yang ditayangkan streaming di TANITV.

Hal ini menjadi bukti bahwa membangun kekuatan ekonomi nasional dan ketahanan pangan harus di mulai dari desa. “Bersama Prof. Gunawan Sumodiningrat, kami memiliki visi untuk memajukan Indonesia mulai dari desa. Dengan potensi 83.000 lebih desa yang ada jika dioptimalkan denga maksimal akan menjadi kekuatan yang luar biasa, jika desa maju maka otomatis Indonesia akan maju begitu pula sebaliknya,” ujar Guntur.

Guntur kembali mengingatkan dengan mengoptimalkan pertanian bisa berdampak pada lima sektor yaitu pangan, industri farmasi, industri kecantikan, pariwisatan dan energi terbarukan. “Jadi mari bergerak bersama kembangkan potensi alam dan maksimalkan bonus demografi kita untuk mewujudkan kemandirian ekonomi berkelanjutan,” tutup Guntur.*

Petani Tak Ingin Ada Impor

0
Buruh tani memanggul benih padi varietas Inpari yang berusia satu bulan di Desa Srimahi, Kecamatan Tambun Utara, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Selasa (18/10/2022). (AGUS SUSANTO)

Pemerintah perlu lebih cermat melihat daerah-daerah yang produksi berasnya masih potensial menjadi sumber serapan.

“Jangan ada dalih untuk mengimpor beras, yang dikhawatirkan merusak harga pasar. Apabila impor dilakukan sekarang, datangnya (beras) akan mendekati panen raya. Meskipun jumlah (beras impor)-nya sedikit, beras impor tersebut akan menjatuhkan harga gabah di tingkat petani,”ungkap Ketum Intani Guntur Subagja.

INTANI.ORG, JAKARTA — Petani tidak ingin pemerintah mengimpor beras untuk memperkuat cadangan beras pemerintah atau CBP karena dapat menjatuhkan harga saat panen raya tiba. Petani berharap Perum Bulog memaksimalkan penyerapan beras di dalam negeri selama periode November hingga Desember tahun ini.

Berdasarkan data Badan Pangan Nasional (NFA), stok beras Bulog per 13 November 2022 sebanyak 651.437 ton yang terdiri dari CBP 516.292 ton dan sisanya beras komersial. NFA menargetkan Bulog dapat meningkatkan stoknya hingga 1,2 juta ton pada akhir 2022.

Ketua Umum Perkumpulan Insan Tani dan Nelayan Indonesia Guntur Subagja optimistis produksi pada November-Desember 2022 cukup untuk memenuhi target pengadaan beras yang dikelola Bulog. ”Data proyeksi Badan Pusat Statistik (BPS) cenderung positif. Dengan demikian, perlu lebih cermat melihat daerah-daerah yang produksinya masih potensial menjadi sumber serapan, seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Sumatera Selatan,” ujarnya saat dihubungi di Jakarta, Kamis (17/11/2022).

Sesuai perkiraan BPS, potensi produksi beras sepanjang Oktober-Desember 2022 mencapai 5,9 juta ton atau naik 15,12 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya. Kenaikan ini dipengaruhi oleh meningkatnya luas panen sekitar 270.000 hektar. Namun, produksi beras pada Januari-September 2022 sebanyak 26,17 juta ton atau lebih rendah 0,22 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.

Di tengah cuaca yang cenderung bersifat basah, menurut Guntur, petani akan senang apabila gabah/berasnya langsung diserap. Petani enggan menahan beras karena berpotensi meningkatkan kadar air. Oleh sebab itu, dia berharap Bulog dapat menyerap gabah/beras petani meskipun harganya tinggi.

Data BPS mencatat, harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani per Oktober 2022 Rp 5.354 per kilogram (kg). Angka ini lebih tinggi 4,13 persen daripada bulan sebelumnya dan melesat 16,18 persen ketimbang Oktober 2021.

Harga pembelian pemerintah (HPP) untuk pengadaan CBP yang dikelola Bulog diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 24 Tahun 2020. Regulasi itu menyebutkan, HPP untuk GKP di tingkat petani ditetapkan Rp 4.200 per kg. Adapun HPP beras di gudang Bulog Rp 8.300 per kg.

Guntur menambahkan, jangan ada dalih untuk mengimpor beras yang dikhawatirkan merusak harga pasar. ”Apabila impor dilakukan sekarang, datangnya (beras) akan mendekati panen raya. Meskipun jumlah (beras impor)-nya sedikit, beras impor tersebut akan menjatuhkan harga gabah di tingkat petani,” tuturnya.

Berdasarkan laporan yang diterima, Ketua Departemen Pengkajian Strategis Nasional Serikat Petani Indonesia (SPI) Mujahid Widian menyampaikan, masih ada panen di sejumlah daerah. Misalnya, panen di Tuban, Jawa Timur, dengan harga GKP Rp 5.500-Rp 5.700 per kg dan beras Rp 9.500-Rp 10.500 per kg. Ada juga panen di Pringsewu, Lampung, dengan harga GKP sekitar Rp 4.500 per kg dan beras Rp 9.000 per kg.

Dalam jangka pendek ini, kata Mujahid, pemerintah dan Bulog sebaiknya memaksimalkan penyerapan dalam negeri. Apabila serapan dari petani belum cukup, sumber beras lain di dalam negeri, seperti di pedagang dan penggilingan, dapat menjadi alternatif.

