10.7 C
Paris
Thursday, October 31, 2024

Memilih Jadi Pengusaha Peternakan Ayam Petelur, Andi Sukses Kembangkan Unit Usaha Dari Hulu Hingga Hilir

0

INTANI.ORG– Konsumsi telur di Indonesia jumlahnya cukup tinggi jika dibandingkan dengan konsumsi daging ayam, hal ini disampaikan Ketua Umum Intani Guntur Subagja saat menyampaikan pengantar pada webinar inspirasi bisnis Intani seri ke 108.

“Berdasarkan data BPS jumlah konsumsi daging ayam perminggu per kapita sebanyak 0,14kg, sedangkan telur ayam jumlah konsumsinya mencapai 2,4 kg. Ini menjadi peluang besar bagi para peternak ayam petelur,” terang Guntur.

Telur ayam menjadi jenis protein favorit masyarakat karena harganya yang juga relatif terjangkau. Guntur juga menyampaikan ada dua hal yang perlu diperhatikan untuk menjaga keseimbangan suplai dan demand.

“Pertama manajemen produksinya, ini harus disesuaikan dengan permintaan pasar sehingga fluktuatif harga terjaga. Kedua bagaimana peternak bisa menghasilkan telur kualitas terbaik, dan ini menjadi pr kita bersama untuk bisa menciptakan kemandirian pakan ternak,” jelas Guntur.

Selaras dengan yang disampaikan ketua umum Intani, Andi Haryono juga menyampaikan alasan ia memilih menjadi peternak ayam petelur karena peluang yang sangat besar terutama di daerah Banjarnegara.

“Jadi setelah saya meriset memang saat itu di Banjarnegara sendiri untuk memenuhi kebutuhan konsumsi telur ayam masih dipasok dari luar Banjarnegara, dari situ saya tertarik untuk beternak ayam petelur,” ujarnya.

Andi menuturkan mulai merintis dari tahun 2012 dengan membuka toko peternakan Bara Poultry Shop. “Setelah berjalan sekitar dua tahun kemudian saya memutuskan resign dan fokus berbisnis,” terangnya.

Dengan latar belakang pendidikan sarjana peternakan, semakin membulatkan tekad Andi untuk menjadi pengusaha peternakan. Bara PS sendiri tidak hanya sekedar menjual pakan, obat dan lainnya tetapi juga membuka konsultasi gratis bagi para peternak ayam petelur.

“Konsultasi bisa di toko tapi ada kalanya saya datang langsung ke kandang para peternak, sesuai tagline kami ‘Lebih Dari Sekedar Menjual’,” ujarnya.

Setelah berhasil mengembangkan toko peternakan, Andi baru fokus membangun peternakan ayam petelur Jadid farm.

Andi menuturkan juga bekerja sama dengan para peternak ayam petelur skala kecil, dari mulai distribusi pakan hingga penjual telur.

“Saya sarankan ke peternak skala kecil untuk memotong jalur distribusi dengan menjual telur mereka langsung ke warung-warung agar nilai ekonominya lebih tinggi. Namun saat produksi mereka ada yang tidak terserap, boleh dijual melalui saya”.

Untuk pemasaran telur ayam produksinya, Andi biasa kirim ke toko-toko grosir dan pengepul.

Dalam menjaga kestabilan produksi, Andi juga menyarakan agar para peternak menggunakan pola usia ternak berjenjang.

“Jadi setidaknya dibuat 3 kelompok rentang usia, minimal dengan jarak 6 bulan. Sehingga ketika ada kelompok ayam petelur yang sudah tidak produktif, jumlah produksi telur tetap stabil,” ujarnya.

Saat ini Andi juga sedang merencanakan untuk membuat unit usaha untuk pengolahan limbah kotoran ayam. Selain meningkatkan nilai ekonomi bagi peternak juga bisa menjaga lingkungan.

Aktif dibeberapa organisasi memberikan dampak positif bagi usaha yang digelutinya. Saat ini Andi menjabat sebagai Ketua Umum BPC Hipmi Banjarnegara, Ketua Umum Asosiasi Peternak Ayam Petelur (ASPPERA) Banjarnegara, serta Bidang Pengupahan dan Jaminan Sosial APINDO.

Terbukti hingga saat ini Andi juga berhasil mengembangkan unit usahanya dengan membuka 4 cabang Bara Petshop dan juga Prameswari Cathouse yang fokus pada breeding kucing ras.

Modal terpenting dalam memulai usaha bagi Andi tidak selalu soal modal materi tetapi tentang mental, skill, relasi, komitmen, tanggung jawab dan kemauan tinggi untuk terus belajar.

Webinar dengan tema “Pengusaha Ternak Ayam Petelur” dipandu ila Failani, Komite Informasi, Komunikasi, & Kerjasama antar Lembaga Intani ditayangkan daring via zoom dan streaming di TANITV diikuti peserta dari berbagai daerah di Indonesia.*

Penyuluh Pertanian Lembang Sukses Raih Omset Jutaan Rupiah Dari Budidaya Tomat Beef

INTANI.ORG – Lembang menjadi salah satu kawasan pertanian hortikultura di Jawa Barat dengan beragam komoditi. Salah satunya tomat beef yang dibudidayakan Ferry Ferdiansyah, petani sekaligus penyuluh pertanian.

“Banyak ilmu yang saya dapatkan dari menjadi penyuluh pertanian sejak 2009, jadi waktu saya pindah ke Lembang 2017 dari situ mulai bertani sendiri,” terang Ferry mengawali paparannya sebagai narasumber webinar inspirasi bisnis Intani seri ke 107.

Tomat beef dipilih Ferry karena menurutnya merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual tinggi, permintaan pasar yang cukup besar dan belum banyak petani yang membudidayakannya.

