16 C
Paris
Tuesday, May 13, 2025

Webinar INTANI TALK Edisi #156 – Diendra, Petani Milenial Pionir Korporatisasi Bawang Brebes

Webinar edisi 156 yang diselenggarakan pada Rabu, 30 April 2025, melalui platform Zoom dan live YouTube INTANI Talk, mengangkat tema “Diendra, Petani Milenial Pionir Korporatisasi Bawang Brebes”. Acara ini menghadirkan narasumber utama Diendra Lora B, seorang petani milenial bawang merah yang telah sukses menjalankan bisnis pertanian modern, dan Guntur S. Mahardika selaku Ketua Umum INTANI. Webinar ini dipandu oleh Aris Eko Sedijono.

Diendra Lora B, yang akrab disapa Mas Dien, memulai perjalanan transformasi dari dunia sains ke dunia pertanian pada tahun 2018, saat krisis harga bawang merah mengancam kehidupan petani Brebes. Sebagai seorang sarjana kimia, ia melihat peluang besar untuk mengelola komoditas bawang merah, tidak hanya dalam budidaya, tetapi juga dalam pengembangan produk olahan dan distribusi yang lebih baik. Hal inilah yang menginspirasi pendirian PT. Sinergi Brebes Inovatif, sebuah holding company berbasis kelompok tani yang bertujuan membangun ekosistem pertanian terintegrasi dari hulu hingga hilir.

PT. Sinergi Brebes Inovatif berfokus pada budidaya bawang merah di lahan seluas 180 hektar, menghasilkan sekitar 18.000 ton per tahun. Selain itu, perusahaan ini mengembangkan produk olahan bawang merah seperti pasta, bawang goreng, dan kerupuk bawang, serta membangun ekosistem pertanian berkelanjutan melalui peternakan sapi dan pengelolaan limbah organik. Selain menjalankan kegiatan operasional, perusahaan juga aktif dalam pelatihan pertanian untuk petani dan mahasiswa melalui Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S), yang telah menerima peserta dari berbagai wilayah Indonesia.

Dalam diskusi webinar, PT. Sinergi Brebes Inovatif mendapatkan apresiasi tinggi karena keberhasilan Mas Dien dalam mengembangkan sistem pertanian modern yang tidak hanya menguntungkan, tetapi juga memberi dampak positif bagi petani dan masyarakat. Sinergi ini menunjukkan bahwa sektor pertanian, khususnya bawang merah, bisa menjadi bisnis yang sangat menguntungkan dan inspiratif, apalagi dengan adanya kebijakan pemerintah yang mendukung produk dalam negeri dan peluang ekspor ke pasar global.

Mas Dien dan tim PT. Sinergi Brebes Inovatif telah membuktikan bahwa dengan kolaborasi yang solid dan inovasi yang berkelanjutan, komoditas seperti bawang merah dapat berkembang dan memberi dampak ekonomi yang besar. Ke depan, perusahaan ini berencana untuk terus memperluas kapasitas produksi dan pelayanan pelanggan, serta meningkatkan kerjasama dengan petani, pengepul, koperasi, dan investor untuk menciptakan pasar yang lebih luas dan berkelanjutan.

Webinar INTANI TALK #155: Minuman Rempah Nusantara Mendunia

0

Pada Rabu, 23 April 2025, webinar INTANI TALK #155 dengan tema “Minuman Rempah Nusantara Mendunia” telah dilaksanakan melalui Zoom dan disiarkan secara live melalui YouTube Tani TV.

Taufik Hidayah Irianti, pemilik PT. Mazedo Inti Jaya, berbagi wawasan terkait perjalanan perusahaan dalam memproduksi minuman herbal instan tanpa pengawet dan pemanis buatan. Dalam kesempatan tersebut, Taufik membahas tantangan dan peluang yang dihadapi oleh pelaku usaha herbal Indonesia dalam melebarkan sayap ke pasar global, serta strategi untuk menjaga kualitas produk tetap optimal.

Webinar ini juga mengangkat tema terkait inovasi produk yang dapat memenuhi kebutuhan pasar modern tanpa meninggalkan akar tradisi. Di antaranya adalah produk-produk unggulan PT. Mazedo seperti Wedang Telang Jeruk Nipis, Jahe Serai, dan Wedang Jakuser yang telah merambah pasar Eropa, khususnya Jerman dan Belanda.

Dalam diskusi, Taufik juga menyoroti pentingnya penggunaan teknologi dalam pengelolaan bahan baku herbal dan pengemasan yang tepat untuk memastikan kualitas produk tetap terjaga selama pengiriman internasional. Diskusi ini diikuti oleh para peserta yang antusias mendalami lebih dalam tentang cara PT. Mazedo berhasil menembus pasar luar negeri dan inovasi yang diperlukan untuk bersaing di pasar global.

PT. Mazedo Inti Jaya telah berhasil menembus pasar internasional dengan kemasan yang disesuaikan untuk menjaga kualitas produk selama pengiriman, seperti kemasan pot aluminium foil untuk pasar luar negeri dan box kertas untuk pasar domestik. Dengan mengedepankan kualitas dan inovasi, PT. Mazedo berkomitmen untuk memperkenalkan produk herbal Indonesia ke dunia.

Pemasaran dilakukan melalui saluran online seperti Instagram dan Shopee, serta secara offline melalui pameran dan tester produk langsung. PT. Mazedo juga menjalin kolaborasi dengan komunitas diaspora Indonesia dan universitas untuk mendukung pengembangan bisnis dan memperluas jaringan pasar.

PT. Mazedo Inti Jaya semakin menunjukkan komitmennya untuk mempromosikan minuman rempah NuEsantara sebagai produk yang memiliki daya saing tinggi di pasar global. Jangan lewatkan kesempatan untuk terus mengikuti perkembangan bisnis ini melalui platform digital yang tersedia.

WEBINAR INTANI TALK EDISI #154: “Pegadaian, Bank Emas, dan Pembiayaan Petani & Nelayan”

Webinar INTANI Talk kembali hadir setiap Rabu. Pada Rabu, 16 April 2025 dilaksanakan Webinar INTANI Talk Edisi #154 dengan tema “Pegadaian, Bank Emas, dan Pembiayaan Petani & Nelayan”, acara ini memberikan wawasan baru mengenai berbagai solusi yang dapat memberdayakan petani serta mendukung mereka dalam mengembangkan usaha pertanian yang berkelanjutan dan mandiri.