Data NFA menunjukkan, stok beras nasional pada pekan pertama November 2022 kira-kira mencapai 6,6 juta ton. Beras itu tersebar di rumah tangga dengan proporsi 50,5 persen, penggilingan (22,1 persen), pedagang (11,9 persen), Bulog (9,9 persen). Sisanya berada di hotel, restoran, dan kafe (5 persen) serta Pasar Induk Beras Cipinang (0,6 persen).

Harga berpotensi naik

Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi memperkirakan, produksi beras pada akhir tahun sebanyak 7 persen dari total produksi sepanjang tahun. ”Di sisi lain, program Ketersediaan Pasokan dan Stabilisasi Harga (KPSH) mesti terus berlanjut hingga masa Natal-Tahun Baru 2023 dan jelang panen raya,” katanya saat dihubungi.

Program KPSH merupakan strategi pemerintah dalam mengendalikan laju inflasi pangan. BPS mencatat, inflasi bahan makanan pada Oktober 2022 mencapai 7,04 persen dibandingkan Oktober 2021. Angka ini lebih tinggi dibandingkan inflasi umum yang sebesar 5,71 persen.

Sementara itu, menurut Sekretaris Menteri Negara Pangan 1993-1999, Sapuan Gafar, harga beras berpotensi naik pada akhir Desember hingga awal Februari 2023. Namun, kenaikan harga beras itu bersifat musiman dan berpotensi tidak berpengaruh signifikan terhadap inflasi sepanjang tahun karena akan ada kompensasi penurunan harga saat panen raya tiba.

Apabila Bulog dipaksa menyerap beras dari pasar dalam negeri pada saat ini, dia khawatir akan memicu kenaikan harga. ”Menurut saya, tak ada cara lain untuk mengatasinya selain impor beras yang terukur dan jenisnya premium. Jumlah impor harus dihitung secara hati-hati karena Bulog tidak memiliki kanal penyaluran tetap,” ujarnya.*

sumber: kompas.id

Mentan Ajak Negara G20 Kuatkan Pangan Sebagai Pilar Kemanusiaan

0

INTANI.ORG, BALI – Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) mengajak  negara G20 untuk menguatkan ketahanan pangan bersama sebagai pilar utama kemanusiaan dunia. Menurut SYL sektor pangan sangatlah penting dan tidak boleh bersoal hanya karena kepentingan negaranya sendiri.

“Apa yang ingin saya katakan bahwa kerjasama dunia dalam menghadapi krisis pangan ini mutlak dilakukan karena tidak ada satu negara yang punya kemampuan sendiri. Inilah yang juga akan bersoal secara global,” ujar SYL saat menjadi pembicara pada Global Food Security forum yang digelar Minggu, 13 November 2022.

Bagi Indonesia, kata Mentan SYL, ada tiga hal penting yang menjadi fokus utama dalam mengantisipasi krisis dunia. Pertama mempromosikan sistem pertanian dan pangan yang tangguh dan berkelanjutan. kedua, mempromosikan perdagangan pertanian yang terbuka dan non diskriminatif dan ketiga memastikan ketersediaan dan keterjangkauan pangan yang ada.

“Saya selalu katakan pangan adalah human right. Karena itu tidak boleh ada negara di G20 ini menutup diri atau membatasi ekspornya atau memproteksi hanya kepentingan nasional karena kita sudah menyepakatinya,” katanya.

Terakhir, SYL mengatakan bahwa sektor pangan sesuai kesepakatan yang ada merupakan sektor super prioritas yang harus dikelola bersama dan berkelanjutan. Oleh karena itu, anggaran di semua negara juga harus dinaikkan untuk mendukung ketersediaannya.

“Kalau kita bicara konteks global, mapping kita terhadap yang mana negara-negara yang bersoal pangannya harus bisa kita pastikan untuk melakukan langkah seperti apa subjeknya, objeknya dan metodologi yang kita pakai untuk membantu mereka yang sorted di bidang pangan,” katanya.

“Di kami (Indonesia) sekarang ini stoknya 10,2 juta ton beras. Tapi intinya semua kekuatan dari sebuah negara yang sudah melampaui kemampuan atau ketersediaannya untuk tingkat nasional masing-masing harus dicanangkan untuk kepentingan global,” katanya.

Berikutnya, kata SYL, yang juga tidak kalah penting adalah meningkatkan skala produksi pangan lokal untuk mensubtitusi gandum. Saat ini, kementan telah menyiapkan sagu, gandum dan juga singkong sebagai bahan pembuat tepung pengganti gandum.

“Memang kami harus mempersiapkan langkah substitusi pada masalah gandum itu, kami persiapkan sagu, kami persiapkan singkong dan kami persiapkan juga sorgum. Oleh karena itu menurut saya yang paling penting memang kerjasama Global ini dimantapkan tidak hanya sebatas retorika dan diskusi. Tetapi bagaimana monitoring langkah lanjut di tingkat implementasi kebutuhan yang ada,” katanya.* (na-sumber: Kementan)

Bio Nature Nusantara, Bawa Produk Organik Lokal Menjadi Potensi Bisnis yang Menjanjikan

0

INTANI.ORG – Keprihatinan terhadap kondisi pasar produk organik di Indonesia, menjadi salah satu landasan Agung Saputra, milenial asal Sleman – Yogyakarta mendirikan Bio Nature Nusantara pada 2015.

“Saya juga melihat tingkat kebutuhan dan kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi produk sehat & organik semakin meningkat, serta didukung dengan potensi pertanian organik lokal yang ada maka saya dirikan Bio Nature Nusantara ini,” terang Agung saat membuka paparannya sebagai narasumber inspiratif webinar inspirasi bisnis INTANI seri ke 94, Rabu (9/11/2022).

