INTANI.ORG – Lada adalah salah satu rempah unggulan di Indonesia. “Sejak zaman dulu Indonesia menjadi primadona dunia sebagai penghasil komoditi rempah salah satunya lada,” ujar Guntur Subagja, ketua umum Intani dalam pengantarnya di webinar inspirasi bisnis Intani seri ke 70, Rabu (11/05).
Guntur menambahkan wilayah terbesar penghasil lada berada di Bangka Belitung, Lampung, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan dan Kalimantan Timur. “Posisi kita saat ini sebagai negara pengekspor terbesar kedua setelah Vietnam dengan jumlah produksi lada 89.000 ton per tahun, namun ironisnya kita hanya mampu memenuhi 30% dari kebutuhan nasional”. Menurut Guntur ini menjadi momentum untuk meningkatkan produksi lada nasional dan memperbaiki sistem agar kebutuhan nasional serta ekspor tetap bisa terpenuhi.
Panca Ardian Hariyanto, selaku narasumber turut mengamini apa yang disampaikan ketua umum Intani. “Lada ini memang komoditas yang cukup menjanjikan, dari segi ekomomi maupun pasar,” ungkap Panca.
Panca merupakan petani milenial lada inspiratif berusia 38 tahun asal Desa Beno Harapan, Kutai Timur – Kalimantan Timur. Ia juga merupakan petani mitra binaan Program Makmur PT. Pupuk Kaltim.
“Awalnya saya itu bertani karet, lalu pindah ke lada pada tahun 2015. Alasan utama memang karena dari segi harga lebih menjanjikan dan memang kami berada di wilayah yang sangat cocok untuk budidaya lada,” ujar Panca.
Ila Failani, selaku host mengulik lebih jauh spesifikasi wilayah seperti apa yang cocok untuk berbudidaya lada. “Pengalaman saya pribadi memang lebih cocok di dataran tinggi dan cuaca panas. Karena saya pernah coba tanam di Jawa, daerah Wonosobo pohonnya hidup, daunnya lebat tapi tidak berbuah,” jelas Panca.
Sampai saat ini, Panca menjelaskan, sudah memiliki sekitar 600 pohon lada, dengan hasil panen bisa mencapai satu ton. “Harga lada termasuk fluktuatif, bisa mencapai 70.000 per kg dan pernah anjlok juga sampai 25.000 per kg, tapi alhamdulillah sekarang sudah normal lagi”.
Panca juga menjelaskan banyak sekali manfaat yang diperoleh dengan menjadi mitra binaan Program Makmur. “Saya dapat pinjaman modal kerja, dari situ bisa beli peralatan lengkap untuk bertani. Bunganya sangat kecil jadi terjangkau bagi para petani, sehingga bisa mengembangkan usaha lebih besar lagi. Selain itu ada juga pelatihan, sangat bermanfaat untuk tambah skill saya”.
VP CSR PT. Pupuk Kaltim, Anggono Wijaya turut menambahkan mengenai Program Makmur. “Nama Program Mamkmur sendiri merupakan akronim dari ‘Mari Kita Majukan Usaha Rakyat’, jadi memang visi kami ingin mengembangkan dan memajukan usaha rakyat di seluruh Indonesia”.
Untuk sektor UMK, Anggono menerangkan jenis bantuan yang diberikan berupa pendanaan modal kerja, pelatihan, pengadaan sarana dan prasarana dan layanan untuk memperoleh sertifikasi halal. “Mitra binaan kami sudah mencapai 28.000 yang tersebar di wilayah Bontang dan Kalimantan Timur. Kami berharap bisa terus berkolaborasi dengan Intani, agar lebih banyak petani dan pelaku UMK sejahtera,” pungkas Aggono.
Webinar inspirasi bisnis Intani tayang streaming setiap hari rabu, pukul 09.00-11.00 WIB di TANITV.*