Webinar Intani Talk edisi ke-174 (03/09/2025) kembali digelar dengan topik menarik: “Mengenal Aquaponik Presisi”. Program kolaborasi antara INTANI dan Divisi ESG PT Pegadaian ini menghadirkan Dr. Bambang Widoo Prastowo, S.Si., M.Si., peneliti dari Pusat Riset Budidaya Air Tawar BRIN, yang sudah berpengalaman panjang dalam riset akuakultur dan sistem aquaponik.
Aquaponik sendiri bukan sekadar metode menanam dengan air, tetapi pendekatan modern yang memadukan ikan, tanaman, dan bakteri dalam satu ekosistem. Konsepnya sederhana: limbah ikan yang kaya amonia diubah oleh bakteri menjadi nutrisi bagi tanaman, sementara akar tanaman menyaring air agar tetap bersih bagi ikan.
Mengapa Aquaponik Penting?
Menurut Dr. Bambang, sistem ini adalah jawaban atas tantangan zaman:
-
Ketahanan pangan → menghasilkan ikan dan sayuran sekaligus.
-
Konservasi air → hemat penggunaan air dibanding sistem pertanian konvensional.
-
Keberlanjutan lingkungan → limbah tidak terbuang, tapi dimanfaatkan kembali.
Ketua Umum INTANI, Guntur Subagja Mahardika, dalam sambutannya menegaskan bahwa pertanian modern seperti aquaponik adalah masa depan. Pemerintah pun saat ini memberi perhatian besar pada sektor pertanian, sehingga peluang pengembangan teknologi ini sangat terbuka.
Aquaponik Presisi: Lebih dari Sekadar Aquaponik
Perbedaan aquaponik biasa dan aquaponik presisi ada pada teknologi monitoring. Dengan sensor IoT, kualitas air (pH, suhu, oksigen, amonia, nitrit, nitrat) bisa dipantau secara real time. Data ini penting agar sistem tetap stabil dan produktif.
Riset terbaru menunjukkan bahwa nutrisi dalam aquaponik sering kali lebih rendah dibanding hidroponik. Misalnya, kadar nitrogen dan fosfor jauh lebih rendah, bahkan unsur penting seperti besi (Fe) dan tembaga (Cu) sering kali tidak terdeteksi. Karena itu, penambahan nutrisi tambahan perlu dilakukan secara hati-hati agar tanaman tumbuh optimal tanpa meracuni ikan.
Selain itu, keberhasilan sistem sangat bergantung pada bakteri nitrifikasi di biofilter. Proses pematangan bakteri butuh sekitar 29 hari sebelum sistem siap digunakan. Hasil uji di laboratorium menunjukkan dominasi bakteri bioremediasi yang membantu memperbaiki kualitas air dan menjaga ekosistem tetap seimbang.
Jenis Ikan dan Tanaman yang Cocok
Aquaponik fleksibel untuk berbagai pilihan:
-
Ikan konsumsi: lele, nila, mas.
-
Ikan hias: koi, yang tetap sehat dan berwarna cerah dalam sistem stabil.
-
Tanaman daun: kangkung, selada, bayam, sawi (panen cepat, ±1 bulan).
Tantangan dan Peluang
Dalam sesi diskusi, peserta menyoroti tantangan biaya investasi aquaponik yang cukup tinggi. Dr. Bambang menegaskan bahwa solusi utamanya adalah intensifikasi produksi agar hasil ikan dan tanaman bisa menutup biaya operasional. Analisis usaha memang menunjukkan biaya terbesar ada pada listrik dan uji laboratorium, namun jika teknologi semakin berkembang, biaya tersebut dapat ditekan.
Menuju Masa Depan Pertanian Presisi
Aquaponik presisi adalah langkah maju menuju pertanian berkelanjutan. Dengan dukungan riset, teknologi sensor, dan pemanfaatan bakteri lokal, sistem ini diharapkan mampu memperkuat ketahanan pangan sekaligus ramah lingkungan.
Ketua Umum INTANI menutup webinar dengan optimisme bahwa teknologi ini perlu terus dikembangkan agar semakin aplikatif dan bisa diadopsi oleh masyarakat luas. Aquaponik presisi bukan hanya tren, tetapi bagian dari solusi kemandirian pangan Indonesia di masa depan.