Sejak didirikan, sudah berbagai produk dipasarkan,  mulai dari beras organik & tepung beras organik (beras putih, beras merah, beras hitam, beras coklat & beras campur), VCO, coconut cooking oil, serta berbagai tepung dari ubi (ubi ungu, ubi kuning, mocaf dari singkong) dan ada juga tepung dari pisang.

Tidak hanya fokus produksi dan pemasaran, tetapi Agung juga membentuk Komunitas Organik Indonesia (KOI) dimana anggotanya mulai dari petani hingga para konsumen produk organik.

“Di awal memang sistem pemasaran kita secara offline langsung ke konsumen, reseller dan pasar lokal, jadi ketika awal pandemi dampaknya sangat terasa bagi kami. Maka sekarang kita sudah kembangkan pemasaran dengan online dan juga B2B,” ujarnya.

Agung bersama komunitasnya juga rutin melaksanakan OGH Expo yaitu ‘Organic, Green, and Healthy Expo’ sebagai wadah untuk memperluas pasar dan meningkatkan literasi masyarakat pentingnya mengkonsumsi produk pangan sehat.

Untuk kapasitas produksi, Agung mengatakan bisa mencapai 50-60 ton per bulan untuk produk beras dan 200 liter minyak setiap minggu serta produk lainnya mencapai 1 ton setiap minggu.

Guntur Subagja, ketua umum Intani menyampaikan dalam pengantarnya bahwa langkah yang diambil Agung sudah sangat tepat dalam memilih mengembangkan produk pertanian organik lokal.

“Komoditas-komoditas organik ini memang menjadi pilihan banyak orang terutama setelah pandemi, maka yang perlu dilakukan adalah meningkatkan produksi, pemasaran dan promosi agar lebih banyak masyarakat yang menjangkau produk organik. Langkah strategis yang dilakukan Agung sudah sangat tepat, selain produksi juga bangun komunitasnya,” terang Guntur.

Selain itu menurut Guntur kembali ke pertanian organik sangat penting untuk mengembalikan fungsi alam sebaik-baiknya dan mewujudkan pertanian yang berkelanjutan. Tidak hanya menjaga kelestarian alam tetapi juga menyehatkan masyarakat.

Lebih lanjut Agung juga menyampaikan masih terkendala untuk peningkatan produksi, karena ketersediaan peralatan produksi yang terbatas. Selain itu dari semua produk organiknya baru produk beras yang bersertifikat LSO(Lembaga Setifikasi Organik).

“Untuk produk lainnya kami menggunakan penjaminan kelompok produk organik dari PAMOR (Penjamin Mutu Organik) Indonesia, karena untuk LSO memang biaya sertifikasinya relatif tinggi,” terang Agung.

Anggota dari Aliansi Organik Indonesia (AOI), Muladiyanto yang juga pengelola PAMOR untuk Solo Raya menerangkan PAMOR terbentuk untuk memberikan penjaminan organik bagi petani kecil dengan biaya yang lebih murah, dapat diterima secara nasional, memiliki integritas organik bertaraf tinggi, mudah dipahami dan kredibel.

“Kami mengikuti pola seperti di Brasil, India dan Thailand, penjaminan mutu organik secara kelompok yang diakui negara, namun disayangkan di Indonesia baru LSO yang diakui. Maka kami membentuk PAMOR agar para petani kecil bisa menjangkau sertifikasi dengan biaya terjangkau,” jelasnya.

Muladiyanto juga menerangkan selain sebagai penjaminan mutu organik, PAMOR juga membina para petani mulai dari budidaya, packaging produk, pemasaran dan penguatan kelompok tani.

“Kolaborasi dengan PAMOR ini memang dampaknya sangat positif bagi kami, selain penjaminan mutu juga peningkatan untuk pemasaran,” terang Agung.

Agung juga berpesan untuk sukses memulai usaha adalah dengan mulai mengembangkan potensi yang ada di sekitar. “Hasilnya bisa dikonsumsi untuk sendiri lalu dipromosikan ke sekitar, setelah itu tingkatkan terus kualitas produksi kita maka ke depannya pasar yang lebih luas akan terbentuk”.

Webinar dengan tema ‘Kiat Bisnis Produk Organik’ dipandu oleh Aris Eko Sedijono dan diikuti peserta dari berbagai daerah via daring zoom dan streaming di TANITV.*

Cerita Sukses Dedek, Bermodal 25 Ribu Kini Raih Omzet Miliaran Rupiah Dari Kampung Anggrek

0

INTANI.ORG – Memulai bisnis dari hobi memang menyenangkan namun dibutuhkan keuletan dan konsistensi tinggi agar tetap sustain. Seperti halnya yang dilakukan Dedek Setia Santoso dalam mengembangkan hobinya berbudidaya anggrek hingga bisa membangun Kampung Eduwisata Anggrek di desa Dadaprejo, Junrejo, Batu – Malang.

“Setelah lulus kuliah saya kerja serabutan, dari cari pakan untuk ternak sampai kerja di katering. Lalu ada waktu luang saya coba budidaya anggrek. Waktu itu tidak ada basic ilmu pertanian sama sekali hanya sekadar hobi saja,”  terang Dedek mengawali paparannya sebagai narasumber inspiratif webinar inspirasi bisnis Intani seri ke 93, Rabu (3/11/2022).