“Karakteristik tomat beef ini daging buahnya tebal dan kadar airnya sedikit, berat perbuah bisa mencapai 300 gram jadi setiap panen dari satu pohon bisa menghasilkan 5-8 kg,” ujarnya.

Untuk budidaya, Ferry menggunakan greenhouse karena tomat beef termasuk tanaman yang rentan terkena hama. Untuk bibit impor dan harganya terbilang mahal sekitar 3 juta rupiah untuk per seribu benih.

Namun Ferry menyampaikan dengan modal besar yang ia keluarkan cukup sepadan dengan penghasilan yang di dapat. Dari 7.000 meter persegi lahan yang ia kelola bersama anggota taninya setiap hari bisa panen 1 hingga 1,5 kuintal dan selalu terserap habis oleh pasar.

Pemasaran bekerja sama dengan Agro Tani Lembang, sebagai wadah pemasaran produk hortikultura di kawasan Lembang. “Selain itu kami bekerja sama dengan 7 pasar modern dan dua platforn e-commerce,” ujarnya.

Menurutnya harga tomat beef relatif stabil, saat ini per kg 15.000 rupiah. Maka jika dihitung-hitung dengan modal, hasil yang diperoleh cukup sepadan.

Ferry mengatakan untuk pemupukan dan penyiraman sudah menggunakan smartfarming, sehingga hanya memerlukan satu tenaga kerja untuk lahan seribu meter persegi. Greenhouse juga dibangun dengan kearifan lokal, sehingga modal yang dikeluarkan jauh lebih terjangkau.

“Per meter modal sekitar 100 ribu rupiah, untuk ketahanannya juga cukup lama bisa lebih dari lima tahun,” jelasnya.

Greenhouse dengan luas seribu meter persegi bisa ditanami 2 ribu pohon tomat beef. “Masa produktifnya hingga 8 bulan, jadi kami menggunakan pola tanam bergilir sehingga ketika ada tanaman yang sudah tidak produktif tingkat produksi tetap stabil”.

Ferry juga berpesan untuk sukses menjadi petani untuk fokus pada satu komoditi, sehingga bisa ekspert dari hulu hingga hilir. “Jangan baru gagal sekali sudah pindah komoditi lain atau lihat komoditi lain harga jualnya tinggi langsung ikut-ikutan tanam tanpa ilmu yang cukup. Selain itu jangan gengsi dan berkemauan tinggi untuk terus belajar,” terangnya.

Ketua umum Intani, Guntur Subagja sangat mengapresiasi keberhasilan Ferry sebagai penyuluh pertanian yang memberikan contoh nyata bertani yang modern dan manajemen tersrtuktur.

“Mulai dari optimalisasi lahan dan berkolaborasi sehingga bisa meningkatkan skala ekonomi para petani, sosok seperti inilah yang dibutuhkan untuk membantu para petani yang memiliki lahan terbatas,” ujar Guntur.

Selain itu Guntur juga menyampaikan dalam pengantarnya bahwa penggunaan teknologi smartfarming bisa menjadi contoh bagus untuk menarik minat para milenial untuk terjun menjadi petani.

Webinar dengan tema “Sukses Kembangkan Tomat Beef” dipandu Ila Failani, ditayangkan via streaming dan bisa disaksikan kembali di channel youtube TANITV*

BUMN Pegadaian – Mitra Mikro – Intani Farm Kolaborasi Pengentasan Kemiskinan

0

INTANI.ORG, BOGOR – PT Pegadaian bersama Yayasan Mitra Mikro berkolaborasi dalam program pertanian dan peternakan untuk pengentasan kemiskinan.

Penyerahan bantuan program dilaksanakan Direktur Pegadaian, Eka Pebriansyah, kepada 25 penerima manfaat, keluarga tidak mampu, di kawasan peternakan Intani Farm,  Desa Palasari, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Kamis (9/2/2023). Disaksikan Kepala Desa Palasari Aip Syaripudin, Ketua Umum Insan Tani dan Nelayan (Intani) Guntur Subagja Mahardika, dan Ketua Yayasan Mitra Mikro Aden Budi.

Eka Pebriansyah memaparkan Pegadaian peduli dalam pemberdayaan masyarakat melalui berbagai program yang berdampak sosial tinggi. “Kami berharap program ini dapat meningkatkan kesejahteraan para penerima manfaat,” tuturnya.

Pengembangan peternakan untuk pengentasan kemiskinan ini merupakan bagian program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) Pegadaian, dalam program ketahanan pangan.

Ketua Umum Intani Guntur Subagja Mahardika mengapresiasi kepedulian Pegadaian dalam pemberdayaan masyarakat melalui sektor pertanian dan peternakan. “Kolaborasi Pegadaian, Mitra Mikro, dan Intani, diharapkan dapat menjadi role model program pemberdayaan berkelanjutan,” tutur Guntur yang juga Pembina Yayasan Mitra Mikro.

Senior Vice President (SPV) TJSL Pegadaian Rully Yusuf memaparkan program peternakan untuk ketahanan pangan ini akan memberikan manfaat selama 5 (lima) tahun sehingga diharapkan dapat membantu dalam pengentasan kemiskinan.

Model peternakan yang dikembangkan adalah budidaya pembiakan (breeding) domba di kandang komunal dengan penerima manfaat masyarakat dhuafa sekitar yang terdaftar dalam Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) Desa Palasari.

“Intani dan Mitra Mikro menyediakan kandang komunal dan melakukan pedampingan kepada masyarakat sehingga menghasilkan domba unggul. Intani juga menjadi off-taker hasil budidaya domba tersebut,” jelas Guntur.

Selain pengembangan peternakan rakyat, Intani menggandeng Pegadaian untuk fasilitas Kredit Usaha Rakyat (KUR) Syariah Pegadaian bagi petani milenial anggota Kelompok Tani Muda Berkah Desa Palasari. “Kelompok tani ini melakukan budidaya pembibitan durian beragam varietas, dimana daerah ini menjadi pusat bibit durian nasional,” jelas Guntur.

