Perdagangan hasil pertanian Indonesia terus menunjukkan geliat positif di pasar global, termasuk dari kalangan generasi muda. Salah satu sosok inspiratif yang mencuri perhatian adalah Rezka Kenara, Duta Petani Milenial dari Kementerian Pertanian, yang membagikan kisah sukses ekspor kopi Gayo ke Jepang dalam sebuah webinar sarat inspirasi.
Webinar Intani Talk Edisi #159 ini dilaksanakan pada Rabu, 21 Mei 2025 pukul 10.00 WIB melalui Zoom dan disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube Tani.TV. Dalam kesempatan tersebut, Rezka Kenara, berbagi kisah sukses menembus pasar kopi Jepang. Rezka adalah lulusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Syiah Kuala, Aceh, yang kini menjadi pelaku ekspor kopi Gayo.
Rezka memulai cerita dari keikutsertaannya dalam program magang pertanian ke Jepang pada 2019. Meski program itu terhenti akibat pandemi COVID-19, hubungan bisnis yang terjalin tetap berlanjut. Tantangan awal dalam mengembangkan produk sirup akhirnya dialihkan ke kopi karena bahan baku yang stabil di Aceh. Pada 2022, mitra bisnis Rezka di Jepang membuka kedai khusus kopi Gayo dan sejak saat itu, pengiriman kopi ke Jepang dilakukan secara rutin.
Dalam menjelaskan peran bisnisnya, Rezka menyebutkan bahwa ia bertindak sebagai pengumpul kopi dari jaringan keluarga petani. Belum seluruh petani dibina secara langsung karena skala pembelian masih terbatas. Namun, ia menekankan pentingnya kualitas untuk memenuhi selera pasar Jepang yang sangat ketat terhadap konsistensi rasa. Untuk itu, pelatihan cupping test dijalani agar dapat menjaga standar mutu.
Kendala logistik seperti volume pengiriman yang masih kecil diatasi dengan bergabung dalam kontainer perusahaan lain. Meskipun demikian, seluruh prosedur ekspor, termasuk uji residu kimia, tetap dipenuhi secara ketat.
Kopi Gayo, meskipun belum sepopuler Mandailing atau Toraja di Jepang, dinilai memiliki cita rasa yang nyaman untuk dikonsumsi setiap hari dan mulai mendapatkan tempat di hati pecinta kopi Jepang. Jepang sendiri merupakan pasar besar dengan budaya minum kopi yang kuat, namun tanpa produksi kopi lokal berskala besar, membuat negara ini sangat bergantung pada impor.
Rezka mengungkap bahwa kopi yang dikirim ke Jepang adalah Arabika dengan berbagai metode proses seperti full washed, natural, honey, hingga eksperimen teknik carbonic maceration untuk menghasilkan cita rasa unik. Model bisnis yang dijalankan mencakup seluruh rantai nilai, dari produksi di hulu hingga distribusi ke luar negeri.
Kisah sukses Rezka juga melibatkan kolaborasi dengan tokoh kopi internasional seperti Tetsu Kasuya, juara dunia barista 2016, dan liputan di media kopi ternama Jepang. Dalam strategi pengembangan selanjutnya, timnya di Jepang tengah membangun website khusus untuk menjangkau pasar specialty coffee secara daring.
Menanggapi pertanyaan peserta diskusi, Rezka memberikan saran praktis bagi petani dan pelaku UMKM yang ingin menembus pasar ekspor. Ia mendorong kerja sama dengan trader atau eksportir, serta memastikan kejelasan peran dan pembagian keuntungan sejak awal. Keterlibatan petani dalam sertifikasi dan transparansi informasi juga dinilai sebagai langkah penting menuju keberlanjutan usaha.
Dalam hal ketersediaan bahan baku, industri kopi di Takengon telah mapan dengan pasokan yang stabil. Meski volume ekspor CV Roko Agri masih tergolong kecil—sekitar 1 ton per tahun—permintaan terus tumbuh. Kopi dikirim dalam bentuk green bean untuk menjaga kualitas dan memperpanjang masa simpan.
Melalui kisah Bro Rezka Kenara, tampak jelas bahwa dengan visi, konsistensi, dan kemitraan yang kuat, petani muda Indonesia mampu bersaing di pasar global dan membawa nama kopi lokal ke panggung internasional.