Dedek mengisahkan mulai budidaya pada 2007 di lahan seluas 1×0,5 meter dengan modal 25 ribu rupiah dan menggunakan botol-botol bekas yang ia kumpulkan dari tempat katering untuk media tanamnnya.

Saat awal menjual, Dedek menggunakan sistem titip jual ke toko-toko tanaman hias yang ada di Batu dan Malang. “Jadi setiap seminggu sekali saya cek yang tidak laku terjual saya ganti dengan bibit yang baru agar selalu fresh,” terangnya.

Setelah itu Dedek mulai belajar kultur jaringan secara otodidak, karena sulit belajar dari nursery sekitar. Namun ia tidak patah semangat hingga berhasil membangun lab sederhana sendiri. “Berkembang lagi lalu saya terpikir untuk membina petani sekitar budidaya anggrek, dari 25 petani yang saya latih hanya satu yang berhasil, “ ujarnya sambil tertawa.

Walaupun begitu, Dedek tetap semangat mengajarkan petani lainnya untuk budidaya anggrek. Memang kendalanya saat itu banyak juga petani yang enggan budidaya anggrek karena prosesnya yang lama dan masih bingung untuk pemasarannya.

“Dari situ saya mulai terpikir untuk membangun supplay chain, jadi petani fokus budidaya saja untuk pemasaran sudah ada bagian lainnya,”.

Dedek mengatakan sering mengikuti kegiatan pameran baik nasional maupun internasional. Beragam penghargaan pun sudah diraihnya, selain itu dengan mengikuti kegiatan pameran bisa menjadi peluang untuk melebarkan pemasaran anggreknya.

Dedek mengatakan dari hasil penyilangannya setiap bulan ia bisa menghasilkan sedikitnya 200 anggrek jenis baru dan sudah 250 lebih jenis anggrek yang ia patenkan di Royal Horticultural Society (RHS) London.

Kini Dedek memiliki lahan seluas 4.000 meter yang digunakan untuk budidaya anggrek. “Kalau digabung dengan petani binaan bisa mencapai 4 hektar”.

Tidak hanya budidaya anggrek, Dedek juga membangun DD Orchid Nursery sebagai eduwisata bagi masayarakat umum dan tempat magang bagi siswa SMK hingga mahasiswa. Setiap harinya ada 60 siswa magang yang belajar dari mulai pembibitan, kultur jaringan, penyilangan, budidaya hingga pemasaran.

“Kami sediakan mess dan makan free disini. Jadi saya tidak ingin orang lain mengalami kesulitan informasi untuk belajar budidaya anggrek seperti saya dulu, maka saya membangun eduwisata ini,” jelas Dedek.

Lebih lanjut Dedek mengatakan ada 108 petani binaan yang tergabung dalam kelompok tani sandriana, 30 karyawan tetap & menggerakkan karang taruna untuk mengelola eduwisata serta masyarakat sekitar dalam membuat kerajinan tangan serta batik dari anggrek, dan ribuan mitra untuk pemasaran anggrek.

“Maka terbentuklah Kampung Anggrek Dadaprejo ini. Petani sendiri bisa memperoleh pendapatan 5 hingga 10 juta rupiah dari lahan 100 meter yang mereka kelola bahkan saat pandemi bisa mencapai 10 kali lipat. Jika di total keseluruhan omzet dari Kampung Anggrek ini setiap bulannya 400 juta rupiah hingga 2 miliar rupiah,” terang Dedek yang juga ketua Perhimpunan Anggrek Indonesia untuk Malang Raya.

Ketua umum Intani, Guntur Subagja sangat kagum dengan keuletan Dedek yang membuahkan hasil sangat luar biasa. “Inilah contoh nyata dari kegiatan ekonomi gotong royong, tidak hanya sekedar mengelola usaha agrobisnis tetapi juga memberikan dampak sosial yang luar biasa bagi masyarakat desa sekitar,” ujarnya.

Hal ini sejalan dengan yang dilakukan Intani dalam mengembangkan sektor pertanian dan perikan dengan pendekatan social enterprise, yang tidak hanya mengejar profit sebesar-sebarnya tetapi juga memerikan dampak sosial bagi sekitar dan juga melestarikan lingkungan.

Senada dengan yang disampaikan ketum Intani, Ila Failani, Komite Informasi, Komunikasi, & Kerjasama antar Lembaga Intani mengatakan Dedek sebagai sosok inspiratif yang tepat sebagai narasumber webinar inspirasi bisnis Intani.

“Sosok yang sangat menginspirasi, benar-benar memulai dari awal tanpa bantuan pinjaman modal dari mana pun, terus bekerja kembangkan potensi yang ada dan membangun bisnis dengan mengedepankan social impact. Model bisnis yang patut diduplikasi untuk sektor usaha lainnya,” ujar Ila.

Di akhir Dedek memberikan pesan bagi para peserta webinar untuk terus mengembangkan hobi, karena bisnis yang dibangun dari hobi bisa sangat luar biasa hasilnya. “Dari awal mulai omzet saya hanya ratusan ribu sampai di 2013 baru bisa memperoleh omzet puluhan juta. Jadi tinggal konsisten, ulet dan tekun ketika sudah ketemu polanya maka tinggal memetik hasil,” tutupnya.