INTANI TALK merupakan program kolaborasi antara INTANI dan Divisi ESG PT Pegadaian yang bertujuan memberikan edukasi, literasi, dan inspirasi kepada petani dan nelayan. Program ini dikemas dalam bentuk webinar online yang ditayangkan langsung melalui Zoom, TANI TV, serta dipublikasikan di web intani Sebelumnya bernama Inspirasi Bisnis Intani, program ini telah menyelenggarakan lebih dari 150 episode yang menghadirkan narasumber dari kalangan petani, pelaku usaha sektor pertanian dan perikanan, terutama dari kalangan generasi muda dan millenial.

Acara yang dilaksanakan Live via Zoom ini mengundang berbagai narasumber yang kompeten di bidangnya, antara lain Guntur S. Mahardika, Ketua Umum INTANI, dan Rully Yusuf, Kepala Divisi ESG PT Pegadaian. Moderator acara, Aris Eko Sedijono, memandu jalannya diskusi yang berlangsung dari pukul 15.00 – 18.00 WIB. Melalui acara ini, para petani di seluruh Indonesia mendapat kesempatan untuk belajar langsung mengenai inovasi-inovasi terbaru dalam bidang pertanian dan keuangan, serta bagaimana mereka bisa memanfaatkan produk-produk yang ditawarkan oleh PT Pegadaian untuk mendukung usaha mereka.

Salah satu topik yang dibahas dalam webinar adalah bagaimana produk tabungan emas Pegadaian dapat menjadi solusi investasi yang aman dan menguntungkan bagi petani. Dengan menggunakan tabungan emas sebagai sarana investasi, petani dapat merencanakan masa depan mereka dengan lebih baik, seperti untuk pendidikan anak atau stabilitas ekonomi keluarga. Emas, yang dikenal sebagai hedge terhadap inflasi, memungkinkan petani untuk melindungi nilai tabungannya di tengah ketidakpastian ekonomi. Produk tabungan emas Pegadaian memberikan kemudahan bagi petani untuk menyimpan dan mengelola dana mereka, serta sebagai jaminan pembiayaan modal usaha.

Pembiayaan modal usaha juga menjadi bagian penting dari kolaborasi ini. Dengan tabungan emas sebagai jaminan, petani dapat mengakses pembiayaan modal usaha yang diperlukan untuk meningkatkan kegiatan pertanian mereka, seperti membeli peralatan pertanian, pupuk organik, dan bahan lainnya yang mendukung keberlanjutan usaha mereka. Dengan demikian, petani tidak lagi bergantung pada pinjaman dengan bunga tinggi dari lembaga keuangan yang tidak memadai, melainkan dapat mengelola pembiayaan dengan cara yang lebih efisien dan terjangkau.

Selain itu, webinar ini juga menyoroti bagaimana produk-produk Pegadaian dapat membuka peluang bagi petani untuk mengakses pasar global. Dengan meningkatnya kualitas produk pertanian, terutama yang berbasis pertanian organik, Indonesia berpotensi menjadi pemain utama di pasar internasional, terutama bagi negara-negara yang membutuhkan produk pertanian berkualitas. Inisiatif ini membuka peluang besar bagi petani untuk meningkatkan pendapatan mereka melalui kemitraan internasional yang bisa memperluas pasar untuk produk mereka.

Salah satu aspek menarik yang dibahas dalam webinar ini adalah pentingnya literasi keuangan bagi petani muda. Petani muda, khususnya, diharapkan dapat memanfaatkan berbagai pengetahuan yang diberikan untuk merencanakan masa depan mereka dengan lebih baik. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang pengelolaan keuangan dan investasi, generasi petani berikutnya dapat mengelola usaha mereka dengan cara yang lebih profesional, mandiri, dan berkelanjutan.

Melalui INTANI Talk Edisi #154, kolaborasi antara INTANI dan PT Pegadaian memberikan dampak yang sangat positif bagi pemberdayaan petani di Indonesia. Webinar ini berhasil membuka wawasan bagi petani tentang pentingnya pendidikan organik, tabungan emas, dan pemberdayaan ekonomi untuk membangun masa depan yang lebih baik. Petani di seluruh Indonesia diharapkan dapat memanfaatkan program-program yang telah disediakan, serta mengambil bagian dalam proses pembelajaran dan berbagi pengalaman yang bermanfaat untuk meningkatkan kualitas hidup mereka dan keberlanjutan usaha pertanian mereka.

Selain fokus pada pemberdayaan ekonomi dan keuangan, webinar ini juga menyentuh pentingnya pertanian organik dalam memastikan keberlanjutan pertanian di Indonesia. Pertanian organik telah terbukti meningkatkan kualitas hasil pertanian, mengurangi ketergantungan pada bahan kimia, dan menjaga kesehatan tanah. Para peserta didorong untuk beralih ke metode pertanian yang lebih ramah lingkungan, yang pada gilirannya dapat meningkatkan produktivitas secara berkelanjutan. Dengan semakin banyaknya petani yang mengadopsi praktik pertanian organik, diharapkan Indonesia dapat menjadi negara dengan pertanian yang tidak hanya berkelanjutan tetapi juga memberikan manfaat jangka panjang bagi petani dan konsumen.

INTANI TALK juga akan mendukung program KAMPUNG SWASEMBADA PANGAN – TGIF sebagai bagian dari program TJSL (Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan) yang berkolaborasi dengan Divisi ESG Pegadaian. Program ini bertujuan untuk menjadi media komunikasi, diskusi, edukasi, dan inspirasi bagi petani binaan dan masyarakat umum. Melalui berbagai sesi pembelajaran, INTANI TALK akan mengulas topik-topik penting seputar pertanian, peternakan, perikanan, teknologi, bisnis, serta perencanaan keuangan.

Dengan adanya berbagai program pemberdayaan petani dan solusi investasi yang ditawarkan oleh PT Pegadaian, masa depan pertanian Indonesia dapat lebih cerah dan berkelanjutan, menciptakan kesejahteraan yang lebih merata bagi seluruh petani Indonesia.

