INTANI.ORG – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menilai dengan memproduksi alat kesehatan (alkes) di dalam negeri, Indonesia akan dapat menghemat anggaran negara hingga Rp300 triliun dalam setahun.
Menurut Luhut, dengan serapan yang rendah itu maka perlu ada upaya untuk bisa mendorong peningkatan belanja alat kesehatan dalam negeri minimal sebesar Rp6,5 triliun untuk 5.462 barang untuk tahun anggaran 2021 melalui e-katalog. Selain itu, lanjut dia, perlu peningkatan kapasitas produksi alkes dalam negeri.
“Alkes ini, dana yang kita keluarkan hampir Rp490 triliun satu tahun. Jadi kalau sekarang kita bisa hemat Rp200 triliun-Rp300 triliun setahun, itu sama dengan investasi kita 25 miliar dolar AS per tahun. Anda bisa bayangkan betapa penghematan (dari) pemborosan kita selama ini yang begitu tinggi,” kata LBP di Jakarta, Selasa (15/6/21).
Luhut menuturkan Presiden AS Joe Biden saja telah mengeluarkan UU bahwa pengadaan alkes tidak diperbolehkan melalui impor dan harus diproduksi di dalam negeri. Indonesia pun, kata dia, sudah mengikuti langkah tersebut. Terlebih, Presiden Jokowi pun sudah meminta agar tak ada lagi impor alkes.
“Nanti di LKPP (Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Pemerintah) eloknya sudah mulai memperhatikan ini karena Presiden sudah minta juga ada perbaikan UU kita mengenai alkes ini,” katanya.
Luhut juga menyoroti masih rendahnya serapan belanja pemerintah untuk produk buatan dalam negeri, khususnya di bidang alat kesehatan. Hingga Juni 2021, pemesanan alkes dalam negeri hanya mencapai Rp2,9 triliun, sementara impor produk alkes jauh lebih tinggi mencapai Rp12,5 triliun.
Presiden Jokowi, kata Luhut, sudah memberi arahan agar terus dilakukan peningkatan penggunaan produk dalam negeri. Salah satunya yakni dengan mengundang investasi masuk ke Indonesia.
Luhut berpesan agar Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI) tak hanya sekadar slogan, tapi juga harus diwujudkan dengan kerja sama seluruh pihak.
“Dan orang-orang masih impor-impor, importir-importir, Anda kan bisa bikin pabriknya di dalam (negeri). Kan bisa investasi. Masak mau makan hanya importir-importir terus. Sampai kapan kita mau begini,” ujarnya.
Ini saya titip, kenapa saya ngomong agak keras karena kita ini banyak omong saja tapi kita tidak melakukan contoh tauladan untuk membuat Indonesia ini lebih bagus lagi ke depan,” pungkas Luhut Binsar Pandjaitan. (ud/ed).