Webinar inspirasi bisnis Intani dengan tema Paduan Cantik Berbisnis Anggrek ‘Cuan & Social Impact’ diikuti ratusan peserta dari berbagai daerah via daring zoom dan streaming di channel youtube TANITV.*

Ketum Intani: Kegiatan Ekonomi Gotong Royong Bisa Menjadi Kekuatan Ekonomi Nasional

0

INTANI.ORG – Pertanian bisa menggerakan lima sektor strategis mulai dari pangan, industri kesehatan, industri kecantikan, pariwisata dan energi terbarukan seperti yang sering disampaikan ketua Umum Intani, Guntur Subagja.

“Menyadari potensi besar dari pertanian, kami di Intani mengembangkan dengan pendekatan social enterprise yang bisa memberikan 3 manfaat besar,” terang Guntur saat menyampaikan pengantar kegiatan webinar inspirasi bisnis Intani seri ke 93, Rabu (3/11/2022).

Manfaat yang dimaksud yaitu memperoleh profit yang sebesar-besarnya baik itu secara materil maupun dampak sosial bagi masyarakat sekitar serta sustain atau berkelanjutan kegiatan ekonominya yang sejalan dalam melestarikan lingkungan.

Guntur mengatakan sharing ekonomi atau kegiatan ekonomi gotong royong yang melibatkan banyak pihak memiliki manfaat yang sangat besar. “Ekonomi gotong royong yang di inspirasi Founding Father kita dan populer hingga kini, tinggal bagaimana kita mengaplikasikan untuk menjadi kekuatan ekonomi nasional,” ujarnya.

Seperti yang dilakukan Dedek Setia Santoso, narasumber webinar inspirasi bisnis Intani yang juga pemilik dari DD Orchid Nursery yang menjalankan bisnis anggreknya dengan model gotong royong. Mebina hingga 108 petani, memiliki 30 karyawan tetap hingga menggerakan masyarakat desa Dadaprejo untuk mengelola Kampung Eduwisata Anggrek.

“Inilah contoh nyata dalam mengaplikasikan kegiatan ekonomi gotong royong, tidak hanya sekadar mengelola usaha agrobisnis tetapi juga memberikan dampak sosial bagi masyarakat desa sekitar,” terang Guntur yang juga asisten staf khusus Wapres RI.

Anggrek memang memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi dan harganya relatif stabil dibanding jenis tanaman hias lainnya. “Jadi selain keunggulan nilai ekonomi, anggrek Indonesia memiliki ke khasan tersendiri dibandingkan spesies dari negara lain. Bahkan Indonesia memiliki 5.000 spesies anggrek dari 43.000 spesies anggrek yang tersebar di dunia,” jelas Guntur.

Pada penutupnya Guntur kembali mengajak para stakeholder terkait untuk menduplikasi model bisnis ini pada sektor pertanian lainnya, agar tercipta pemerataan ekonomi nasional di desa-desa.

“Kita memiliki 83.000 desa dan bonus demografi, maka hal ini harus kita optimalkan agar kegiatan ekonomi tidak hanya terpusat di kota-kota besar saja,” tutupnya.

Kegiatan webinar inspirasi bisnis Intani series ditayangkan streaming di TANITV setiap Rabu pukul 09.00 sampai 11.00 WIB.*

Beralih Profesi dari Kapal Pesiar, Rudolf Situmorang Sukses Bertani Jahe Merah Di Samosir

0

INTANI.ORG – Pandemi covid-19 mengakibatkan banyak orang kehilangan mata pencahariannya, tak terkecuali Rudolf Situmorang yang terpaksa berhenti dari pekerjaannya di kapal pesiar dan beralih menjadi petani pada 2020.

Rudolf (35) yang berdomisili di Samosir tepatnya di desa Pardomuan, kecamatan Simanindo belajar secara otodidak dalam bertani, karena background pendidikannya yang merupakan lulusan dari Politeknik Pariwisata Medan tahun 2011.

“Setelah berhenti kerja dari kapal pesia,  disarankan untuk bertani jahe merah oleh orang tua yang kebetulan punya lahan sendiri dan memang ibu itu suka minuman jahe merah atau bandrek. Jadi target awal memang untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan sisanya baru dijual ke pasar,” terang Rudolf mengawali paparanya sebagai narasumber inpiratif webinar inspirasi bisnis Intani seri ke 92, Rabu (26/10).

Mulai September 2020, Rudolf mempelajari cara menanam jahe merah dari awal sampai akhir. “Baru di Desember 2020 itu kita tanam perdana di lahan seluas 1 hektar dan syukur panen pertama hasilnya cukup memuaskan,” ujarnya.

Selama pandemi covid-19, Rudolf mengatakan harga jahe merah sangat tinggi bahkan pengalaman temannya di Kalimantan bisa menyentuh harga 130.000 rupiah per kg. Namun sekarang harganya sudah berangsur normal karena supplay & demand berimbang serta pengadaan vaksin covid-19 yang sudah merata.

“Dari situ saya mulai berpikir bagaimana untuk meningkatkan kembali nilai ekonomi jahe merah ini. Akhirnya saya bersama tim mulai membuat produk olahan pada November 2021, produk pertama kita yaitu jahe merah bubuk gula aren”.

Dengan menggunakan tabungan yang tersisa, pemilik dari perkebunan Trinovasi Pardomuan ini membangun satu tempat untuk produksi dan perlengkapan untuk pengolahannya. Pemasarannya sendiri dilakukan secara offline (door to door, pasar lokal, reseller) dan online di beberapa platform e-commerce.

Untuk harga jahe merah per kg 12.000 rupiah sedangkan untuk olahan jahe bubuk mencapai 85.000 rupiah per kg. Saat ini sudah ada beberapa produk olahan lainnya seperti pardeso jahe cookies dan pardeso kue ketawa.