Kepala Desa Palasari Aip Syaripudin menyambut baik program kepedulian Pegadaian, Intani, dan Mitra Mikro terhadap masyarakat Desa Palasari yang sebagian besar adalah petani dan peternak. “Kami menyampaikan terimakasih semoga program berkelanjutan,” paparnya.*

Kelompok Tani Macakal Sukses Budidaya Bayam Jepang dan Bangun Kemitraan di 5 Kabupaten

0

INTANI.ORG – Sektor pertanian memiliki tiga manfaat yang besar bagi lingkungan, sosial dan ekomomi seperti yang disampaikan ketua umum Intani, Guntur Subagja dalam pengantarnya pada webinar inspirasi bisnis Intani seri ke 106 yang ditayangkan streaming di TANITV, Rabu (01/02/2023).

“Pertanian sangat mendukung kebijakan pembangunan berkelanjutan yang menjaga lingkungan, kedua memberikan dampak sosial yang tinggi bagi masyarakat dan ketiga manfaat ekonomi berkelanjutan,” terangnya.

Terbukti dengan pencapaian narasumber inspiratif webinar seri ke 106 dari kelompok tani Macakal, di desa Cibodas, Lembang, Kab. Bandung Barat yang berhasil membangun kemitraan petani di 5 kabupaten di Jawa Barat.

“Kami di Macakal memiliki 8 komoditas unggulan termasuk Bayam Jepang atau Horenso, dan total ada 80 komoditas yang dibudidayakan dengan 210 petani mitra di lima kabupaten,” terang Dodi, wakil ketua kelompok tani Macakal.

Kelompok tani Macakal yang dalam bahasa sunda berarti mandiri sudah terbentuk sejak 2010, menurut Dodi sudah ada 3 generasi yang menjadi anggota. “Jadi 80% anggota berusia di bawah 35 tahun dan sudah mulai bergabung untuk generasi ketiga yang berusia 18 – 23 tahun,” jelas petani inspiratif berusia 30 tahun ini.

Dodi menerangkan memilih horenso sebagai salah satu komoditas unggulan untuk dibudidayakan karena memiliki segmen pasar khusus dan bernilai tinggi.

“Saat ini harga horenso 28.000 per kg dan harga pasar terendahnya pernah menyentuh di 15.000 per kg,” ujarnya.

Margin yang diperoleh dari horenso cukup tinggi, Dodi mengatakan bisa mencapai 9.000 hingga 22.000 per kg.

“Setiap hari kami bisa panen 5.000 pohon atau setara 5 kwintal dan itu langsung terserap oleh pasar baik lokal, modern serta restoran & kafe. Selain itu kami juga sedang menjajaki pemasaran online melalui beberapa marketplace” ujarnya.

Dari total 40 hektar lahan yang dikelola kelompok tani Macakal, Doni mengatakan seluas satu hektar untuk budidaya horenso dengan pola tanam bergilir yang dibagi 20 plot sehingga bisa panen setiap hari.

Untuk masa panen horenso 30-35 hari dengan penyemaian selama 2 minggu, menurut Doni perawatannya cukup mudah.

“Pemberian nutrisi tiga kali dan untuk pestisida kami menggunakan pestisida nabati serta penyiraman dua kali sehari. Budidaya horenso kami menggunakan green house untuk meningkatkan kualitas produksi,” jelas Dodi.

Beberapa kendala yang dihadapi Dodi dan kelompok taninya yaitu distribusi pupuk yang tidak merata dan keterbasan lahan. Menurut Doni pembagian stok pupuk sering tidak merata, karena tidak disesuaikan dengan jumlah petani di satu wilayah.

“Selain itu kami juga terkendala pengembangan lahan karena semakin berkurangnya lahan pertanian di Lembang saat ini. Sebagian besar lahan yang kami kelola itu sewa, hanya 20 persen yang lahan pribadi,” terangnya.

Dedy “Miing” Gumelar yang turut hadir pada kegiatan webinar menyampaikan bahwa perlu adanya peran pemerintah untuk mendukung para petani milenial sustain di sektor pertanian.

“Anak-anak muda ini cerdas dalam memilih komoditas yang segmented, memiliki mentalitas, kreatifiktas dan inovasi tinggi tinggal bagaimana peran pemerintah hadir untuk mendukung anak-anak muda ini. Kalau pemerintah hadir, anak-anak ini sudah tidak perlu lagi terkendala urusan lahan maupun pupuk,” terang Dedy.

Selaras dengan itu, Guntur Subagja yang juga ketua CSPS SKSG UI menyampaikan dibutuhkan program pola tanam sehingga antara supply dan demand tetap stabil.

“Jangan sampai horenso ini jatuh harganya seperti komoditi hortikultura lain, setelah petani tahu harganya tinggi lalu ramai-ramai tanam komoditi yang sama. Maka perlu adanya program untuk mengatur pola tanam sehingga tidak over suplai di pasar dan harga jatuh,” terang Guntur.

Hal ini juga menjadi harapan Dodi, agar ada peran nyata dari pemerintah dalam pemerataan stok pupuk serta pengaturan tanam komoditi bagi petani disetiap wilayah.

“Sehingga kami para petani terutama mitra kami yang skala mikro selalu mendapat kepastian atau jaminan harga pasar,” pungkas Dodi.