INTANI dan PT. IMP 168 Bangun Kolaborasi untuk Meningkatkan Ketahanan Pangan Melalui Pertanian Organik

Yogyakarta, Indonesia – Pada tanggal 17 April 2025, PT. Indoraya Mitra Persada (IMP 168) dan Perkumpulan Insan Tani dan Nelayan Indonesia (INTANI) menandatangani kesepakatan kerja sama (MoU) yang bertujuan untuk mendukung swasembada pangan melalui pengembangan pertanian ramah lingkungan, berkelanjutan, dan organik. Acara tersebut digelar di Gedung IMP 168, Sleman, Yogyakarta, dengan fokus utama pada peningkatan produktivitas pertanian di desa-desa seluruh Indonesia.

Kerja Sama untuk Pengembangan Pertanian Organik di Desa
Tujuan utama dari kolaborasi ini adalah untuk memberikan pendampingan dan edukasi kepada petani di desa-desa melalui penerapan metode pertanian organik. Melalui kolaborasi dengan Forum BUMDes Indonesia (FBI), kedua pihak akan memastikan program swasembada pangan ini dapat dilaksanakan di seluruh wilayah Indonesia dengan memberdayakan masyarakat desa untuk mengelola pertanian yang lebih sehat dan ramah lingkungan.

Pupuk Hayati Cair untuk Meningkatkan Hasil Pertanian
Sebagai bagian dari upaya ini, PT. IMP 168 akan mendistribusikan produk pupuk hayati cair, seperti ExtraGen, NatureGen, dan Azosplant, yang dirancang untuk memperbaiki kualitas tanah dan meningkatkan hasil pertanian. ExtraGen, salah satu produk unggulan, terbukti mampu meningkatkan hasil panen padi dengan signifikan. Dengan menggunakan produk ini, petani dapat meningkatkan hasil pertanian hingga 1,5 hingga 2 ton per hektar, bahkan di lahan dengan kondisi sulit seperti gambut atau marjinal.

Menurut Atik Chandra, Direktur Utama PT. IMP 168, penggunaan pupuk organik ini tidak hanya berfungsi untuk meningkatkan hasil panen tetapi juga membantu memulihkan tanah yang telah terdegradasi akibat penggunaan pupuk kimiawi dalam waktu lama. “Pupuk hayati cair yang kami hasilkan mengandung mikroorganisme yang dapat meningkatkan kesuburan tanah, memperbaiki kemampuan tanah dalam menyerap air, dan mendukung pertumbuhan tanaman yang lebih sehat,” ujar Atik.

Mengurangi Ketergantungan pada Pupuk Kimia
Kerja sama ini juga menjadi langkah penting untuk mengurangi ketergantungan Indonesia pada pupuk kimia yang sebagian besar masih diimpor. Dengan mengembangkan produk berbahan baku lokal, seperti ExtraGen, IMP 168 tidak hanya mendukung petani Indonesia, tetapi juga berpeluang memasuki pasar global. Produk IMP 168 telah dipasarkan ke beberapa negara, termasuk Timur Tengah, Malaysia, dan Filipina.

Kolaborasi dengan Forum BUMDes untuk Penyebaran ke Seluruh Indonesia
Guna memastikan distribusi yang merata, INTANI bekerja sama dengan Forum BUMDes Indonesia, yang memiliki jaringan luas di 38 provinsi. Melalui kolaborasi ini, produk-produk IMP 168 akan dijangkau oleh petani di berbagai daerah, dari desa-desa terpencil hingga wilayah urban. Hal ini akan membantu meningkatkan akses petani terhadap teknologi pertanian organik yang lebih ramah lingkungan dan menguntungkan.

Yani Setiadiningrat, Ketua Forum BUMDes Indonesia, menyambut baik inisiatif ini. “Kami siap untuk mendukung penyebaran dan penerapan pertanian organik melalui jaringan BUMDes yang kami miliki di seluruh Indonesia,” kata Yani.

Komitmen Bersama untuk Ketahanan Pangan yang Berkelanjutan
Melalui kerja sama ini, PT. IMP 168, INTANI, dan Forum BUMDes Indonesia bersama-sama berkomitmen untuk memperkuat ketahanan pangan nasional. Dengan mengandalkan pertanian organik, mereka berharap dapat meningkatkan hasil pertanian secara berkelanjutan, mengurangi ketergantungan pada impor pupuk, dan memberikan keuntungan ekonomi bagi petani Indonesia.

Atik Chandra menambahkan, “Langkah ini merupakan kontribusi kami untuk mendukung Indonesia menjadi lebih mandiri dalam sektor pangan, dengan memanfaatkan potensi alam dan produk lokal yang berkualitas.”

Tafsir Ladang Kritis, Lumbung dan Lambung

Catatan Cak AT

Seandainya para ahli tafsir dari abad pertengahan hidup di zaman ini dan diajak hadir ke Banyuasin dalam acara peluncuran Gerakan Indonesia Menanam (Gerina), barangkali mereka akan mengernyit. Lalu, mereka akan tersenyum, lalu mengangguk-angguk dalam-dalam.

Sebab, ternyata ayat ke-44 dari Surah Yusuf, yang pada masa dulu ditafsirkan sebagai peristiwa di istana raja Mesir, kini tampil sebagai teks suci yang turun ke ladang-ladang kritis. Ayat ini menyapa cangkul petani, dan disambut gegap gempita oleh seorang presiden.

Acara peluncuran Gerina, 24 April 2025, di Banyuasin, Sumatera Selatan, diiringi pembacaan ayat suci al-Qur’an. Sebagai penggagas Gerina, Ustadz Adi Hidayat yang ahli al-Qur’an memilihkan ayat-ayat dari surah Yusuf terkait pertanian, termasuk ayat 44 yang ia sebut di pidatonya.

Mari kita buka dulu tafsir ayatnya, karena bagaimana pun juga, menafsirkan sebelum menanam adalah tanda kaum beradab. Khusus ayat 44, terjemahannya begini: “Mereka berkata, ‘(Itu) adalah mimpi-mimpi yang kosong dan kami bukanlah orang-orang yang mengetahui ta’bir mimpi.’” (Qs. Yusuf 12: 44)

Menurut Tafsir Ibnu Katsir, ayat ini merupakan pengakuan para ahli sihir dan penasihat istana Raja Mesir bahwa mereka tidak mampu menafsirkan mimpi sang raja. Dalam ayat sebelumnya diceritakan raja melihat tujuh sapi gemuk dimakan oleh tujuh sapi kurus, dan tujuh bulir hijau serta tujuh bulir kering.