Rudolf merasa sangat bersyukur karena dari inovasinya membuat produk nilai tambah dari jahe merah, ia bisa bekerja sama dengan Rumah BUMN Samosir by Inalum pada Maret 2022.

“Awalnya karena ketidak sengajaan, waktu itu salah satu tim dari Rumah BUMN Samosir melihat orang minum jahe merah gula aren produk kita di salah satu warung kopi di desa Tomok. Dia ikut cobain dan alhasil tertarik, lalu hubungi tim kami untuk kerja sama,” terangnya.

Dari kerja sama ini, Rudolf memperoleh benefit untuk memperluas pemasaran produknya dan bantuan peralatan untuk meningkatkan produksi.

Ila Failani selaku host mengulik lebih jauh apakah ada keinginan dari Rudolf untuk ekspor, karena menurutnya produk inovasi Rudolf ini memiliki potensi nilai jual yang tinggi di pasar global.

“Keinginan untuk ekspor pasti ada, namun memang masih banyak tugas yang harus diselesaikan mulai dari persyaratan dan kesiapan produk yang sesuai standar ekspor,” terang Rudolf.

Guntur Subagja, ketua umum Intani dan asisten staf khusus Wapres RI merespon positif keinginan Rudolf tersebut. Ia menyampaikan program yang diinisiasasi Wapres yaitu Global Halal Hub, dimana dalam ekosistemnya sudah tergabung 20 platform digital untuk memasarkan produk secara B2C dan B2B.

“Silahkan hubungi kami, nanti akan dibantu untuk memenuhi persyaratan dan proses kurasi produknya. Yang terpenting dari produksi Rudolf ini memenuhi 3K yaitu kualitas, kuantitas dan kontinuitas,” terang Guntur.

Di akhir kegiatan, Rudolf mengatakan sangat terbantu dengan adanya kegiatan webinar inspirasi bisnis Intani ini yang bisa menjadi jembatan membangun jejaring lebih luas.

Rudolf juga berbagi semangat kepada para petani dan wirausaha muda dengan tiga filosofi dari Trinovasi Pardomuan yaitu self consistent, self development, & self contribution. “Aplikasikan work frame 5B (berdoa, belajar, berusaha, bergerak, & bersyukur) dan SKAL (skill, knowledge, attitude, & luck) serta 4K (komitmen, kompeten, kosisten, & konsekuen),” tutupnya.

Kegiatan webinar inspirasi bisnis Intani yang diselenggarakan Insan Tani dan Nelayan Indonesia-INTANI dengan tema ‘Untung Melimpah dari Jahe Merah’ ditayangkan via daring dan streaming di TANITV yang diikuti ratusan peserta dari berbagai daerah di Indonesia.*

Petani Inspiratif Kampar, Berhasil Olah Lahan Sempit Dengan Budidaya 3 Komoditi Pertanian

0

INTANI.ORG – Memiliki lahan pertanian sempit tidak menjadi penghalang bagi petani untuk memperoleh penghasilan yang tinggi. Seperti Fatkhul Bahri, petani hortikultura asal Sungai Simpang Dua, Kampar Kiri Hilir, Kampar – Riau yang sukses mengoptimalkan lahan seluas 2.000 meter persegi untuk menanam tiga komoditi pertanian.

“Tertarik bertani karena terinspirasi bapak mertua. Waktu itu mulai belajar bertani tahun 2010, gagal hingga sekitar tujuh kali, karena memang ilmunya kurang terus saya pikir semakin banyak pupuk akan tumbuh bagus ternyata malah mati,” terang Bahri sambil tertawa mengingat momen awal ia bertani, Rabu(19/10/2022).

Mengawali paparannya sebagai narasumber inspiratif pada webinar inspirasi bisnis Intani seri ke 91 yang ditayangkan via daring zoom dan streaming di TANITV, Bahri(36) mengisahkan baru mulai bertani secara mandiri di tahun 2011, dengan menggunakan lahan desa yang dikhususkan untuk pertanian.

“Jadi desa saya itu ada lahan seluas 8 hektar yang memang diperuntukan bagi warganya untuk pertanian dengan sistem ganti rugi ke desa. Saya memanfaatkan lahan seluas 2.000 meter persegi, untuk tanam jagung awalnya,” ujarnya.

Seiring berjalan waktu, Bahri mulai bertani dengan sistem tumpang sari dengan jeruk nipis dan buah naga. Menurut Bahri dengan tiga komoditi ini bisa menghasilkan income harian dan bulanan.

“Jeruk nipis usia 6-8 bulan sudah bisa panen terus menerus, begitu juga dengan buah naga setiap dua bulan bisa panen,” jelasnya.

Bahri mengatakan menanam 150 batang jeruk nipis dan 25 batang buah naga. Bahkan di awal Bahri berinisiatif tanam jeruk nipis banyak di lahannya, ia ditertawai beberapa rekan petaninya.

“Pertama diketawain, ‘gila kamu ya, buat apa tanam jeruk nipis banyak-banyak, memang ada pasarnya’. Alhamdulilah saya buktikan dengan hasil, sekarang panen dua hari sekali 60-70 kg dengan harga 5.000 rupiah per kg. Dari situ jadi berbalik arah, mereka jadi tanya ke saya bagaimana budidayanya, cari pasarnya,” ujar Bahri sambil tertawa.