Webinar dengan tema ‘Peluang Untung Budidaya Horenso’, dipandu oleh Ila Failani, Komite Informasi, Komunikasi, & Kerjasama antar Lembaga Intani ditayangkan daring via zoom dan streaming di TANITV diikuti peserta dari berbagai daerah di Indonesia.*

Visi Extragen Wujudkan Pertanian Berkelanjutan Dengan Pupuk Organik Cair

INTANI.ORG – Industri pertanian modern tidak lepas dari penggunaan produk-produk kimia seperti pupuk dan pestisida karena dianggap efektif untuk pertumbuhan tanaman dan membasmi hama. Namun faktanya banyak dampak negatif berkepanjangan dari penggunaan produk kimia ini seperti kerusakan lingkungan dan dampak kesehatan bagi konsumen.

Melihat fenomena ini, PT. Indoraya Mitra Persada 168 fokus mengembangkan pupuk organik cair dengan merek dagang Extragen. “Visi kami adalah mewujudkan pertanian nasional berkelanjutan dengan menjaga kelestarian alam dan kesehatan kosumen,” terang Nurrohman membuka paparannya sebagai narasumber inspiratif webinar inspirasi bisnis Intani seri ke 105, Rabu (25/01/2023).

Nurrohman menyampaikan beberapa isu yang menjadi konsen Extragen yaitu mewujudkan keseimbangan produksi pangan dengan jumlah populasi yang terus meningkat, memenuhi kebutuhan sistem produksi pertanian yang ramah lingkungan serta peningkatan mutu produksi.

“Mewujudkan pertanian berkelanjutan meliputi komponen utama seperti konservasi lahan dan air, pengendalian hama terpadu, budidaya rumput intensif dan tanaman pelindung, serta pengendalian nutrisi tanaman,” ujar nurrohman.

PT. Indoraya Mitra Persada 168 yang berlokasi di Sleman, Yogyakarta dengan luas sekitar 4.000 m2 dengan produksi hingga 900 ton poc per tahun. “Saat ini harga dipasaran POC Extragen sekitar 150.000 rupiah per liter,” ujarnya.

Jika dibandingkan dengan harga pupuk konvensional, POC Extragen harganya lebih tinggi tetapi menurut Nurrohman benefit yang didapatkan sangat sebanding untuk jangka panjang.

Nurrohman mengatakan untuk mengajak petani beralih menggunakan pupuk organik bukanlah hal yang mudah, terutama dalam mengubah mindset mereka yang terbiasa menggunakan produk kimia.

“Untuk beralih sepenuhnya organik, setidaknya membutuhkan waktu 2-3 tahun karena ada tahapan-tahapan yang harus dilewati,” terangnya.

Nurrohman menuturkan pada tahap awal petani mulai mengurangi penggunaan pupuk kimia 25% hingga 50%, lalu musim taman selanjutnya dikurangi 30% hingga 60%. “Setelah itu ada masa evaluasi terlebih dahulu, untuk melihat hasil produksi meningkat atau sebaliknya. Selain itu dibutuhkan nutrisi organik tambahan,” ujarnya.

Penggunaan poc Extragen sendiri bisa dimulai saat olah lahan untuk memperbaiki unsur hara. “Untuk pengaplikasian bisa disemprotkan langsung ke tanah maupun daun, disesuaikan dengan jenis tanamannya,” terang Nurrohman.

Poc Extragen selain sudah bersertifikasi SNI juga menjadi poc pertama di Indonesia yang berstandard sertifikat Eropa USA oleh Control Union Sertifikat.

“Penggunaan pupuk organik merupakan solusi tepat untuk membangkitkan pertanian nasional yang berkearifan lokal menjaga alam tetap lestari dan memenuhi pangan sehat bagi setiap orang serta nilai produknya lebih tinggi dipasaran,” terang Nurrohman.

Ketua umum Intani, Guntur Subagja dalam pengantarnya juga menyampaikan masih banyak petani yang bergantung akan produk kimia. “Semakin hari volume penggunaannya terus bertambah dan terus menyebabkan penurunan kualitas lahan yang sering diabaikan petani,”

Guntur mengatakan dibutuhkan gerakan pertanian yang alami, sehat baik bagi lingkungan dan yang mengkonsumsinya. “Extragen produk poc karya anak-anak bangsa dari Yogyakarta menjadi solusi tepat untuk membantu para petani kembali kepertanian organik,” tutupnya.

Webinar dengan tema ‘Pupuk Organik Solusi Pertanian Berkelanjutan’ dipandu oleh Aris Eko Sedijono ditayangkan via daring zoom dan streaming di TANITV diikuti ratusan peserta dari berbagai daerah diseluruh Indonesia.* (na)

Hadapi Krisis Pangan Global, Kementan Perkuat Mekanisasi Pertanian

0

INTANI.ORG, Jakarta – Dunia sedang dihadapkan pada potensi krisis pangan global. Menyikapinya, Kementerian Pertanian (Kementan) bersiap dengan melakukan intervensi teknologi mekanisasi pertanian.

“Intervensi teknologi mekanisasi sangat penting dalam meningkatkan produksi pangan nasional,” ungkap Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo pada saat menghadiri Rapat Kerja (Raker) Teknis Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (Ditjen PSP) Kementerian Pertanian (Kementan) Tahun 2023, di Jakarta, pada Kamis (26/01/2023) malam.

Untuk itu, Syahrul pun mendorong jajaran Ditjen PSP untuk memperluas penggunaan alat dan mesin pertanian (alsintan) di seluruh Indonesia. Salah satunya melalui program Taksi Alsintan.

“Saya berharap pada bulan Maret nanti, perluasan Taksi Alsintan sudah selesai. Taksi Alsintan harus kita implementasikan untuk membantu petani meningkatkan produksi,” ujar Syahrul.

Dalam upaya meningkatkan produktivitas pertanian, Syahrul juga menyebutkan pentingnya tata kelola air serta mitigasi iklim dan cuaca di sektor pertanian. Pemantauan cuaca dapat dilakukan dengan mengoptimalkan data dan informasi iklim dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG).