Mufasir lain, al-Baghawi, dalam kitabnya menyatakan bahwa para ahli tersebut bahkan menyepelekan mimpi itu sebagai “adhghātsu ahlām” – mimpi yang sekadar menjadi bunga-bunga tidur, tidak penting-penting amat. Singkat kata: ini adalah kegagalan sistem istana membaca tanda-tanda krisis.

Tafsir dari al-Zamakhsyari dan al-Qurthubi juga menekankan bahwa ini adalah titik balik: istana butuh suara lain, yang bukan dari kalangan elite biasa. Dan di sinilah Yusuf tampil, bukan sebagai bagian dari sistem, tapi sebagai tawanan yang membawa tafsir sejati: tafsir berbasis akal, data, dan—kalau boleh kita pinjam istilah kekinian—visi jangka panjang.

Maka, ketika Ustadz Adi Hidayat menyebut ayat ini dalam peluncuran Gerina, sesungguhnya ia tidak sedang menafsirkan mimpi, tapi menyentil kenyataan. Bahwa di tengah krisis global, kelaparan, dan ketergantungan pangan, kita butuh “tafsir Yusuf” yang mampu membedakan antara adhghātsu ahlām (wacana basa-basi) dan ra’yā ṣhādiqah (visi yang tepat dan nyata).

Ketahanan pangan bukan sekadar menyimpan beras dalam karung cadangan atau di lumbung desa, tapi memastikan rakyat mampu dan tahu cara menanam. Bahkan, menemukan teknik bertanam di lahan-lahan kritis, dari yang tandus hingga yang berawa penuh buaya.

Dan swasembada pangan? Itu bukan slogan, melainkan mimpi yang harus ditafsirkan dan dijalankan. Bedanya jelas. Ketahanan pangan adalah kemampuan bertahan dari kelaparan, meskipun dengan bantuan luar. Sedangkan swasembada pangan adalah kemampuan mencukupi kebutuhan pangan sendiri, dari tanah sendiri, oleh tangan sendiri.

Nah, tafsir pemuda Yusuf sang tawanan mengajarkan keduanya: ketahanan untuk bertahan hidup selama tujuh tahun masa paceklik, dan swasembada untuk menyiapkan tujuh tahun panen. Tafsir inilah yang selama ini terpendam di ribuan kitab, baru kini diungkap dalam aksi nyata berbentuk suatu gerakan massal anak negeri.

Kita beralih ke Presiden Prabowo Subianto yang hadir di acara. Ia senang. Sangat senang. Teramat senang. Begitu senangnya, hingga ia menyatakan rasa senang dan rasa bahagianya mungkin hampir sepuluh kali. Para ahli retorika barangkali akan menyebut ini sebagai teknik pengulangan untuk penekanan.

Tapi bagi saya yang sedang menulis esai, ini bisa jadi bentuk kebahagiaan yang panik. Bahwa akhirnya, dari sekian banyak proyek besar yang mengandalkan teknologi, alutsista, dan diplomasi pangan, datang juga solusi dari gerakan sederhana akar rumput: menanam padi, singkong, dan jagung di rawa yang luas dan di pekarangan yang sempit.

Presiden memuji inisiatif UAH dan para ulama sebagai “penemuan berbasis riset”, meskipun teknik menanam padi di atas air atau di pot-pot pekarangan sebetulnya sudah lama. Tapi, maaf saja, ini agak terdengar seperti memuji santri karena berhasil menanam kangkung, seolah-olah mereka sebelumnya hanya bisa menanam hafalan.

Tapi di situlah keindahannya: inilah tafsir praktis dari Yusuf. Sebuah negeri kokoh bukan karena surplus kata-kata, melainkan karena surplus pangan. Gerina, dalam semangatnya, adalah tafsir Yusuf yang didirikan di atas rawa-rawa hingga pekarangan rakyat. Ia bukan tafsir elite, bukan pula retorika panggung.

Gerina adalah ajakan konkret: Tanami sejengkal tanah, sebelum lapar menanamkan kecemasan; Ajak lintas iman, karena perut tak mengenal agama; Bangun visi jauh ke depan, sebagaimana Yusuf tak hanya membaca mimpi yang multitafsir, tapi menyusun kebijakan pangan tujuh tahun ke depan.

Jika Yusuf berdiplomasi dengan sang raja Mesir, dibantu aparatnya, kali ini UAH menyampaikan visi dan kebijakan pangan, disertai gerakan konkret Gerina, kepada seorang kepala negara visioner, Prabowo Subianto. UAH seolah tampil sebagai Yusuf masa kini, sementara Prabowo seolah sang raja.

Sebagai penutup, mari kita akhiri dengan kesimpulan reflektif: Tafsir Yusuf ayat 44 mengajarkan kita bahwa sebuah bangsa akan kelaparan bukan hanya karena ladangnya kering, tapi karena mimpinya tidak ditafsirkan oleh pemimpin negeri, dan tanahnya tidak ditanami oleh rakyat, semuanya.

Jangan sampai kita menjadi para ahli istana yang berkata, “Ini hanya bunga-bunga tidur,” sementara rakyat bertanya: “Lalu siapa yang akan menanamkan harapan?”

Gerina bukan hanya gerakan menanam cabai. Ia adalah tafsir kehidupan. Tafsir dari ladang, hasilnya disimpan di lumbung, untuk mengisi lambung. Tafsir dari mimpi menuju nasi. Tafsir dari Yusuf, melalui UAH, hingga Prabowo pun berapi-api menyambutnya.

Dan semoga yang tertanam bukan hanya biji, tapi juga akal sehat dan semangat kebangkitan. Dan kalau bangsa ini bisa menafsir mimpi jadi strategi, mengapa tidak menafsir nasi sebagai strategi pula?

Cak AT – Ahmadie Thaha
Ma’had Tadabbur al-Qur’an, 25/4/2025

Gerina Meluncur, Bersama Si Opung dan Si Cepot

Catatan Cak AT

Di tengah era digital yang penuh clickbait, pidato Ustadz Adi Hidayat (UAH) selengkapnya berikut ini tidak dibuat untuk menyenangkan algoritma, tapi untuk menggugah nurani. Pidato ini tidak dikemas dengan efek suara dramatis, tanpa bumbu jargon branding kelas sultan, dan tidak pula ditutup dengan ajakan berlangganan kanal YouTube.

Pidato ini disampaikan oleh Ustaz Adi Hidayat dalam sebuah momen penting: peluncuran Program Gerakan Indonesia Menanam (Gerina) pada Rabu, 23 April 2025, di Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan. Acara ini bukan sekadar seremoni, tapi titik tolak untuk mengubah cara bangsa ini memandang ketahanan pangan.