Bahri menuturkan menanam 4.000 batang jagung manis bisa panen hingga 800-900 kg dalam  65 hari dengan harga 4.500 rupiah per kg, sedangkan untuk buah naga setiap panen bisa mencapai 300-400 kg dengan harga 25.000 per kg. Selain itu ada income lain setiap dua minggu sekali dari usaha budidaya pembibitan sawit.

“Ada 4 rekan petani yang berkolaborasi dengan saya, jadi saya bina untuk tanam dengan sistem tumpang sari juga. Saya arahkan juga untuk membuat jadwal tanam yang berbeda, sehingga tidak terjadi penumpukan produksi panen yang bisa menyebabkan harga komoditi menurun,” terangnya.

Dengan sistem tanam yang terjadwal, menurut Bahri selain bisa menjaga kestabilan harga pasar juga bisa panen secara terus menerus sehingga pendapatan juga terus ada bagi petani. Bahri juga mengatakan sudah menggunakan 70%  pupuk organik dalam budidayanya, karena ia bertani di lahan gambut yang membutuhkan penanganan ekstra untuk mengatur ph tanah dan kontrol airnya.

Aris Eko Sedijono, selaku pengurus Intani dan host menyampaikan hal penting yang perlu digaris bawahi yaitu kecerdasan Bahri dalam mengelola sistem tanam terjadwal dan mencari pasar komoditi yang dianggap kurang laku di pasaran.

Di akhir webinar, Bahri menyampaikan prinsipnya untuk sukses bertani dengan lahan sempit dan bisa menghasilkan income yang maksimal yaitu mengoptimalkan lahan dengan menanam komoditi yang menarik serta banyak belajar untuk mengingkatkan produktifitas. “Intinya harus berani mencoba, kalau tidak mencoba sekarang tidak akan ada kesempatan lain lagi,” pungkas Bahri.*

Produksi Pangan Meningkat, Ketum Intani: Ini Menjadi Momentum Meningkatkan Produksi di Sektor Pertanian Lainnya

0

INTANI.ORG – Di tengah krisis pangan yang melanda berbagai negara di dunia, Indonesia patut berbangga karena produksi di sektor pangan meningkat signifikan khususnya padi di tahun 2022. Hal ini disampaikan Guntur Subagja, ketua umum Intani (Insan Tani dan Nelayan Indonesia) pada webinar inspirasi bisnis Intani seri ke 91, Rabu (19/10/2022).

“Kita cukup bergembira beberapa hari yang lalu, BPS mengumumkan bahwa proyeksi produk pangan meningkat khususnya padi, dari 54,4 juta ton menjadi 55,6 juta ton. Tidak hanya itu, yang cukup menarik juga adalah luas lahan produksinya bertambah hingga 0,19 juta hektar. Ini merupakan dampak positif dari optimalisasi lahan-lahan yang ada,” terangnya.

Guntur memaparkan faktor yang menjadikan sektor pertanian nasional semakin bertumbuh saat ini. “Pandemi covid-19 telah membuka mata kita, spirit dan semangat kita bahwa sektor pertanian menjadi salah satu sektor yang sangat diunggulkan. Pertanian menjadi sektor yang sangat penting dalam mempengaruhi krisis suatu negara,” ujarnya.

Menurut Guntur negara yang memiliki kemandirian pangan yang cukup bisa lebih bertahan dalam menghadapi ancaman krisis global. “Seperti saat ini beberapa negara eropa mengalami krisis ekonomi karena kekurangan pasokan pangan untuk negaranya, hal ini bisa berdampak krisis berkepanjangan”.

Di sisi lain, saat ini sudah banyak milenial yang tertarik untuk terjun ke sektor pertanian, baik di sektor hulu (budidaya), processing, dan hilir (pemasaran).

“Inilah yang menjadi harapan kita menjadikan Indonesia memiliki kemandirian pangan yang jauh lebih besar, tidak hanya untuk nasional tetapi juga global,” ujarnya.

Lebih lanjut Guntur mengatakan Indonesia sekarang sebagai produsen padi terbesar ketiga setelah Cina dan India. Selain itu Indonesia menjadi eksportir kopi ke enam di dunia, serta beberapa komoditi unggulan lainnya.

“Yang menjadi tugas kita saat ini adalah bagaimana mendorong industri hilir lebih besar lagi. Selain itu kita sudah harus meningkatkan produk ekspor tidak hanya dalam bentuk raw material tetapi sudah dalam produk jadi bernilai ekonomi tinggi,” terangnya.

Untuk meningkatkan produksi komoditi pertanian lainnya serta sejalan dengan kesejahteraan petani, Guntur mengatakan ada tiga hal yang harus dilakukan. Mulai dari memilih komoditas sesuai dengan lahan yang ada serta memilih bibit unggul, kedua meningkatkan efesiensi dan efektivitas pengolahan lahan, dan ketiga menggunakan teknologi tepat guna.

“Dengan mengaplikasikan ketiga hal ini, tidak hanya sektor pangan khususnya padi yang bisa mengalami peningkatan produksi tetapi komoditi pertanian lainnya. Sehingga segera bisa terwujud ketahanan pangan dan kemandirian ekonomi nasional”.

Diakhir pemaparannya, Guntur kembali mengingatkan pertanian bisa menggerakan 5 sektor strategis yaitu,  pangan, industri kesehatan(farmasi), industri kecantikan, pariwisata dan energi terbarukan.