Tantangan yang tengah dihadapi sektor pertanian Indonesia adalah alih fungsi lahan. Kementan telah melakukan berbagai upaya pencegahan sebagai tindaklanjut UU 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B). Syahrul meminta pemerintah daerah turut aktif demi mengurangi laju alih fungsi lahan.

“Pemerintah daerah harus memiliki ketegasan serta perencanaan yang baik dalam menjaga lahan pertanian dan alokasi lahan untuk kegiatan pembangunan lainnya. Hal ini penting untuk dilakukan demi menjaga produktivitas lahan pertanian,” tegasnya.

Terakhir, SYL berharap penggunaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) pertanian dapat ditingkatkan menjadi skema dan pilihan yang paling mudah dalam memperluas cakupan usaha tani di seluruh Indonesia. Pemanfaatan KUR sangat membantu penyediaan alsintan secara mandiri oleh pelaku usaha sektor pertanian.

“Pakailah KUR untuk memperluas usaha tanimu. Ini yang saya sebut pakai gagasan tidak semua kegiatan harus pakai APBN. Terbukti berhasil karena KUR yang macet hanya 0,3 persen. Alhamdulillah semua berjalan dengan baik,” katanya.

Mengenai hal ini, Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementan, Ali Jamil menyampaikan terimakasih atas arahan Mentan SYL dalam mempercepat pembangunan sektor pertanian Indonesia yang lebih kuat dan modern.

Dia mengungkapkan bahwa pada tahun ini, jajarannya telah menyusun program dan kebijakan yang disesuaikan untuk menghadapi tantangan krisis pangan global. Kebijakan-kebijakan tersebut di antaranya penyediaan irigasi pertanian, perlindungan lahan sawah berkelanjutan serta optimalisasi program Taxi Alsintan.

“Kami terus berupaya menekan kehilangan hasil panen padi dengan mengoptimalkan pemanfaatan KUR pertanian. Karena itu kita berharap para Kepala Dinas Pertanian memanfaatkan dan mengawal program dan kebijakan-kebijakan tersebut dengan baik,” katanya.

Ke depan, kata Ali, jajaran PSP harus menjadi penggerak utama dalam mengawal perubahan besar mengimplementasikan berbagai program yang telah ditentukan. “Saya berharap semua berperan sebagai penggerak utama (prime mover) dan pengarah (trend setter) menuju pembangunan pertanian yang maju, mandiri, dan modern,” jelasnya.* (sumber: Kementan)

Kelinci Rakyat Group Sukses Bangun Pasar dan Kampanyekan Daging Kelinci Sebagai Sumber Protein Sehat

0

INTANI.ORG – Kelinci umumnya dianggap sebagai hewan peliharaan bagi sebagaian besar masyarakat. Namun di tangan M. Yususf Musabbiq kelinci disulap menjadi hewan ternak yang kaya akan banyak manfaat.

“Awalnya saya itu suplai pakan ternak kuda, dan ternyata pangsa pasar terbesar dari pakan yang saya suplai itu kelinci hias. Dari situ saya coba riset untuk bangun peternakan kelinci,” terang Musabbiq saat membuka paparannya sebagai narasumber inspiratif webinar inspirasi bisnis Intani seri ke 104, Rabu (18/1/2023).

Untuk sustain dan kontinu, menurut Musabbiq bisnis kelinci hias kurang menarik sehingga ia memilih untuk terjun ke bisnis kelinci konsumsi. Dari situ ia mulai bangun peternakan kelinci dan kemitraan.

Musabbiq mendirikan Kelinci Rakyat Group berlokasi di Sewon, Bantul, Yogyakarta yang mengelola peternakan mulai dari budidaya, pengolahan produk hingga pemanfaatan kotoran dan urin untuk pupuk.

“Jadi kami bangun pasarnya sehingga mitra fokus budidaya saja dan juga membangun peternakan zero waste,” ujarnya.

Menyadari saat ini jumlah konsumsi daging kelinci masih sangat sedikit, Musabbiq mencoba melakukan pemasaran dengan sistim back door.

“Daging kelinci ini faktanya kaya akan nutrisi, FAO sendiri sudah menyatakan daging kelinci rendah lemak dan kalori serta kaya akan protein, vitamin dan mineral. Jadi saya coba pasarkan dengan mengkampanyekan daging kelinci sebagai daging sehat yang sangat baik untuk ibu hamil, balita, penderita darah tinggi, pederita anemia dan yang sedang menjalankan diet,” ujarnya.

Musabbiq juga menjalin kerja sama dengan UGM dalam membuat ekstrak daging kelinci sebagai penambah HB bagi remaja wanita yang sering menderita anemia setelah haid. “Selain itu kedepannya kami juga akan jalin kerja sama untuk pengendalian stunting dengan mengkonsumsi daging kelinci,” terangnya.

Di sektor hilir untuk pengelolaan dan pemasaran daging kelinci Musabbiq mendirikan Dapur Kelinci Rakyat. “Jadi berbagai macam olahan kami sediakan, seperti sate, kelinci lada hitam, tengkleng, gulai, oseng mercon, lalu kulitnya kami jadikan kikil dan lainnya,” ujarnya.

Menurut Musabbiq beternak kelinci memiliki banyak keuntungan tidak hanya untuk kesehatan, tetapi juga lingkungan. “Kelinci bisa diternakan di pekarangan rumah, minim polusi suara dan udara karena 6 kali lebih rendah memproduksi emisi CO2 dibanding hewan ternak lain,” terangnya.

Dari sisi modal pun Musabbiq mengatakan sangat minim dan produktifitasnya 5 kali lebih tinggi dibandingkan sapi, namun harga perkilonya sama dengan sapi sekitar 120.000 rupiah/kg. “Usia produktif kelinci bisa sampai 4 tahun dan bisa dikawinkan kapan pun tanpa ada masanya, tapi yang terpenting jangan diternakan secara masif karena bisa mengakibatkan kelinci tidak tumbuh maksimal,” terangnya.