Yang membuat suasana semakin bermakna: Presiden Prabowo Subianto hadir dan mengapresiasi kontribusi nyata para tokoh masyarakat. “Apa yang dirintis oleh Ustaz Adi Hidayat ini membahagiakan,” katanya. “Inovasi, improvisasi, riset, teknologi ini yang akan membawa Indonesia menjadi negara yang berhasil.”

Dalam peluncuran Gerina kali ini, diperkenalkan dua hasil riset penanaman tanaman pangan. Ada Si Opung atau solusi olah padi terapung yang memanfaatkan kolam air seperti di rawa-rawa yang luas di Sumsel. Lalu, Si Cepot sebagai solusi cepat panen via pot, dengan pupuk Pancasila, yang bermanfaat bagi ketahanan pangan keluarga.

Sengaja saya sajikan pidato UAH ini apa adanya, agar tiap jeda napas, tiap penekanan kalimat, dan tiap ungkapannya, bisa Anda rasakan sendiri. Karena kadang, di balik kalimat “tanam cabai dalam pot”, ada pesan “bangunlah kedaulatan pangan bangsa”. Dan di balik anjuran “menyatu rakyat dan pemerintah”, tersimpan harapan “jangan sampai negeri ini hanya jadi ladang investasi dan bukan ladang ketahanan.”

Jadi sebelum Anda menyimak isi pidato lengkap dari Ustaz Adi Hidayat —seorang dai yang kali ini berbicara bukan hanya soal akhirat, tapi juga soal logika bertahan hidup yang membumi dan masuk akal— pastikan Anda kosongkan dulu gelas prasangka bukan-bukan terhadap UAH yang mulai dekat dengan kekuasaan. Siapkan ruang hati untuk mencerna.

Karena pidato ini bukan sekadar kumpulan kalimat, tapi semacam vitamin yang bisa menguatkan tulang-belulang kebangsaan yang selama ini terlalu sering diremehkan. Bayangkan, hasil riset ulama dimotori UAH — bukan BRIN — langsung memberikan langkah nyata bagi ketahanan pangan.

Selamat menyimak.

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Selamat siang, salam sejahtera untuk kita semua.

Yang terhormat, yang kita banggakan, yang kita muliakan Presiden Republik Indonesia, Bapak H. Prabowo Subianto.

Saya mengajak kita semua untuk mendoakan, semoga beliau senantiasa diberikan kesehatan paripurna, kekuatan, dan kemampuan memimpin negeri kita ini menuju Indonesia Emas yang berkemajuan.

Yang terhormat, Bapak Koordinator Menteri Bidang Pangan Dr. Zulkifli Hasan.

Yang terhormat, Bapak Menteri Pertanian Dr. Andi Amran Sulaiman.

Yang terhormat, Bapak Menteri Desa dan Daerah Tertinggal Bapak Yandri Susanto.

Yang terhormat, Utusan Khusus Presiden Bidang Ekonomi dan Perbankan, Bapak Haji Setiawan Ikhlas.

Seluruh tamu undangan, para pejabat, dan para petani, Tim Gerina seluruh Indonesia.

Hari ini, insyaallah, akan menjadi hari bersejarah. Membuat narasi untuk menyatukan energi seluruh lapis-lapis anak Bumi Pertiwi menyongsong Indonesia Emas 2045.

Indonesia Emas tidak mungkin tercapai dengan gemilang, kecuali—di antaranya—kita memiliki ketahanan yang kuat, khususnya di bidang pangan. Dan ketahanan pangan tentu tidak akan bisa diwujudkan oleh presiden sendirian, pemerintah sendirian.

Kita butuh energi untuk menyatukan, butuh energi untuk berkolaborasi.

Sehingga bila program pemerintahnya kuat, rakyatnya punya semangat yang kuat, dengan itu, insyaallah, program ketahanan pangan ini akan mengalami akselerasi dan kemudahan yang kita dambakan.

Hadirin,

4 Januari 2025, Pak Mentan, kami menghubungi Pak Wamen, Pak Sudarono, untuk mendapatkan paparan dan arahan tentang program pemerintah terkait ketahanan pangan ini. Guna mendengar, melihat, mengamati, apa yang sekiranya dari kami para ulama, masyarakat, bisa memberikan pendampingan, penguatan, dan kebersamaan untuk mewujudkan apa yang diharapkan itu.

Dari hasil paparan dimaksud, kami berkomunikasi dengan kolega ulama seluruh Indonesia, dengan kolega masyarakat-masyarakat sampai ke ujung daerah, Pak Presiden, dari mulai di Aceh sampai dengan Papua.

Maka terumuskanlah: mari kita membuat satu gerakan yang memberikan kesadaran tentang ketahanan pangan. Sehingga semua punya kesadaran dan keinginan untuk menanam.

Maka dibuatlah, diluncurkanlah,

Gerakan Indonesia Menanam.

Kita singkat dengan: Gerina, Pak Presiden.

Gerakan ini harus memiliki instrumen. Karena bila hanya disampaikan saja, diingatkan saja, tidak ada instrumennya, tidak ada buktinya, maka tidak mudah kemudian kita untuk bisa menanam.

Kami melihat, alhamdulillah, kita punya orang-orang baik, saudagar-saudagar baik. Bila di timur ada Pak Haji Isam mulai menanam, saya berpikir, kami berpikir, di barat kita harus ada juga, supaya kita lipat dari barat ke timur—se-Indonesia bisa menanam.

Maka kami memohon kesediaan Haji Setiawan Ikhlas, UKP Presiden, untuk minta agar lahan di barat itu bisa kami gunakan sebagai riset.

Alhamdulillah, Pak Presiden, kami hanya minta pinjam —tapi beliau berikan ini utuh, untuk digunakan sebagai riset demi kepentingan bangsa dan negara.

Maka kami berangkat ke Korea, kami berangkat ke Jepang, kami berangkat ke Mesir. Menyusun naskah akademik, bagaimana kemudian itu bisa ditanam dengan baik, terdapat landasan dengan baik, dan secara akademik, secara ilmiah dapat dipertanggungjawabkan dengan baik.

Maka, Pak Mentan, dapatlah lahan ini. Tidak mudah mengolah lahan ini, karena ternyata ini PMK —lahan yang mustahil dan sulit bisa ditanam.