Kegiatan webinar dengan tema ‘Siasati Cuan Lahan Sempit’ dipandu oleh Aris Eko Sedijono – pengurus Intani dan narasumber Fatkhul Bahri petani inspiratif Kampar – Riau yang berhasil mengolah lahan seluas 2.000 meter persegi dengan budidaya tiga komoditi yaitu jagung, jeruk nipis dan buah naga.* (na-dgn)

Terjun Ke Bisnis Saprodi dan Bertani Melon Membawa Kesuksesan Bagi Milenial Riau

0

INTANI.ORG – Saat ini menjadi petani sangat kurang diminati anak muda salah satu faktornya adalah karena penghasilan sebagai petani yang dianggap minim. Hal ini pun terpatahkan oleh milenial asal Kubang Jaya, Siak Hulu, Kampar – Riau, Dicky Hendy Putra (28) yang sukses berbisnis saprodi dan bertani melon.

“Awal itu saya bisnis saprodi dulu baru bertani, karena saya merasa akan aneh kalau kita jual pupuk, benih, fungisida tapi tidak tahu seberapa bagus kualitasnya,” ujar Dicky mengawali paparannya sebagai narasumber inspiratif webinar inspirasi bisnis Intani seri ke 90, Rabu (12/10).

Dicky mendirikan UD Agri Tani sebagai unit bisnis saprodinya. Ia yang juga merupakan lulusan Agri Bisnis membuatnya semakin yakin untuk fokus berwirausaha di sektor pertanian.

“Banyak teman-teman yang setelah lulus bekerja atau berwirausaha diluar sektor pertanian, kalau pun ada biasanya di perkebunan kelapa sawit. Saya ingin sesuatu yang berbeda dan ada prospek bagus kedepannya, jadi saya pilih hortikultura,” ujarnya.

Mulai dengan budidaya cabai, namun gagal lalu di tahun 2014 tanam lagi pare dan timun. “Alhamdulilah waktu itu berhasil panen hingga 7 ton dari tanam seribu batang dengan harga 5.000 rupiah per kg”.

Seiring berjalan waktu Dicky fokus budidaya melon jenis golden alisha. Saat itu ia mulai di lahan seluas seperempat hektar dengan seribu batang. “Berhasil panen saat itu, timbul perasaan sombong ‘mudah kok tanam melon’, lalu coba lagi tanam 4 ribu batang dan hasilnya gagal. Itulah kalau sudah terlalu pede tanpa pengetahuan yang cukup pasti gagal,” ujarnya sambil tertawa.

Dicky mengatakan bisa memperoleh keuntungan hingga 50 persen setiap panen. “Dari tanam seribu batang itu bisa menghasilkan sekitar 3,3 ton, kemarin terakhir panen dari lima ribu batang sekitar 16 ton dengan harga 10.000 rupiah per kg”.

Dalam bertani Dicky berprinsip untuk efisien dan efektif, bagaimana bisa menghasilkan panen yang maksimal tanpa harus menamam secara berlebihan. “Banyak petani yang berpikir tanam banyak batang bisa hasilkan banyak buah. Pernah saya ditertawai oleh senior waktu dia berkunjung ke lahan ‘kamu kok tanam pare jauh-jauh jaraknya, sayang ini lahannya’. Tapi saya buktikan dengan hasil, bagaimana dari tanam seribu batang hasilnya bisa sama dengan yang tanam dua ribu batang,” ujarnya.

Guntur Subagja, selaku Ketua Umum Intani merespon positif sosok Dicky sebagai milenial dengan mindset yang sangat maju sehingga berhasil sukses di sektor pertanian. “Di tengah krisis pangan global dan krisis regenerasi petani, Dicky hadir sebagai contoh milenial yang luar biasa fokus mengembangkan potensi pertanian”.

Menurut Guntur, milenial seperti Dicky harus didukung dan diberi ruang untuk bisa lebih banyak menginspirasi milenial lain untuk terjun ke sektor pertanian. “Dengan model bisnis yang cerdas, Dicky berbisnis saprodi lalu bertani dengan begitu bisa mengurangi biaya produksi. Ini patut diduplikasi di berbagai daerah dan bersama Intani kedepannya akan terus bergerak mengoptimalkan potensi pertanian lokal untuk mencapai ketahan pangan serta terus menginspirasi agar regenerasi petani segera terwujud,” pungkas Guntur dalam pengantarnya.

Dicky juga menyampaikan akan terus mengembangkan bisnisnya di sektor pertanian, seperti yang sedang ia siapkan akan membangun agrowisata. “Karena wisata agro di Pekanbaru ini masih sangat sedikit, jadi saya berencana untuk membangun agrowisata yang nantinya juga bisa sebagai eduwisata”.

Dari kesuksesannya Dicky bercerita sudah berhasil membeli rumah, kendaraan pribadi baik mobil dan motor serta beberapa aset lainnya. Sebagai penutup, ia berpesan bagi para milenial untuk berani keluar dari zona nyaman dan mulai berbisnis dari yang kecil terlebih dahulu. “Berani berwirausaha pasti gagal awalnya, bonusnya untung. Jadi saat memulai usaha jangan hanya fokus pada keuntungan, tetapi jalani saja dulu nanti ketemu model bisnis yang tepat”.

Webinar dengan tema ‘Cerita Sukses Berbisnis Pupuk dan Bertani Buah’ dipandu oleh Julianto, selaku pengelola Intani Fresh dan kegiatan ini diikuti ratusan peserta dari berbagai daerah di Indonesia baik via daring zoom dan streaming di channel youtube TANITV.* (na-dgn)