Ketua umum Intani, Guntur Subagja mengatakan dalam pengantarnya bahwa memang benar kelinci belum umum di sektor peternakan. “Berdasarkan data BPS memang kelinci belum termasuk dalam kategori hewan ternak. Namun apa yang disampaikan Musabbiq memang benar bahwa kelinci memiliki potensi pasar besar sebagai alternatif protein sehat,” ujarnya.

Selain itu Guntur menyampaikan ada tantangan besar dalam membangun mindset masyarakat untuk mengkonsumsi daging kelinci. “Cara pemasaran Musabbiq sangat cerdas dengan menonjolkan keunggulan produknya serta membangun kemitraan baik di hulu dan hilir. Hal ini patut dicontoh para milenial dalam memulai usaha dengan mengeksplor potensi sekitar,” tutupnya.

Webinar dengan tema ‘Sukses Isi Bisnis Ternak Kelinci’ ditayangkan via daring zoom dan streaming di TANITV dipandu Ila Failani dan diikuti ratusan peserta dari berbagai daerah dengan beragam background mulai dari akademisi, dinas, penyuluh dan masyarakat umum.* (na)

Bangun SOGA Farm, Petani Milenial Desa Girirejo Sukses Ciptakan Sistim Pertanian Yang Mensejahterakan Petani

0

INTANI.ORG – Kesejahteraan petani masih menjadi masalah yang sering dihadapi, karena banyak petani yang tidak memiliki daya jual tinggi akan hasil produksinya. Hal ini yang membuat pemuda asal desa Girirejo tergerak untuk terjun ke sektor pertanian untuk mengubah sistim yang lebih mensejahterakan petani.

“Saya lihat-lihat di kota harga sayur tinggi, namun petani-petani di desa saya itu kurang sejahtera. Bahkan sering merugi karena ongkos produksi dan harga jual yang tidak imbang,” ujar Ikhsanuddin mengawali paparannya sebagai narasumber inspiratif webinar inspirasi bisnis Intani seri ke 103, Rabu (11/01/2023).

Ikhsan menceritakan dulu sistim penjualan panen di tempatnya tergantung harga beli dari tengkulak. Selain itu dari total berat produk yang dijual akan dikurangi 10%.

“Jadi hasil panen itu ditimbang di keranjang besar, lalu total yang dibayar dikurangi 10% sebagai perhitungan berat keranjang tersebut. Sistim seperti ini sangat merugikan bagi para petani jika terus berlanjut, maka dibutuhkan sekali regulasi untuk melindungi para petani,” terangnya.

Ikhsan yang berlatar belakang sarjana pendidikan sains mulai mempelajari cara bertani secara mandiri. “Saya dimentori oleh mas Shofyan dari Sayur Organik Merbabu, awal tertarik belajar dengan beliau karena menonton acara tv Jateng yang menayangkan profil mas Shofyan. Dari situlah saya hubungi beliau dan mulai belajar bertani,” ujarnya.

Awal bertani Ikhsan mengatakan budidaya strawberry, yang menjadi nama SOGA farm akronim dari Strawberry Organik Gunung Andong. Seiring berjalan waktu, ia mulai mengembangkan ke pertanian hortikultura lainnya seperti brokoli, bayam jepang, bit, pakcoy dan selada.

“Brokoli itu salah satu sayuran yang memiliki nilai jual tinggi, terutama di perkotaan. Maka saya sangat tertarik mengembangkan brokoli ini dan sayuran lainnya sebagai tanaman tumpang sari,” jelas Ikhsan.

Ikhsan menggunakan sistim tanam bergilir untuk bisa memenuhi permintaan pasar. “Untuk pemasaran saya bekerja sama dengan Bumdes dan SOM, jadi saya fokus produksi. Mulai dari pemilihan komoditi dan penentuan margin saya tentukan sendiri, mitra terima jadi saja,” ujarnya.

Untuk budidaya sendiri Ikhsan mengatakan sudah semi organik dan menggunakan green house sederhana dengan harga 40 juta rupiah untuk per seribu meter persegi yang ketahanannya bisa mencapai 10 atau 15 tahun. Menurutnya dengan menggunakan green house bisa meningkatkan kualitas produksinya dan mengurangi serangan hama.

“Jadi penggunaan pestisida tidak terlalu banyak, disesuaikan dengan tanaman yang membutuhkan penanganan. Untuk pestisida yang saya gunakan ada nabati dan kimia sedangkan untuk pupuk sudah 100% organik,” ujarnya.

Tidak hanya budidaya, Ikhsan menjadikan SOGA farm sebagai tempat magang bagi para mahasiswa. Menurutnya dengan menjadikan tempatnya sebagai eduwisata selain bisa meningkatkan pendapatan juga menjadi ajang kolaborasi menciptakan inovasi baru pertanian.

“Sudah seharusnya kita sebagai petani berkolaborasi dengan para akademisi, karena banyak masalah  yang dihadapi petani dan membutuhkan solusi yang inovatif maka penting sekali kolaborasi ini,” terangnya.

Ikhsan juga berpesan untuk memulai usaha jangan fokus pada modal yang besar, tetapi  gunakan sedikit modal, kerja keras dan tekad yang besar. Dalam usaha membutuhkan trial error hingga menemukan pola bisnis yang tepat.

“Maka modal besar itu digelontorkan ketika kita sudah memiliki pola bisnis yang tepat, bukan sebaliknya.  Itulah yang sering membuat pengusaha pemula cepat gulung tikar karena hanya fokus mengeluarkan modal besar tanpa pola bisnis yang tepat,” terang Ikhsan.

