Intani Talk adalah program kolaborasi antara Perkumpulan Insantani dan Nelayan Se-Indonesia (Intani) bersama Divisi Environmental Social and Governance (ESG) PT Pegadaian. Program ini bertujuan memberikan edukasi, literasi, dan inspirasi bagi para petani dan nelayan melalui webinar yang disiarkan langsung di kanal YouTube Tani TV dan website tani.tv. Program ini juga mendukung Kampung Swasembada Pangan melalui gerakan The Gade Integrated Farming sebagai bagian dari tanggung jawab sosial dan lingkungan PT Pegadaian.
Pada webinar tanggal 6 Agustus 2025, tema utama yang diangkat adalah “Bertani Organik Hemat Separuh Biaya” dengan narasumber Bapak Toto Arifin, anggota Kelompok Tani Ben Dadi Mulyo, Desa Ngargogondo, Magelang, Jawa Tengah.
Pak Guntur, perwakilan Intani, menjelaskan bahwa Desa Ngargogondo terletak di belakang Candi Borobudur dan menjadi lokasi pengelolaan lahan cabai seluas 1 hektare oleh kelompok tani tersebut. Saat ini, 5.000 m² lahan sudah dikelola dan akan bertambah 5.000 m² lagi. Yang menarik, lahan ini dikelola oleh generasi muda milenial contoh regenerasi petani di tengah tantangan menyusutnya petani muda di sektor pertanian.
The Gade Integrated Farming bersama PT Pegadaian telah melatih lebih dari 124 kelompok tani dalam pertanian terpadu yang ramah lingkungan dan rendah karbon. Sebanyak 42 peserta, termasuk Pak Toto, sudah bersertifikat fasilitator pertanian organik berstandar BNSP, hasil kerja sama dengan Universitas Jenderal Sudirman dan Lembaga Sertifikasi Profesi Organik.
Keunggulan Bertani Organik di Ngargogondo
Berdasarkan kisah Pak Toto, bertani organik di desa tersebut memang “ramah lingkungan dan ramah kantong”. Sebelum beralih ke organik, biaya pupuk untuk tanaman cabai bisa mencapai Rp8.000–Rp10.000 per tanaman, kini hanya sekitar Rp3.000 saja. Penghematan biaya ini diperoleh karena petani membuat pupuk organik cair (POC) sendiri dari limbah sekitar seperti limbah pasar, kulit nanas, sayuran busuk, dan sisa buah, yang difermentasi selama 1–3 bulan. Pemupukan rutin dilakukan sejak tanaman berusia satu minggu dan diulang setiap 7–10 hari.
Hasil panen organik menunjukkan pertumbuhan tanaman yang lebih baik, seperti timun yang bisa menghasilkan hingga 4 kg per pohon dan cabai rata-rata 9 ons per pohon, lebih tinggi dibandingkan dengan metode anorganik yang biasanya hanya mencapai 5 ons per pohon. Masa panen pun lebih panjang dan hasil panen padi pun lebih tahan terhadap serangan hama tikus dibandingkan lahan anorganik di sekitar.
Pupuk Organik Cair: Solusi Hemat dan Ramah Lingkungan
Bahan baku POC sangat melimpah dan sebagian besar gratis, berasal dari limbah pasar dan rumah tangga seperti seresah bambu, keong, dan bekicot. Pupuk ini dapat disimpan hingga 1–1,5 tahun dan cukup ditambahkan tetes tebu sebelum digunakan untuk mengaktifkan bakteri. Biaya pembuatan 100 liter POC bahkan tidak sampai Rp200.000, sangat jauh lebih murah dibandingkan membeli produk ZPT pabrikan.
Penggunaan POC tidak hanya meningkatkan kesuburan tanah secara signifikan dengan membuat tanah menjadi gembur dan mudah dicangkul, tetapi juga mengandung bakteri dan jamur entomopatogen yang menekan serangan jamur dan bakteri patogen, sehingga tanaman menjadi lebih tahan terhadap penyakit. Penyemprotan POC biasanya dilakukan pada bedengan tanah sebelum tanam agar mikroorganisme bermanfaat dapat tumbuh terlebih dulu.
Dampak positif bertani organik dengan POC telah dirasakan selama dua tahun terakhir di Ngargogondo. Tanah yang sebelumnya keras karena penggunaan pupuk kimia berlebihan, sekarang menjadi lebih subur dan mudah diolah. Penggunaan POC juga mampu menghemat biaya pembelian pupuk dan pestisida anorganik, sehingga petani dapat menekan biaya produksi hingga 50% bahkan lebih.
Pelatihan Pupuk Organik Cair untuk Luas Wilayah


Untuk mendukung pengembangan pertanian organik yang lebih luas, Intani bersama mitra akan mengadakan pelatihan pembuatan pupuk organik cair, baik secara online maupun offline, agar petani dari berbagai daerah seperti Manado, Kalimantan Timur, dan daerah lainnya dapat belajar teknik pembuatan yang benar sesuai standar operasional prosedur (SOP). Hal ini penting untuk menghindari kesalahan dalam takaran dan fermentasi yang menyebabkan munculnya penyakit tanaman.
Pelatihan juga akan membahas teknik aplikasi pupuk yang efisien, termasuk penggunaan biopori atau pipa pralon yang memungkinkan POC langsung masuk ke akar tanaman. Masalah seperti pH tanah dan drainase juga akan menjadi perhatian agar tanaman tumbuh optimal.
Bertani organik dengan memanfaatkan pupuk organik cair hasil olahan sendiri bukan hanya menghemat biaya produksi hingga separuhnya, tetapi juga membantu memulihkan kesuburan tanah dan menjaga kelestarian lingkungan. Produksi hasil panen bisa lebih banyak dan berkualitas, dengan masa panen yang lebih panjang dan tanaman yang lebih tahan penyakit.
Kisah sukses Desa Ngargogondo menjadi motivasi dan contoh bahwa pertanian organik bisa menjadi solusi nyata bagi petani Indonesia untuk mendapatkan keuntungan ekonomi sekaligus menjaga lingkungan. Dengan semangat regenerasi petani muda serta pelatihan dan edukasi berkelanjutan, pertanian organik di Indonesia diharapkan tumbuh pesat dan menyebar ke berbagai daerah.