INTANI.ORG – Perkumpulan Insan Tani dan Nelayan Indonesia (INTANI) menyelenggarakan webinar inspirasi bisnis Intani setiap Rabu yang ditayangkan streaming di TANITV (https://youtu.be/v6mNP9EgLV4).

Pada seri ke 63 dengan tema ‘Petani Milenial Petik Manisnya Tanam Semangka’ dipandu oleh Ila Failani dari Intani dan menghadirkan narasumber inspiratif berusia 28 tahun, Iqbal Abipraya, lulusan Universitas Jember Fakultas Pertanian yang juga merupakan owner toko pertanian Tani Joss dan ketua asosiasi semangka Berkah Andalan Sejahtera dari desa Mayangan, Jember, Jawa Timur.

“Saya mulai terjun ke pertanian setelah lulus kuliah di tahun 2018. Alasan saya yaitu ingin konsisten dengan bidang keilmuan yang saya miliki dan juga setelah sulit mencari pekerjaan, saya mengamati pertanian ini memiliki prospek besar untuk dieksplorasi,” tutur Iqbal mengawali paparannyan, Rabu (16/03).

Iqbal menuturkan awalnya berbudidaya komoditi pangan, lalu setelah berbagai pertimbangan pindah ke budidaya hortikultura, yaitu semangka. “Masa tanam semangka hanya dua bulan sudah panen, tidak seperti pangan. Jadi perputaran modalnya lebih cepat, itu salah satu pertimbangan saya.”

Saat ini iqbal dan 20 petani yang tergabung dalam Program Makmur PT. Pupuk Kalimantan Timur mengelola lahan untuk budidaya semangka seluas 25 hektar. “Pendapatan kami bisa mencapai lebih dari 100%, dengan asumsi modal 50 juta rupiah per hektar.”

Guntur Subagja, ketua umum Intani menuturkan dalam pengantarnya bahwa komoditi buah seperti  semangka memiliki pasar yang luas. “Dibutuhkan konsistensi para petani dalam meningkatkan produksi buah lokal agar mampu memenuhi kebutuhan buah nasional. Serta kemampuan membidik pasar retail, korporasi dan global sehingga petani tidak hanya bergantung pada tengkulak”.

“Untuk mendukung hal ini, kami sedang membangun satu ekosistem pertanian yang terintegrasi agar petani memiliki akses lebih luas baik dari sisi pasar, teknologi, pendampingan, permodalan dan networking,” tuturnya.

Regenerasi petani menjadi salah satu faktor penting dalam membangun ekosistem pertanian. “Melihat angka petani milenial kita yang memprihatikan, Intani mengembangkan program dalam rangka mencetak petani milenial untuk menjadi motor penggerak kalangan muda agar mau terjun ke sektor pertanian,” tutur Guntur.

Project Manager Program Makmur Pupuk Kaltim, Adrian R.D. Putera yang turut hadir dalam webinar sangat mengapresiasi Intani. “Kegiatan kami secara garis besar sama dengan Intani, menciptakan ekosistem pertanian yang terintegrasi dengan sistem smart farming. Kami berharap bisa terus berkolaborasi dengan Intani untuk mencetak lebih banyak petani milenial.”

Adrian pun mejelaskan Program Makmur yang diinisiasi PKT. “Program ini merupakan penugasan dari menteri BUMN dan Pupuk Indonesia dalam rangka pendampingan petani untuk meningkatkan produktifitas, pendapatan, mengadopsi praktek pertanian unggul dan penggunaan agro input non subsidi.”

Lebih lanjut Andrian menyampaikan wilayah yang masuk Program Makmur  didominasi wilayah Indonesia timur dan di tahun 2021 sudah mencapai target luas lahan 18.110 hektar dan 9.780 petani. “Di tahun 2022, Program Makmur memiliki target luas lahan 60.000 hektar dan 25.000 petani.”

Adrian berharap ke depannya dapat berkolaborasi dengan Intani untuk mendapatkan solusi dalam beberapa kendala yang masih ditemui program makmur saat ini, “masih kesulitan untuk memperoleh offtaker dibeberapa komoditi, lalu infrastruktur pertanian di daerah timur yang masih sangat kurang dan prosedur akses KUR bagi para petani, jelas Adrian.

Iqbal pun turut menyampaikan keluh kesahnya menghadapi harga saprodi yang naik secara ‘ugal-ugalan’ dan program pupuk subsidi pemerintah yang sering disalahgunakan pihak tertentu. “Kalau pemerintah ingin menumbuhkan petani milenial, silahkan support kami. Mengganti subsisdi pupuk dan lain-lain dengan memberikan insentif langsung ke petani, agar kami lebih produktif.”

Guntur merespon positif masalah yang disampaikan. “Untuk permasalahan KUR ini memang petani perlu untuk didampingi agar mulai mencatatkan transaksi dengan sistem perbankan sehingga mereka bisa dinilai bankable atau tidak. Selain itu kami juga sedang mengusulkan untuk KUR kolektif yang dikolaborasikan dengan offtaker sehingga lebih mempermudah petani.”

“Insentif bagi petani merupakan saran yang baik bagi pemerintah, untuk realisasinya dibutuhkan pendataan petani yang tepat agar nantinya tidak salah sasaran lagi.” Guntur pun menyarankan untuk pengelolaan pupuk subsidi dibutuhkan lembaga seperti KUD agar lebih transparan dan tidak disalahgunakan pihak-pihak tertentu.* (na-int)

LEAVE A REPLY