Maka, apa yang kami lakukan? Setelah merenung, kita duduk.

Bapak boleh cek ke dinas, bagaimana status lahan ini, apakah punya potensi untuk ditanam?

Pak Mentan dari kemarin tanya: “Pak Ustadz, ini pupuknya pupuk apa?”

Karena ini anomali: lahan yang tak mungkin bisa ditanam, tiba-tiba bisa tumbuh, Pak, di lahan 7.200 m².

Maka saya katakan, saya buka hari ini: Metode dan pupuknya adalah _Pupuk Pancasila,_ yang berdasarkan pada Asta Cita. Sila pertamanya, Pak: Ketuhanan Yang Maha Esa.

Maka kita implementasikan. Kami undang juga saudara-saudari kami yang saudara dari Kristen, yang saudara dari Hindu, saudara dari Buddha, juga yang lain-lainnya. Supaya kita bersatu padu dalam konsep menanam ini secara universal dalam nilai keislaman.

Tadi Bapak mendengarkan ayat Al-Qur’an di Surah Yusuf ayat 44, yang kurang lebih maknanya: mestilah di satu negeri itu, kalau ingin kokoh, harus kokoh ketahanan pangannya, harus mulai menanam, supaya rakyatnya tidak lapar, dapat makan, dan punya visi ke depan yang jauh.

Maka kami berkumpul, berdoa, minta. Kami kumpulkan ahli Qur’an yang orang Islam. Hari Minggu kemarin kami kumpulkan lagi di Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin.

Maka, dengan sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa, Pasal 29 Ayat 1:

“Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.” Pasal 29 Ayat 2: “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu.”

Pembukaan, Preambul Undang-Undang Dasar 1945: “Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur…”

Pupuknya, Pak Mentan, pupuk biasa. Olahannya, tanah biasa.

Tapi langit yang biru—warna biru kesukaan presiden.

Karpetnya merah, bajunya putih, dimulai dengan merah-putih, melahirkan naungan langit yang biru, menghadirkan tanaman.

Tanah terolah dengan tumbuhan yang hijau dan membumi, Pak.

Tiga bulan, Pak alhamdulillah padi tumbuh, singkong berbuah manis.

Kemudian juga jagung berbuah manis.

Tapi tidak cukup dengan itu. Kalau cuma tanam singkong, tanam jagung, tanam padi —semua orang bisa melakukan dengan lahan yang luas.

Maka yang kedua, kita hadirkan novelty, kebaruan-kebaruannya yang dilakukan untuk memenuhi rasa keadilan, dilakukan dengan adab, sehingga menimbulkan nilai kemanusiaan yang baik.

Maka, Pak Presiden, izin: Ini ada program Si Opung—Solusi Olah Padi Terapung. Maka ini kami hadirkan contoh, Pak. Dalam 3 bulan ini sudah bisa dipanen, insyaallah.

Jadi kalau nanti yang tidak punya lahan, yang tidak punya area yang luas, insyaallah, di sampingnya bisa dibuat.

Yang punya kolam, di atasnya padi, di bawahnya ikan. Kalau ada pesantren-pesantren punya empang, atasnya padi, lahannya bisa ikan.

Program MBG bahkan bisa di-support dari ketahanan pangan yang kita buat inovasinya. Jadi kalau di sana: Makan Bergizi Gratis, MBG. Di sini: MBG —Menanam Bersama Gerina.

Ini Padi Opung, Pak Presiden.

Ini ada pot, Pak.

Ini kami riset, bukan sekadar pot biasa.

Kami meriset dengan ukurannya, dengan bentuknya, bahkan dengan kemungkinan potensi gramasinya.

Jika satu keluarga ada lima orang, dia tidak punya lahan, tapi ingin menanam, maka kami sudah susun sekian pot untuk padi. Supaya tidak meluas, kami buatkan kemudian sistem rak ke atasnya. Maka disimulasikan: dalam tiga kali panen dalam satu musim, bila dihitung dengan ia beli secara manual, itu masih bisa menabung Rp 100 sampai 200 ribu, Pak.

Apa tujuan dari semua ini? Persatuan Indonesia. Sila ketiga. Kami berharap bisa membersamai dengan riset ini.

Ini bukan program untuk panen. Ini hanya meriset, melakukan pendampingan. Bila dari Kementerian Pertanian melihat ini ada potensi untuk bisa dikerjasamakan, kami men-support dengan sepenuhnya, Pak.

Program-program Bapak, kita optimalkan risetnya. Kami sampaikan: bila dilihat ada kemungkinan yang bisa bermanfaat, sungguh semua yang terkumpul di sini adalah gerakan rakyat yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Perwakilan dari seluruh provinsi di Indonesia, Pak.

Di belakang kami ini ada layar, kita sedang tersambung dengan seluruh perwakilan di 38 provinsi.

Empat bulan lalu. Silakan, Pak, dari Papua, dari Sragen—kampungnya Pak Menko. Lampung Selatan juga ada di sini. Sulawesi, kampungnya Pak Amran, ada di sini, Pak.

Empat bulan yang lalu sudah ada yang nanam. Di samping rumahnya, di samping masjid. Ada yang punya kebun di belakang, 2 hektar—dia tanam cabai, Pak.

Hari ini mereka bangga di hadapan presidennya. Mereka siap mendukung program ketahanan pangan yang dioptimalkan nanti oleh Kementerian Pertanian.

Kita bersatu padu demi kerakyatan dan menghadirkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Terakhir, Pak Presiden. Sesungguhnya kami ingin me-launching ini di Februari. Datang Ramadan, datang Idulfitri. Kuasa Allah mengalihkan ke bulan April.

April. Rabu. Hari ini. Dua hari setelah lahirnya Raden Ajeng Kartini.

Dua hari—hari Senin lalu—lahirnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yang Masehinya bulan April 571 Masehi.

Nabi Muhammad diberikan Al-Qur’an. Di dalam Qur’an ada ajaran: minadz dzulumāti ilan nūr. R.A. Kartini, pada usia 10 tahun dipingit di Rembang, diberikan hadiah Qur’an. Dari situ dia terinspirasi menulis buku: Habis Gelap Terbitlah Terang.

Pak, momen ini sekaligus kami ingin tunjukkan:

Mulai hari ini, tidak ada gelap lagi.

Semuanya terang.

Kita akan bangun ke depan:

Indonesia terang.