Ila Failani, selaku moderator menyampaikan inilah keunggulan para milenial saat terjun ke sektor pertanian, tidak hanya sekedar bertani tetapi terbuka untuk berkolaborasi dalam menciptakan inovasi dan mengembakan sub bisnis lainnya.

Hal senada juga disampaikan ketua umum Intani, Guntur Subagja dalam pengantarnya bahwa kehadiran para petani milenial memang sangat dibutuhkan, karena pemikiran mereka sangat tebuka dan maju dalam meningkatkan kualitas pertanian.

“Petani milenial cenderung fokus membangun pertanian yang modern, bagaimana memanfaatkan teknologi dan terus berkolaborasi untuk meningkatkan pemasaran. Selain bisa meningkatkan kualitas produksi juga dapat menaikan harga jual. Dan apa yang dilakukan Ikhsan ini sangat bagus sebagai contoh para petani milenial memulai usahanya,” ujar Guntur.

Webinar dengan tema ‘Brokoli Lereng Merbabu Masuk Pasar Modern’ ditayangkan via daring zoom dan streaming di TANITV, dihadiri ratusan peserta dari berbagai daerah.* (na)

Dari Kaki Gunung Merbabu, Petani Milenial Sukses Bangun Pasar Sayur Organik

INTANI.ORG – Banyak lahan pertanian di berbagai wilayah Indonesia yang mengalami penurunan kualitas setiap tahunnya. Hal ini dikarenakan penggunaan pupuk dan pestisida kimia secara berlebihan. Kondisi ini menjadi salah satu alasan milenial asal desa Kopeng, Semarang mau terjun ke pertanian organik.

“Dulu saya tidak ada niatan sama sekali untuk menjadi petani, karena saya tahu bagaimana jatuh bangunnya seorang petani. Namun orang tua saya yang seorang petani, meminta saya untuk melanjutkan kuliah pertanian. Akhirnya dengan berbagai pertimbangan saya pilih jurusan pertanian,” terang Shofyan mengawali paparannya sebagai narasumber inspiratif webinar inspirasi bisnis Intani seri ke 102, Rabu (4/1/2023).

Milenial dengan nama lengkap Shofyan Adi Cahyono(25) lulusan Universitas Kristen Satyawacana Salatiga jurusan agroteknologi mulai merintis usaha pertanian organiknya sejak duduk di bangku kuliah tahun 2014.

“Saya mulai memasarkan sayuran organik itu di kampus dan tidak laku. Lalu mengajukan proposal pada seminar kewirausahaan senilai 15 juta rupiah untuk pembangunan green house, alhamdulillah terpilih, namun nilai hadiahnya gelinding satu nol nya,” ujar Shofyan sambil tertawa.

Dari situ Shofyan menuturkan menggunakan hadiah yang diperoleh untuk membeli alat pengemas sayuran dan mengubah pemasarannya dengan door to door. Untuk meningkatkan produksi ia mulai membentuk kelompok tani Citra Muda dan diikuti di tahun berikutnya dengan mendirikan Sayur Organik Merbabu untuk peningkatan pemasaran.

“Alhamdulillah perkembangannya semakin bagus, hingga di 2018 kami masuk dalam Program Nasional 1000 Desa Organik yang dicanangkan Presiden Jokowidodo,” terangnya.

Hingga kini setidaknya sudah ada 30 petani milenial tergabung dalam kelompok tani Citra Muda yang diketuai Shofyan dan bekerja sama dengan 400 petani organik. “Lahan yang kami kelola kurang lebih 10 hektar yang terletak di kaki gunung Merbabu,” ujarnya.

Shofyan menjelaskan ada 50 jenis sayuran yang ditanam dan 70 varian sayuran yang masih trial. “Kami sudah tersertifikasi Organik Indonesia oleh INOFICE (Indonesia Organik Farming Inspection and Certification) dan Halal MUI serta sesuai standar SNI 6729: 2016,” jelas Shofyan.

Pemasaran sendiri sudah tersebar ke berbagai wilayah di pulau Jawa dan Banjarbaru, Kalimantan Selatan baik agen distributor dan reseller. “Permintaan kami setiap bulan mencapai 30 ton namun kami baru mampu suplai 15 ton, jadi peluang pasar organik memang terbuka luas,” ujarnya.

Selain alasan kesehatan dan memperbaiki kualitas lahan pertanian, Shofyan membangun SOM untuk meningkatkan kesejahteraan petani.

“Saya ingin petani memiliki nilai tawar dari hasil panennya, karena sering sekali petani tidak berdaya untuk menjual produksinya dengan nilai yang sepadan. Terlebih sayuran organik ini memiliki harga yang relatif stabil dan tinggi,” ujarnya.

Tidak hanya fokus pada produksi dan pemasaran, Shofyan juga memdirikan P4S Citra Muda sebagai wadah pelatihan, pembelajaran dan sarana magang masyarakat umum serta pelajar.

“Memang target kami tidak hanya sekadar jualan sayur organik tetapi bagaimana mengedukasi masyarakat pentingnya pertanian organik baik bagi kesehatan diri dan lingkungan,” ujarnya.

Shofyan juga menyampaikan untuk pengurusan sertifikasi organik membutuhkan biaya yang besar, bisa mencapai 30-40 juta rupiah. Maka itu ia bersama dengan AOI (Aliansi Organik Indonesia) sedang menggerakkan sertifikasi pihak kedua dari PAMOR (Penjamin Mutu Organik) Indonesia agar bisa terjangkau oleh para petani organik kelas menengah.

Segudang prestasi juga sudah diraih Shofyan baik nasional maupun internasional, sebagai Duta Petani Milenial Kementan RI, Young Farmer Interpreneur FPB UKSW 2017, Delegsi for Organic Youth Forum Asia 2019, juara 2 Festival Pangan Bermutu Dinas Ketahanan Pangan Jawa Tengah 2019, dan lainnya.

