Webinar Intani Talk yang diselenggarakan pada Rabu, 7 Mei 2025 pukul 10.00 WIB ini menghadirkan diskusi strategis seputar isu-isu ketahanan pangan, energi, dan air. Kegiatan ini dilaksanakan secara daring melalui Zoom dan disiarkan langsung di kanal YouTube Tani TV, sehingga dapat diakses luas oleh masyarakat dari berbagai daerah di Indonesia.

Komitmen Pemerintah terha dap Swasembada Pangan

Pemerintah Indonesia, di bawah kepemimpinan Presiden terpilih Prabowo, menunjukkan komitmen kuat untuk mencapai swasembada pangan. Hal ini tercermin dari produksi gabah yang mencapai 54 juta ton dalam semester pertama tahun ini, menghasilkan 33 juta ton beras dan menciptakan surplus sekitar 3 juta ton. Selain itu, pemerintah juga menaikkan harga pembelian gabah dan mendorong peran aktif Bulog dalam pembelian langsung dari petani secara transparan.

Namun, meskipun produksi jagung mengalami surplus, harga di lapangan justru mengalami penurunan. Kondisi ini menunjukkan bahwa tantangan dalam menjaga stabilitas harga tetap menjadi pekerjaan rumah bagi para pemangku kepentingan.

Peran Strategis Pegadaian melalui TJSL dan TGIF

Menjawab tantangan tersebut, PT Pegadaian melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) mengambil peran penting dalam sektor pertanian dengan fokus pada keberlanjutan. Program andalannya, The Gade Integrated Farming (TGIF), mengusung konsep pertanian terpadu berbasis organik yang menggabungkan sektor pertanian, peternakan, perikanan, dan pengolahan limbah menjadi pupuk serta energi terbarukan.

Pak Teguh dari PT Pegadaian menjelaskan bahwa program TJSL terdiri dari dua jenis bantuan: hibah untuk kegiatan sosial seperti pertanian organik, dan dana bergulir untuk mendukung UMKM, termasuk usaha pertanian. Bantuan ini diberikan kepada kelompok tani, yayasan, dan komunitas, bukan individu, kecuali untuk program khusus.

Dampak Nyata di Lapangan

Salah satu contoh nyata keberhasilan program ini adalah Kelompok Tani Denadi Mulyo di Borobudur, Magelang. Mas Romawi, perwakilan kelompok tersebut, menceritakan bagaimana pelatihan pembuatan pupuk dan pestisida organik dari Pegadaian berhasil menekan biaya produksi hingga 60% dan meningkatkan ketahanan tanaman terhadap hama, khususnya pada tanaman cabai.

Kelompok ini bahkan mengolah lahan seluas 5.000 m² yang sebelumnya gagal panen, dan berhasil membuktikan keunggulan metode pertanian organik. Produk pupuk yang dihasilkan tidak hanya digunakan sendiri, tetapi juga dibagikan ke masyarakat sekitar, memperluas manfaat program secara sosial dan ekonomi.

Menumbuhkan Petani Muda dan Ekspansi ke Daerah

Dalam upaya menjawab tantangan regenerasi petani, Pegadaian dan INTANI (Insan Tani dan Nelayan Indonesia) juga mendorong penerapan teknologi pertanian agar menarik bagi generasi muda. Hingga kini, lebih dari 100 petani telah terlibat dalam program ini, dengan 42 di antaranya telah memiliki sertifikasi kompetensi pertanian organik.

Program ini pun telah diperluas ke berbagai daerah seperti Bantul, Karawang, Madiun, hingga Sulawesi Selatan. Komoditas utama yang dikembangkan meliputi cabai dan padi, dengan pendampingan langsung dari ahli pertanian yang melatih petani membuat POC, pestisida alami, hingga trikoderma.

Kolaborasi dan Harapan ke Depan

Pegadaian juga membuka diri untuk kolaborasi dengan berbagai organisasi, seperti Gerakan Wirausaha Nasional, dalam pengembangan program sosial dan ekonomi yang lebih luas. CSR Pegadaian bahkan mencakup bidang pendidikan, lingkungan, sosial, dan UMKM, termasuk penyediaan pinjaman berbunga rendah dan bantuan sarana-prasarana.

Di akhir sesi webinar Intani Talk, Pak Teguh menekankan pentingnya evaluasi dalam setiap kegiatan TJSL serta peran aktif masyarakat agar program-program yang dijalankan dapat berkelanjutan dan memberikan dampak yang lebih luas.

Apa yang dilakukan oleh PT Pegadaian bersama INTANI (Insan Tani dan Nelayan Indonesia) bukan sekadar program sosial, tetapi sebuah model pembangunan berbasis masyarakat yang mengintegrasikan aspek ekonomi, lingkungan, dan sosial secara harmonis. Keberhasilan program TGIF menjadi bukti bahwa pertanian organik dan kolaborasi lintas sektor dapat menjadi jawaban atas tantangan ketahanan pangan di masa depan.

LEAVE A REPLY