Indonesia terang.

Indonesia terang.

Menuju generasi emas 2045.

Terima kasih atas seluruh partisipasi untuk menghadirkan ini. Saya ingin menekankan pertama pada seluruh keluarga besar Gerina:

Anda, saya, kita, adalah orang-orang yang digerakkan dengan hati yang paling dalam.

Bukan ingin bertransaksi, berniaga, mencari proyek. Kita adalah orang-orang yang, dengan rasa cinta pada Indonesia ini, berkumpul untuk mencoba berkontribusi, memberikan yang terbaik. Mari kita sama-sama berkolaborasi memberikan nilai kebaikan.

Terima kasih, Pak Setiawan Ikhlas, yang telah memberikan tempat ini sampai kapanpun sebagai hibah untuk diriset. Ini nanti, Pak, akan menjadi masjid —tempat yang Bapak duduk sekarang.

Dan ke depan kita berharap seluruh saudagar kita bersatu, rakyat kita bersatu, pemerintah kita bersama-sama, dan dengan berbahagia, kita songsong Indonesia Emas 2045.

Terakhir, Pak, tidak mungkin ini bisa berjalan kalau tidak ada pembinaan sampai ke desa. Maka mohon kita bisa juga dibimbing bersama-sama.

Hadir dari Tripoli langsung, Pak Rektor Universitas Dakwah Islam, Dr. Abu Bakar Abusirar. Dia mendukung kita, Pak. Memberikan beasiswa untuk 5.000 orang secara gratis untuk kuliah di Universitas Dakwah Islam. Mereka akan pulang lagi, langsung membersamai desa-desanya, daerahnya, supaya percepatan Indonesia Emas itu bisa kita gapai.

Terima kasih untuk semua. Mohon maaf, pasti ditemukan kekurangan.

Tidak ada yang lain kecuali atas dasar cinta pada Indonesia yang kita cintai ini. Tetap sehat, tetap baik.

Bila saya katakan:

Indonesia!

Tolong jawab dengan:

Emas!

Indonesia!

Emas!

Indonesia!

Emas!

Indonesia!

Emas!

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Cak AT – Ahmadie Thaha

Ma’had Tadabbur al-Qur’an, 23/4/2025

Pegadaian Jamin Bank Emas Aman dan Dorong Putaran Roda Perekonomian

0
Zoom Intani Talk Edisi #154
Zoom Intani Talk Edisi #154

JAKARTA–PT Pegadaian menjamin dan memastikan bahwa produk Bank Emas dioperasikan secara aman dan diawasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Selain itu, dana yang tersimpan dialokasikan untuk program pembiayaan modal kerja yang ujungnya bisa mendorong putaran roda perekonomian nasional.

“Bank Emas adalah inisiatif untuk memberikan akses menabung, berinvestasi dan bahkan mendapatkan imbal hasil dari emas. Kami pastikan semua emas nasabah aman dan diawasi OJK,” ujar Rully Yusuf, Kepala Divisi ESG PT Pegadaian, Rabu (16/4/2025) di Jakarta.

Rully mengatakan hal tersebut saat menjadi nara sumber webinar Intani Talk yang diselenggarakan perkumpulan Insan Tani dan Nelayan (Intani). Selain Rully, Ketua Umum Intani Guntur Subagja Mahardika juga menjadi nara sumber dalam acara tersebut.

Menurut Rully, PT Pegadaian saat ini juga telah memiliki vault (brankas emas) dengan standar internasional. Selain itu pelayanan kepada nasabah dilakukan baik fisik maupun digital. Sehingga bagi yang belum terbiasa maupun belum bisa dengan cara digital bisa langsung mendatangi outlet PT Pegadaian.

“Kami telah memiliki 4000 outlet yang tersebar diseluruh wilayah Indonesia,” papar Rully Yusuf sembari mengatakan bahwa PT Pegadaian membuka kerjasama dengan Koperasi dan Bumdes menjadi agregator dan agen resmi.

Diungkapkan oleh Rully bahwa salah satu produk andalan Bank Emas yang dilayani oleh PT Pegadaian adalah Deposito Emas. Menurut dia dengan Deposito Emas nasabah bisa menyimpan emas minimal 5 gram dan mendapatkan imbal hasil 1 persen per tahun yang dibayarkan dalam bentuk emas juga.

Sejak diluncurkan oleh Presiden Prabowo pada Februari 2025, Bank Emas PT Pegadaian telah melayani empat produk utama yaitu Deposito Emas, Perdagangan Emas, Titipan Emas dan Pembiayaan Modal Kerja Emas. Ditambahkan ke depan Bank Emas PT Pegadaian akan terus menyiapkan produk layanan yang memperluas akses pasar dan memberikan manfaat kepada masyarakat luas.

Sedang Ketua Intani Guntur Subagja Mahardika mengatakan bahwa produk layanan Bank Emas PT Pegadaian ini memberikan manfaat besar bagi para petani. Selain menerima manfaat layanan modal kerja, para petani memiliki pilihan menyimpan atau berinvestasi membangun aset dalam bentuk produk Bank Emas dari hasil panen. Aset atau simpanan ini bisa digunakan saat membutuhkan pada musim tanam berikutnya.

“Misal saat musim panen, kini petani memiliki pilihan untuk menyimpan penjualan hasil panen dalam bentuk produk Bank Emas. Ini menghindari perilaku konsumtif saat memegang uang hasil panen. Jadi Bank Emas ini bukan sekadar program namun juga menjadi gerakan ekonomi baru yang akan membuat petani dan nelayan berdaya dan berdikari,” ujar Guntur.(*)

Kementan Kembangkan Ternak Lokal, Dukung Gianyar Adakan Lomba Bibit Sapi Bali

sumber: ditjenpkh.pertanian.go.id
sumber: ditjenpkh.pertanian.go.id

Gianyar — Pemerintah Kabupaten Gianyar menggelar Lomba Bibit Ternak Sapi Bali Jantan dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun ke-254 Kota Gianyar. Acara tersebut berlangsung di Lapangan Banteng, Tegal Tugu, Gianyar, Bali, pada Kamis, 11 April 2025.

Bupati Gianyar, I Made Mahayastra, menyampaikan bahwa lomba ini menjadi bagian dari upaya mendorong peternak lokal agar terus berinovasi dalam pengembangan Sapi Bali.