Ketua umum Intani, Guntur Subagja menyampaikan dalam pengantarnya ada tiga hal yg menjadi konsen utama untuk mengembalikan pertanian dengan kearifan lokal.

“Pertama membentuk petani muda yang mampu membuat solusi dan inovasi untuk meningkatkan kualitas pertanian yang ada, kedua menguabah mindset petani lama dengan cara bertani yang baru dan menggunakan kearifan lokal, ketiga menggunakan teknologi digital baik untuk produksi dan pemasaran,” terang Guntur.

Ketiga hal itu sudah dicerminkan semua oleh Shofyan, maka menurut Guntur sudah tepat menjadikannya contoh untuk menginspirasi petani milenial di berbagai daerah agar tercipta pertanian modern yang berkearifan lokal.

Webinar inspirasi bisnis Intani dengan tema ‘Petani Milenial Kirim Sayur Organik ke Seantero Jawa’ ditayangkan via daring dan streaming di TANITV dipandu Ila Failani, CEO DEDIGO(Desa Digital Global) aplikasi desa modern. Kegiatan ini juga diikuti ratusan peserta dari berbagai daerah di Indonesia.*

Inovasi Karya Anak Bangsa Guna Mendukung Produktivitas Petani

0

INTANI.ORG – Sejalan dengan arahan Menteri BUMN RI, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (Telkom) sebagai tulang punggung digitalisasi di Indonesia turut menyelenggarakan program kompetisi tahunan Innovillage. Ajang perlombaan sociopreneurship muda di bidang teknologi digital ini diinisiasi oleh Community Development Center Telkom bersama Telkom University ini telah memasuki tahun ketiga penyelenggaraannya. Kompetisi Innovillage diikuti sebanyak 1.442 mahasiswa dari 120 perguruan tinggi yang tersebar di 25 provinsi seluruh Indonesia dengan 363 proposal social project.

Acara puncak kompetisi Innovillage bertajuk “Young Heroes in Action #DigitalUntukSemua” diselenggarakan secara hybrid (luring dan daring) di Auditorium Telkom University Bandung dan disaksikan masyarakat di seluruh Indonesia, beberapa waktu lalu. Momen puncak Innovillage ini dihadiri oleh Direktur Human Capital Management Telkom Afriwandi, akademisi dari berbagai Universitas, serta jajaran TelkomGroup. Pada Innovillage tahun ini, para expert kolaborasi dari Telkom serta perwakilan dari beberapa perguruan tinggi di seluruh Indonesia turut dilibatkan sebagai juri untuk menilai dan menyeleksi proposal social project.

Proses implementasi social project pada tahap 150 besar dilaksanakan selama 7 minggu oleh para peserta mahasiswa dengan terjun langsung ke tengah masyarakat untuk mengaplikasikan inovasi yang dirancang. Selama proses implementasi berjalan, setiap minggunya para peserta mendapatkan virtual mentoring dari ahli sehingga kemampuan peserta semakin berkembang dalam meningkatkan kualitas inovasi social project yang akan dihasilkan. Pada tahap selanjutnya, berdasarkan hasil evaluasi dan monitoring implementasi social project di lapangan, terpilih TOP 25 semifinalis untuk melaju ke tahap selanjutnya di babak final.

Para semifinalis TOP 25 turut mendapatkan pelatihan dan pembinaan pada sesi bootcamp sebagai persiapan menghadapi babak final online pitching yang melibatkan juri dari sektor pendidikan dan para praktisi professional. Beberapa pendekatan yang dilakukan dalam online pitching terdiri dari solusi yang diajukan menjawab keresahan atau pain point masyarakat, project yang sudah diimplementasikan dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, tingkat kebermanfaatan baik kualitatif maupun kuantitatif, kebaruan inovasi yang diajukan, serta adanya kolaborasi dengan komunitas maupun pemerintah lokal.

Penghargaan Best Of The Best dalam ajang kompetisi Innovillage kali ini diraih oleh tim dari Telkom University dengan inovasi Automatic Tea Garden Watering dengan Energi Terbarukan (Panel Surya). Inovasi digital ini dirancang guna mempermudah aktivitas dan meningkatkan produktivitas para Petani khususnya pada sektor perkebunan teh di Provinsi Jawa Barat. Penilaian yang dilakukan para juri terhadap inovasi ini telah melalui tahapan seleksi yang ketat serta pengukuran objektif terhadap kebermanfaatan dan dampak yang dihasilkan bagi masyarakat. Selain itu, inovasi Automatic Tea Garden Watering ini juga dinilai sangat berpotensi untuk keberlanjutan dan pengembangan kedepannya.

Direktur Human Capital Management Telkom Afriwandi pada kesempatannya menyampaikan bahwa, “Program Inoovillage diselenggarakan tidak hanya bertujuan untuk mengasah kemampuan teknis dan analisis generasi muda, namun juga merupakan salah satu bentuk nyata Telkom dalam upaya membangun Negeri melalui pengembangan Desa. Kami yakin banyak inovasi yang bisa dihasilkan dari para talenta digitital muda untuk memberikan solusi dan kebermanfaatan yang positif bagi masyarakat,” ujar Afriwandi.

Menutup tahun 2022 dengan puncak acara, seluruh pemenang kompetisi Innovillage akan memperoleh dana pendidikan dan pengembangan sosial projek sebagai bentuk apresiasi dan dukungan terhadap keberlanjutan projek yang dijalankan agar dapat memberi dampak sosial kepada masyarakat. Melalui total pendanaan sebesar 2,25 miliar, diharapkan mahasiswa dapat terus menghasilkan inovasi yang aplikatif serta berorientasi terhadap pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) poin ke-11 terkait pemukiman yang berkelanutan sehingga dapat membawa banyak dampak untuk masyarakat, ekonomi, dan lingkungan.*