“Kami ingin memotivasi para peternak untuk meningkatkan kualitas pembibitan, sekaligus menjaga keberlanjutan plasma nutfah lokal,” kata Mahayastra dalam sambutannya.

Ia berharap kegiatan serupa dapat dilanjutkan dan ditingkatkan menjadi ajang tahunan di tingkat Provinsi Bali. Sapi Bali, menurut dia, memiliki potensi besar untuk mendukung kebutuhan daging nasional, khususnya di wilayah Bali.

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, Agung Suganda, yang diwakili Kepala BPTU-HPT Denpasar, Hary Suhada, turut memberikan apresiasi atas pelaksanaan lomba tersebut. Menurut dia, kompetisi seperti ini mendorong peternak lebih serius dalam menjaga kualitas genetik dan mutu ternaknya.

“Ini bagian dari pembangunan peternakan modern yang mengandalkan potensi lokal, kearifan tradisional, dan inovasi teknologi,” ujar Hary.

Ia menambahkan, Sapi Bali merupakan salah satu plasma nutfah asli Indonesia yang unggul dalam efisiensi pakan, daya adaptasi terhadap iklim tropis, dan kualitas karkas. Karena itu, ia mendorong seluruh pihak, termasuk pemerintah daerah, peternak, serta pemangku kepentingan lainnya, untuk terus bersinergi dalam memperkuat industri peternakan nasional.

Kegiatan lomba tersebut dihadiri oleh sejumlah pejabat dari Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten Gianyar, Unit Pelaksana Teknis lingkup Kementerian Pertanian, serta perwakilan dari Fakultas Peternakan dan Kedokteran Hewan Universitas Udayana.

sumber: ditjenpkh.pertanian.go.id

Panen Jagung di Manggarai Timur, Kementan Dukung Swasembada di Timur Indonesia

sumber: ditjenpkh.pertanian.go.id
sumber: ditjenpkh.pertanian.go.id

Manggarai Timur — Kementerian Pertanian (Kementan) mendukung penuh pelaksanaan panen raya jagung di Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur, sebagai bagian dari upaya memperkuat kemandirian pangan nasional.

Panen jagung musim tanam pertama yang digelar Kamis lalu, 10 April 2025, di Lapangan Seminari Pius XII Kisol, menjadi momentum penting dalam penguatan komoditas jagung. Kegiatan ini diinisiasi oleh PT Silvano Mynard (SMJ) dan melibatkan lintas kementerian, pemerintah daerah, hingga unsur TNI dan tokoh masyarakat.

Direktur Pakan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Nur Saptahidhayat, yang mewakili Menteri Pertanian, mengapresiasi capaian PT SMJ dan para petani dalam menggarap 3.064 hektare lahan dengan produksi mencapai 12.821 ton.

“Ini contoh praktik pertanian ideal yang melibatkan benih unggul, manajemen budidaya yang optimal, dan kemitraan yang kuat antara petani dan pelaku usaha,” kata Sapto.

Ia menekankan pentingnya kolaborasi multipihak dalam membangun ekosistem pertanian yang tangguh dan berdaya saing.

“Model kemitraan seperti ini harus diperluas untuk menghadapi tantangan iklim dan fluktuasi pasar,” ujarnya.

Bupati Manggarai Timur, Agas Andreas, menyebut panen raya ini sebagai tonggak penting dalam kebangkitan sektor pertanian lokal.

“Ini bukan sekadar panen, tapi simbol harapan dan masa depan petani kami. Pemerintah daerah siap mendukung program yang pro-petani,” katanya.

Komandan Kodim 1612/Manggarai, Letnan Kolonel Infanteri Budiman Manurung, menegaskan bahwa keterlibatan TNI dalam program pangan merupakan bentuk kontribusi terhadap ketahanan nasional.

“Panen ini bukti nyata bahwa kerja sama lintas sektor bisa menghasilkan dampak positif. Kami siap mendukung kemandirian pangan dan ekonomi kerakyatan,” ujarnya.

Kementan menilai, keberhasilan panen raya ini menunjukkan bahwa daerah-daerah di kawasan timur Indonesia memiliki kontribusi signifikan dalam mewujudkan swasembada pangan. Semangat ini, kata Sapto, perlu terus digelorakan agar Indonesia mampu menjadi lumbung pangan dunia yang tangguh dan berkelanjutan.

sumber: ditjenpkh.pertanian.go.id

Diplomasi Pertanian Jadi Sorotan, Presiden Prabowo Kenalkan Mentan Amran ke Raja Yordania

sumber: pertanian.go.id
sumber: pertanian.go.id

Amman – Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto memperkenalkan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman kepada Raja Yordania, Abdullah II, dalam kunjungan kenegaraan yang berlangsung di Amman, Ahad, 13 April 2025. Momen ini menandai dimulainya babak baru kerja sama bilateral sektor pertanian antara Indonesia dan Kerajaan Hasyimiyah Yordania. Mentan Amran beserta rombongan tiba lebih dahulu di Amman pada Ahad dini hari, dan langsung melakukan peninjauan lapangan untuk memahami kondisi pertanian dan lingkungan di wilayah tersebut. Sore harinya, Mentan Amran bersama Menteri Agama Nasaruddin Umar dan Duta Besar RI untuk Yordania menyambut langsung Presiden Prabowo di Bandara Amman.

Dalam rangka mempererat hubungan pertanian kedua negara, Mentan Amran dijadwalkan menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) dengan Kementerian Pertanian Kerajaan Hasyimiyah Yordania pada Senin, 14 April 2025. MoU tersebut mencakup berbagai bidang strategis, mulai dari pertukaran informasi dan program pelatihan, hingga penguatan investasi, akses pasar, dan peningkatan kapasitas SDM pertanian.

“Pertanian adalah fondasi ketahanan pangan dan diplomasi ekonomi. Kerja sama ini membuka peluang besar bagi Indonesia dan Yordania untuk tumbuh bersama di sektor pertanian,” ujar Mentan Amran.

Setelah penandatanganan MoU, Mentan Amran akan mendampingi Presiden Prabowo dalam audiensi dengan Raja Abdullah II, serta pertemuan lanjutan dengan para pelaku usaha pertanian di Yordania.

Langkah ini menegaskan posisi Indonesia sebagai mitra strategis dalam kerja sama pertanian global dan memperlihatkan keseriusan pemerintah dalam membangun sinergi lintas negara untuk memperkuat ketahanan pangan nasional dan regional.

sumber: pertanian.go.id